"Woy! Ngelamun ae, mbak bre?" Jaemin menepuk pundak Winter di depan sekolah.
Winter yang sedang menunggu Jeno pun sedikit terkejut atas kemunculan Jaemin. "Eh, gak ngelamun kok."
Jaemin menunjukkan senyum khasnya. Senyum percaya dirinya tentunya. Tentu saja ia tahu bahwa Winter sedang menunggu Jeno untuk pulang bersama. Setelah menjalin hubungan, Winter tidak perlu menaiki angkutan umum lagi karena sudah ada Jeno yang siap untuk mengantarnya berangkat dan pulang sekolah.
"Gue udah bilang ke Jeno buat minjem lo bentar," ujar Jaemin membuat dahi Winter berkerut.
"Gue kan pernah ngomong kalo gue mau nyeritain hubungan gue sama Lia kalo lo udah jadian sama Jeno."
Winter ingat! Memang benar bahwa Jaemin pernah berkata padanya ketika pesta malam itu. Kini rasa penasaran Winter muncul. Bagaimana bisa Jaemin menyukai Lia?
"Yaudah coba cerita gih."
"Gue cerita, tapi gak di sini juga. Ke taman aja gimana?"
"Ok."
Mereka berdua berjalan ke taman belakang sekolah. Winter melihat sekitar tetapi tidak melihat Jeno. Di mana pemuda itu?
Setelah sampai di taman, Winter dan Jaemin duduk di kursi panjang. Jaemin memulai ceritanya.
"Gue kasih tahu dulu kenapa gue suka sama Lia. Gue tahu lo punya masalah sama Yeji dan temen-temennya. Tapi lo pasti penasaran. Gue suka Lia karena senyumnya manis banget. Dia emang jarang senyum sih. Pas pertama kali gue liat dia senyum, gue langsung bertekad buat dapetin dia."
Winter tidak terlalu yakin dengan apa yang dikatakan Jaemin. Pemuda itu sudah terkenal dengan sikapnya. Pasti selain Lia ada beberapa gadis lagi yang didekatinya.
"Gue nekat sih pas ngajakin dia nonton. Padahal waktu itu dia belum ada rasa sama gue. Tapi berkat usaha gue, akhirnya dia mau jadian sama gue." Jaemin memasang wajah percaya dirinya.
Winter masih menyimak. Apapun yang dikatakan pemuda di sebelahnya itu tetap ia dengar, entah benar atau tidak.
Jaemin melanjutkan. "Malem itu pas otw tiba-tiba ada anak kucing tergeletak di tengah jalan. Gue langsung ngecek, ternyata kakinya berdarah, kayaknya habis ketabrak. Gue bingung banget soalnya filmnya mau dimulai. Tapi gue gak tega ninggalin anak kucingnya gitu aja. Karena kasihan gue bawa deh anak kucingnya ke dokter hewan buat diobati."
Winter terkejut atas cerita Jaemin. Pemuda itu tidak tega dengan anak kucing yang terluka? Berbeda sekali dengan sifatnya yang biasanya.
"Terus?" Winter semakin penasaran.
"Gue takut Lia marah sama gue karena udah telat buat nonton. Dia diem aja. Gue kira dia ngambek. Pas gue minta maaf ternyata dia gak marah. Dia malah minta ngadopsi kucingnya. Akhirnya dia luluh juga sama gue. Jadi gitu ceritanya."
Winter lebih terkejut lagi. Jadi Lia juga pecinta kucing? Memang benar kata orang, don't judge a book by its cover. Sungguh kisah cinta yang sangat aneh.
"Karena gue udah selesai cerita, lo bisa pulang. Pacar lo udah nunggu di auditorium. Kalo gitu gue duluan ya, bye pacarnya bestie gue," ujar Jaemin sembari melangkah pergi dan lambaian tangan.
Tanpa berlama-lama lagi, Winter juga memutuskan beranjak dari tempatnya dan segera menuju auditorium karena Jeno sudah menunggu.
....
Di kamar bernuansa merah muda itu lima gadis terduduk di ranjang. Itu kamar Yeji. Hari ini gadis itu tidak masuk sekolah karena mendengar bahwa Jeno dan Winter sudah berpacaran.
