Winter sudah melupakan kejadian kemarin, ia tidak mau lagi ada kerusuhan di sekolah. Ia sebisa mungkin menghindari Yeji dan kawan-kawannya. Ia tidak ingin kejadian seperti itu terulang kembali. Istirahat kali ini ia memilih untuk mengunjungi perpustakaan. Siapa tahu ia bisa bertemu Giselle, gadis itu sering bantu-bantu di sana.
"Mau ke perpus?" tanya Karina.
"Iya. Mau ikut?" tawar Winter. Karina mengangguk.
"Lagi males ke kantin, males ketemu mereka."
Winter tahu siapa yang dimaksud mereka oleh Karina. Tentu saja Yeji dan teman-temannya. Lebih baik mencari aman dengan mengunjungi perpustakaan daripada makan di kantin karena gadis-gadis itu tidak pernah terlihat di perpustakaan. Mereka bukan tipe pecinta buku seperti Winter.
Benar, di perpustakaan sangat damai tanpa ada biang kekacauan kemarin. Winter tidak melihat Giselle, ke mana dia? Apa hari ini tidak ada yang perlu dibantu? Tanpa berpikir lebih jauh lagi mengenai itu, ia mengambil sebuah novel dan membacanya.
....
Syukurlah hari ini Winter bisa bersekolah dengan damai. Karina sudah meninggalkan kelas beberapa saat lalu untuk menghadiri rapat panitia. Ia masih duduk di tempat duduknya sambil berpikir akan ke mana ia setelah ini. Ia belum berkenan pulang. Akhirnya ia telah memutuskan akan membeli es krim di mini market. Kebetulan ada sebuah mini market yang berjarak kurang lebih dua ratus meter dari sekolah. Ia sudah lama tidak memakan es krim.
Ia berjalan keluar kelas. Setelah sampai di dekat lapangan yang tampak sepi, sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Mau pulang lo?" tanya seorang gadis dari kejauhan yang berjalan mendekatinya.
Oh tidak! Itu Yeji. Tamatlah riwayatnya! Karena tidak ingin membuat masalah lagi, ia berbalik untuk menghindari gadis itu. Namun tiga orang temannya tiba-tiba sudah berada di belakang. Ia tidak bisa kabur. Bagaimana ini?
"Kalian mau ngapain?" tanya Winter berusaha tenang.
"Kita gak mau macem-macem kok. Lo tahu ini apa?" tanya Yeji sembari menunjukkan plastik bening dengan cairan berwarna kuning dan putih di dalamnya.
Kepanikan menyelimuti tubuh Winter. Ia tahu cairan apa yang ada di dalam plastik itu. Itu adalah telur mentah! Gawat, ia tidak bisa pulang dengan berlumur telur yang amis itu!
"Please, jangan," gumam Winter.
Yeji memberi kode kepada Ryujin, Yuna, dan Lia untuk memegang Winter agar tidak kabur. Sialnya cengkraman tangan Ryujin sangat kuat sehingga Winter kesulitan untuk lepas, apalagi ditambah dengan adanya Yuna dan Lia.
Yeji mengangkat plastik yang telah ditali itu, bersiap melempar tepat di kepala Winter. Ia menghitung dengan senyum miringnya.
"Satu, dua, tiga!"
Plastik itu dilemparkannya, tepat mengenai kepala! Winter tertawa karena bukan kepalanya yang terkena telur itu, tetapi kepala Yuna yang berada di belakangnya. Untung saja ia dengan cepat menunduk. Setelah Yuna melepaskan pegangannya karena panik, ia memukul perut Ryujin dan Lia menggunakan sikutnya. Dua gadis itu kesakitan dan ia bisa melepaskan diri.
Winter berlari menjauh sembari menjulurkan lidahnya kepada empat gadis itu. Ia tertawa senang. Yeji yang awalnya ikut panik karena telur itu mengenai temannya segera memerintahkan Ryujin dan Lia untuk mengejar Winter yang kabur.
Rujin dan Lia mengejar dengan memegangi perut mereka yang masih sedikit sakit. Ternyata tenaga Winter tidak main-main ketika berada dalam situasi mengancam.
Kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Winter berlari secepat mungkin menghindari dua gadis di belakangnya. Untung saja ranselnya tidak berat. Itu menguntungkannya. Ia berlari keluar dari gerbang sekolah, Ryujin dan Lia masih mengejar.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanficSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...