14

379 56 15
                                    

"Lo tahu ini maksudnya apa?" tanya Winter pada Karina.

"Loh kok mereka bisa foto bareng?" Winter hanya mengangkat bahu.

"Coba lo tanya Mark," usul Karina.

Winter berdiri dan menghampiri Mark yang duduk di belakang bersama dengan Lucas Haechan, Renjun, dan Han.

"Ketua, lo tahu kenapa mereka bisa foto bareng?" Winter menunjukkan unggahan Jeno.

"Mereka kan jadian. Lo gak tahu?" jawab Mark santai.

Seperti tersambar petir jutaan volt, Winter melebarkan matanya, terkejut dengan apa yang didengarnya. Dan bagaimana bisa Mark mengatakan itu dengan ringan?

"Oh gitu. Thanks infonya." Winter segera kembali duduk di kursinya.

Jeno dan Yeji pacaran? Bagaimana bisa? Secepat itu? Apa ia bermimpi? Winter mencubit tangannya sendiri. Sakit. Ia tidak bermimpi, ini kenyataan.

"Apa katanya?" tanya Karina.

"Mereka pacaran."

Karina terkejut, sama terkejutnya dengan Winter. "Lo gak papa?" tanyanya hati-hati.

Winter tidak menjawab. Tanpa dijelaskan, Karina bisa mengerti apa yang dirasakan sahabatnya itu. Ia memeluk Winter sambil menepuk-nepuk punggungnya. Berusaha membuat Winter tenang.

"Sekarang lupain mereka dulu. Udah mau sampek nih. Mendingan kita siap-siap. Ok?" Winter mengangguk.

Bus telah sampai di depan sekolah. Setelah pintu dibuka, para siswa turun dari bus dan berpencar untuk pulang. Winter berpisah dengan Karina karena sahabatnya itu sudah dijemput.

"Nanti kabarin gue, ya," ucap Karina.

"Iya. Ati-ati!"

Berhubung Taeyeon sedang ada urusan di rumah sakit karena ada kerabat yang sakit, akhirnya Winter memesan ojek online untuk pulang. Ia berdiri dan menunggu ojol yang dipesannya datang.

Sekilas ia bisa melihat dua orang siswa yang menaiki motor bersama. Ia merasa tidak asing dengan siswa yang berkendara itu. Itu Jeno! Pasti yang diboncengnya itu adalah Yeji. Winter bisa menduganya karena sepatu yang dikenakan gadis itu.

Hatinya terasa teriris lagi. Kali ini lebih dalam. Ia tidak boleh menangis di sini, ia harus menahan air matanya keluar. Ponselnya bergetar karena ada pesan yang masuk dari driver ojol. Ia memberitahukan posisinya berdiri.

"Mbak Winter ya?" tanya driver berjaket hijau itu.

"Iya."

Winter segera menerima helm yang diberikan sang driver dan menaiki motor. Motor matic itu melaju meninggalkan sekolah menuju ke rumahnya yang berjarak sekitar sepuluh kilometer.

Setelah kurang lebih dua puluh menit, akhirnya ia sampai di depan rumah berlantai dua. Ia membayar ojol kemudian memasuki rumahnya yang kosong itu. Ibunya belum pulang, ia langsung naik ke lantai dua dan memasuki kamar.

Tasnya diletakkan di sisi tempat tidur. Ia membuka layar ponselnya dan menghubungi Karina. Ia berharap sahabatnya itu sudah sampai di rumahnya.

"Halo, Win. Udah sampek rumah?"

"Udah. Ini baru aja sampek. Lo gimana?"

"Gue tadi langsung makan di luar. Ini gue baru aja mau pulang."

"Oh gitu. Ati-ati pulangnya. Kalo gitu gue matiin ya, mau mandi."

"Oke, Beb. Lanjut nanti ya."

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang