24

401 61 12
                                    

Setelah bel pulang berbunyi, Winter dan beberapa murid di kelasnya berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompok. Kelompoknya antara lain ada Karina, Gahyeon, Haechan, dan Renjun. Mereka berlima berkumpul di meja Karina karena ia adalah ketua kelompok.

Pada tugas kali ini, mereka akan membuat presentasi. Karena tidak ingin terlalu lama terbebani tugas, akhirnya mereka mengerjakan hari ini juga. Karina membagi tugas kepada anggota kelompok untuk mencari materi, sedangkan Winter yang akan mengetik.

"Gue udah dapet materi nih," ujar Haechan dan menunjukkan layar ponselnya kepada Winter.

"Oke, gue ketik dulu," jawab Winter.

Gahyeon dan Karina juga terlihat sudah mendapatkan materi. Winter dengan cepat mengetik materi-materi itu. Hanya tersisa Renjun yang belum mendapatkan materi. Pemuda itu tampak berkali-kali membuka dan menutup website.

"Udah dapet belom, Nyet?" tanya Haechan yang sudah lelah menunggu temannya itu mencari materi.

"Sabar dong, susah ini gak nemu-nemu. Bantuin napa," tukas Renjun.

"Yaudah kalo gitu gue ke toilet dulu," ucap Winter.

"Mau gue temenin?" tawar Karina.

"Gak usah." Winter segera berlari ke toilet karena sudah tidak tahan.

bruk!

Karena berlari terlau cepat, Winter tidak sengaja menabrak seseorang. Ia melihat orang yang ditabraknya itu. Ternyata Chaeryeong. Sesegera mungkin ia meminta maaf.

"Sorry, gue gak sengaja," ujar Winter.

"Eh, iya santai. Gue juga gak fokus liat jalan kok, hehe," jawab Chaeryeong sembari menunjukkan ponselnya.

Kemudian Winter segera melanjutkan larinya ke arah toilet. Ia benar-benar tidak bisa menahan lebih lama lagi. Sesampainya di toilet, secepat mungkin ia masuk ke salah satu bilik yang terbuka.

Setelah selesai dengan kegiatannya, ia keluar dari bilik dan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Tidak lama kemudian masuk dua orang gadis yang menyapanya.

"Kalian?" tanya Winter mengerutkan dahi.

"Kenapa? Kaget?" tanya gadis berambut panjang dengan senyum miringnya.

Winter melihat sebuah ember berisi air yang dibawa dua gadis itu yang tidak lain adalah Yeji dan Ryujin. Ia menghela napas, seharusnya ia tidak menolak tawaran Karina tadi untuk menemaninya.

"Kali ini lo gak bakal bisa lolos. Tutup pintunya," ucap Yeji kepada Ryujin untuk menutup pintu toilet dan menguncinya.

"Gue salah apa sih sampe lo segininya sama gue?" tanya Winter. Ia tidak takut.

Yeji tersenyum lagi. "Salah lo? Lo gak nyadar? Gue putus sama Jeno gara-gara lo!" Telunjuknya mengarah ke Winter.

Wajah Winter semakin datar. "Jadi lo nyalahin gue karena Jeno bantuin gue bawa buku sama nganter ke UKS? Cuma gara-gara itu?"

"Cuma? Lo bilang cuma?! Kalo waktu itu lo nolak bantuan dari pacar gue, gue sama Jeno gak bakal putus!"

Winter masih tidak habis pikir dengan Yeji. Sudah jelas-jelas hal yang wajar jika sesama manusia saling bantu. Dan masalah putus bukankah gadis itu sendiri yang mengucapkannya? Ia juga tidak berharap kedua mantan sejoli itu saling beradu mulut karena dirinya. Jadi di mana letak kesalahannya?

"Jadi salah gue kalo Jeno bantu gue? Jadi salah gue kalo kalian berantem? Dan apa tadi? Pacar? Lo udah putus sama Jeno, jadi lo gak bisa lagi nyebut dia pacar lo." Winter masih bisa menahan emosinya.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang