15

406 54 12
                                    

Cuaca hari Senin kali ini sedang tidak bersahabat. Begitu juga dengan hati Winter yang dilanda hujan badai sejak kemarin. Karena hujan, upacara rutin tidak jadi dilakukan. Setidaknya itu bisa membuat perasaannya sedikit lebih baik karena ia tidak perlu berdiri lama di tengah lapangan.

Selama pembelajaran berlangsung ia tidak membuka percakapan dengan Karina. Hanya sesekali sahabatnya itu bertanya apa dia baik-baik saja dan ia hanya mengangguk.

Ketika waktu istirahat tiba, Karina mengajaknya pergi ke kantin. Gadis itu tahu bahwa hanya berdiam diri di kelas tidak akan mengubah moodnya.

"Hujan-hujan gini enaknya makan seblak. Udah ayok buruan," ajak Karina.

Mereka berjalan menuju kantin dan memesan dua porsi seblak dan teh hangat. Winter memesan seblak level lima. Karina terkejut karena biasanya sahabatnya itu hanya memesan level dua.

"Lo gak takut mules?" tanya Karina.

"Ngapain takut mules. Kalo mules ya tinggal keluarin."

"Bener juga sih."

Mereka menikmati makanan berwarna merah itu. Memang hanya seblak yang bisa mengubah mood winter menjadi sedikit lebih baik. Seketika ia lupa dengan gorengan, ia beranjak dari kursi untuk membeli gorengan kesukaannya. Tanpa gorengan, makanan terasa ada yang kurang.

"Sekalian ambilin mendoan buat gue," pesan Karina.

Setelah membeli dua buah bakwan dan dua buah mendoan, Winter segera kembali ke mejanya karena sahabatnya itu sudah menunggu. Ponsel di sakunya bergetar, ia mengambil ponselnya dan melihat layar sembari berjalan.

buk...

Ia tidak sengaja menabrak seseorang. "Eh sorry. Gue gak sengaja."

Ia melihat di hadapannya ada Jeno dengan seragam yang terkena cipratan es jeruk yang dibawanya. Winter melebarkan matanya dan segera memasukkan ponsel ke saku bajunya dan mengambil tisu yang berada di atas meja di sebelahnya.

"Sorry banget, gue beneran gak sengaja. Aduh seragam lo jadi basah gini," ucap Winter sembari mengelap seragam Jeno menggunakan tisu. Ia sangat merasa bersalah atas kecerobohannya.

"Gak papa kok. Cuma kecipratan dikit," ujar Jeno yang merasa tidak enak.

"Ada apa nih?" Terdengar suara dari arah kanan Winter.

Yeji datang menghampiri Winter dan Jeno sambil melipat tangannya di dada. Gadis itu membesarkan matanya ketika melihat Winter mengelap seragam Jeno dengan tisu. Entah mengapa aura merah seakan meluap dari tubuh Yeji.

"Lo sengaja nabrak pacar gue?!" tanya Yeji dengan nada tinggi.

"Gue gak sengaja kok. Beneran dah," jawab Winter.

"Gak usah alesan lo! Gue tahu lo pasti sengaja caper, kan?!"

"Udah-udah! Dia udah bilang gak sengaja. Gak usah diperpanjang lagi masalahnya," lerai Jeno.

"Kok kamu ngebelain dia, Yang?" Yeji mengerutkan dahinya.

"Bukannya ngebelain. Lagian dia juga udah minta maaf, udahlah gak usah marah-marah."

"Sekali lagi gue minta maaf. Gue beneran gak sengaja tadi. Gue perimisi dulu." Winter segera pergi agar masalah tidak semakin membesar, yang penting ia sudah meminta maaf dengan tulus.

"Jangan kabur lo!" teriak Yeji yang ingin mengejar Winter namun dicegah oleh Jeno.

"Udah. Mendingan kita pergi aja."

Dengan berat hati, Yeji menuruti perkataan Jeno dan mengikuti kekasihnya itu pergi dari kantin. Jeno mengajak Yeji pergi agar bisa menenangkan gadisnya itu dan terhindar dari tatapan para siswa yang melihat kejadian yang baru saja terjadi.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang