Retro vintage black sunglasess merek bruno dunn itu dilepas oleh pemilik nya yang sejak tadi menutup mata safir itu, dari kejauhan ia memandangi panti asuhan disebuah pelosok desa jauh dari perkotan hokkaido jepang.
Sebuah panti kecil dengan bangun tua namun terlihat masih sangat terawat dengan cat tembok warna biru langit yang sangat mencolok bangunan itu.
Kaki nya melangkah mantap mulai memasuki gerbang panti itu namun langkah nya kembali terhenti saat mendengar suara ricuh sorak sorai yang entah dari mana asal nya.
Dia menajamkan pendengaran nya mengikuti asal suara kebisingan itu berada, kaki nya terus melangkah membawa nya ke sebuah taman bermain anak anak dihalaman panti itu, sampai akhir nya ia menemukan asal kebisingan itu, senyum yang sejak tadi mengambang diwajah tampan nya perlahan memudar kala melihat sekelompok anak laki laki yang tengah bermain sepak bola melawan oleh dua orang dewasa, dan sekelompok anak perempuan lah yang menjadi pemandu sorak nya.
Tangan nya terkepal erat hingga putih memucat, rahang tegas itu sudah tampak mengeras dengan gigi yang bergemelutuk.
Berkali kali ia mencoba membuang pandangan nya kesembarang arah untuk lebih bisa mengendalikan emosi nya, dipejam nya mata nya erat untuk menghilangkan emosi itu dan untung nya hari ini ia bisa benar benar mengendalikan emosi nya.
Belum ada satu pun dari mereka yang menyadari keberadaan nya saat ini, ia masih memantau ditempat nya dengan wajah yang ia buat sedatar mungkin dan tangan yang ia silang didada nya.
"GOOOLLLLL....... " teriak gaara kencang lalu ia berlari kehadapan hinata dan langsung memeluk hinata hingga tubuh munggil nya terangkat dan diputar putar oleh gaara.
"Cie cie cie..... " sorak anak anak itu dengan senyum jahil dan mengemaskan diwajah mereka.
Orang yang sejak tadi memandang mereka menarik nafas panjang, mata nya sudah berubah menjadi merah saat ini lalu ia melangkah lebih dekat lagi.
'Persetan dengan kontrol emosi, setan merah satu itu gak bisa di diamin terus' gumam nya dalam hati.
Dia berdehem keras saat sudah lebih dekat dengan mereka semua, hinata dan gaara membulatkan mata mereka melihat orang itu ada dihadapan mereka saat ini dengan cepat hinata turun dari gendongan gaara.
"Naru... " cicit hinata pelan.
Naruto bertepuk tangan dengan senyum miring penuh intimidasi "Udah liburan nya? Udah senang senang nya nyonya muda namikaze? Apa kamu bahagia sekarang?" tanya nya lembut namun terkesan mengejek.
Hinata menunduk dan tak bergeming ditempat nya, gaara menunjukan wajah datar sedang anak anak itu saling tatap dengan wajah bingung mereka.
Naruto merubah wajah nya menjadi sedingin mungkin "SEMUA YANG ADA DISINI PERGI, KECUALI HINATA...!!" titah nya dengan nada membentak.
Hinata meneguk ludah nya susah payah mati matian ia menahan air mata nya untuk tak tumpah. Dia gak mau terlihat lemah dihadapan naruto saat ini dia harus bisa melawan perasaan nya sendiri. HARUS!!!
Gaara maju selangkah "wah lo gilak yaa...
LO GAK LIHAT DISINI BANYAK ANAK ANAK, HAH... " bentak gaara.Naruto mengangkat dagu nya naik memperlihatan wajah arogan menantang nya "gue gak peduli, GET OUT....!!" sahut nya dingin.
Gaara maju selangkah lagi, gigi nya sudah ia rapat kan "Lo ---" namun ucapan nya terpotong saat hinata menarik lengah nya dengan gelengan kepalanya.
Sungguh gaara tak punya daya apa pun kalau hinata sudah mengeleng dengan wajah sendu penuh permohonan, gaara hanya mengendus pasrah lalu memilih mengalah dan mulai mengiring anak anak itu untuk ikut masuk kedalam panti bersama nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌈My Assistant My Life (END)
Teen FictionKisah ini tentang Naruto namikaze seorang aktor terkenal seorang anak manusia yang memiliki wajah tampan yang tak mausiawi manusia dengan wujud dewa itu dengan tubuh tinggi, badan altletis,hidung mancung, mata biru seindah samudra, rahang tegas, pip...