"Udah, Ji. Gak usah nangis lagi. Mendingan sekarang lo makan. Dari tadi pagi lo gak makan apa-apa. Kasian lambung lo," bujuk Yuna.
"Iya, Ji. Makan gih, udah dingin itu nasi lo anggurin," tambah Ryujin.
Seharian ini Yeji hanya menangis di kamar. Sampai Hyunjin beberapa kali menyuruhnya keluar dari kamar untuk berangkat sekolah. Namun tetap saja Yeji tidak mau.
"Lo patah hati sampe segitunya. Kayak gak ada cowok lain aja yang lebih ganteng." Lia berkomentar.
"Menurut gue Leeknow lebih ganteng," ucap Chaeryeong.
Karena khawatir Yeji tetap tidak mau makan, Lia berinisiatif memesan beberapa makanan secara delivery. Kebetulan ia dan yang lainnya juga belum makan siang.
Beberapa saat kemudian makanan pesanan itu datang. Ada sekotak pizza, burger, lima cup cola, dan beberapa potong ayam serta kentang goreng.
"Hari ini kita puas-puasin makan enak, lupain diet sejenak," ujar Lia membuka semua kotak makanan.
"Wah sering-sering beliin beginian, bakal seneng banget gue." Ryujin langsung melahap sepotong pizza jumbo itu.
"Nih burger dengan ekstra keju kesukaan lo." Lia memberikan sebuah burger kepada Yeji.
"Thanks," jawab Yeji pelan kemudian menggigit burger itu dengan malas.
Setelah semua makanan habis dan perut telah terisi, mereka tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk menghibur Yeji dari kesedihannya.
"Guys, kayaknya gue mau pindah aja deh," ujar Yeji.
Yuna melebarkan mata. "Pindah? Pindah gimana maksudnya?"
"Gue mau pindah sekolah. Gue gak bisa liat mereka berduaan terus."
Yang dimaksud mereka oleh Yeji adalah Jeno dan Winter. Ia tidak mau merasa patah hati setiap hari karena melihat keduanya selalu bersama. Bisa-bisa sekolahnya terganggu dan ia tidak bisa masuk universitas impiannya.
"Jadi lo mau ninggalin kita?" tanya Chaeryeong dengan raut sedih.
"Gak lah, paling gue cuma pindah sekolah deket sini aja. Kan kita masih bisa hang out bareng."
"Syukur deh kalo masih deket sini. Gue kira lo bakal pindah ke luar negeri nyusul daddy lo," kata Ryujin lega.
"Gue doain di sekolah baru lo ada cowok yang lebih ganteng dan lebih keren dari Jeno," ujar Lia mendoakan.
"AAMIIN!" teriak Chaeryeong, Yuna, dan Ryujin kompak.
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Gimana nih sama ending cerita ini + bab spesialnya?
Aku minta maaf kalo alurnya gak nyambung dan membagongkan, maaf juga kalo endingnya gak sesuai ekspektasi kalian😭
Kalo kalian masih mau ikut dalam perjalanan cerita ini kalian bisa baca Lucid Dream 2 ya, sequel dari Lucid Dream.
Aku bakal up Lucid Dream 2 mungkin pas tahun baru atau vote cerita ini udah sampe seribu.
Makasih buat yang udah setia baca cerita ini dari awal sampe akhir🙏
Aku terharu banget cerita ini bisa banyak pembaca😭
Makasih guys, kalo bukan berkat kalian semua pasti cerita ini gak bakal kelar, karena kalian semua aku bisa semangat nyelesain😭
Btw ini ceritaku yang paling banyak dibaca😭
Sekali lagi makasih guys🙏
ありがとうございますた🙇♀️
Maap pake bahasa Jepang karena gak punya keyboard hangul😅
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM
FanfictionSemua orang tahu bahwa lucid dream itu adalah mimpi yang terasa nyata. Hal yang sama juga dialami oleh Winter, seorang pemimpi, oh bukan, lebih tepatnya seorang penghalu. Namun ia mengalaminya dengan mata terbuka. "Ini beneran?! Astaga gak nyangka g...