Chapter 19 - After the Banquet

950 113 0
                                    

Renfred berjalan melewati tonggak-tonggak yang dipenuhi lilin menyala. Ruangan gelap gulita, bukan karena dindingnya yang hitam, tetapi minimnya pencahayaan. Meja memanjang terbuat dari kayu terbaik dan belasan baris kursi mengelilingi meja tersebut.

Pria itu berjalan ke kursinya di paling pojok. Kursi yang lebih besar dan indah, sesuai dengan posisinya di kekaisaran. Lalu, dia duduk sambil mengetuk-ngetuk mejanya. Kesannya seperti menunggu kedatangan seseorang.

Dia memejamkan mata dan untuk sesaat lengannya terulur. Kemudian, datang sinar yang melesat dari tangannya, hingga mencapai sesuatu di balik tiang lilin itu. Sinar itu menerkam dan seketika ada teriakan kecil yang mengejutkan.

"Ah! Yang Mulia!" jawabnya sambil menengok ke arah pria bersurai biru langit itu, lalu dia lanjut berbicara, "Sebenarnya Anda ini punya mata ketiga, ya?"

Sosoknya langsung ketahuan di ruangan hitam itu. Sekecil apapun sifat magisnya, pasti hawa keberadaannya tercium olehnya. Dia tersenyum kecil, "Tidak, hanya firasat."

Pria itu keluar dari persembunyiannya dan mendekat ke tirai yang menutup jendela besar itu. Dia membukanya perlahan dan sinar bulan bersinar di atas meja besar. Dia mengenakan jubah yang sama dengan Pangeran Renfred, namun keduanya berbeda status.

Dia berbalik ke arah meja dan dahinya dikerutkan, "Yang Mulia Pangeran, rasanya ... sekeras apapun kita bekerja, kertas-kertas ini tidak berkurang."

"Begitukah?" Renfred melirik sesaat pada lawan bicaranya, lalu beranjak dan menuju pria itu, "Atau kalian yang malas bekerja?"

"Yang Mulia, saya sudah bekerja dari pagi hingga malam, bahkan saya pernah tidak tidur sama sekali. Mana ada kata senggang di hidup saya semenjak saya menjadi ajudan Anda."

"Jadi ... kamu mengeluh tentang pekerjaan yang kuberikan?"

"Bukan, bukan, bukan, setidaknya beri kami hari libur panjang."

Pria itu mengelak dengan sopan. Senyum memelas yang ditujukan pada Renfred tidak membuatnya menjadi seekor anjing penurut, malahan semakin ganas.

"Bukankah setiap ada perjamuan kamu selalu menikmatinya bersamaku? Atau kamu yang tidak menghargai ucapan terima kasihku ini?"

Pria itu menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak ingin menambahkan perkataannya lagi. Terakhir kali mereka berargumen, itu membuang waktu kerja, dan tidak membuahkan hasil apa-apa. Percuma saja dia memohon terus, ajudan ini tampak tak bisa melelehkan sifat tegas tuannya.

Percakapan diawali dengan kata-kata yang dilontarkan Renfred, "Bagaimana dengan tugas khususnya?"

Pria itu mendongakkan wajahnya, "Ah, gadis itu, ya?"

Renfred menganggukkan kepalanya, lalu pria dihadapannya berbicara kembali, "Dari perkataan Baron Pansy sendiri, dia adalah anak yang dibawa olehnya dan kebetulan gadis itu memang berteman dengan anaknya Baron."

"Ternyata dia tak berbohong ... lalu?"

"Gadis itu telah kehilangan satu-satunya keluarga di hidupnya, karena itu Baron merasa kasihan dan membawanya ke kediamannya. Dia juga bilang ... rencananya dia akan menjadikannya anak angkat."

Renfred memegang dagunya dan berjalan memutari ruangan. Hal ini memenuhi benak ajudannya dengan pertanyaan, "Yang Mulia, apakah Anda sebelumnya mengenal gadis itu? Saya baru pertama kali melihat Anda berbincang begitu lama dengan wanita."

"Memangnya kalau aku sedang menginterogasi seorang wanita, aku tidak berbicara lama?"

"Bukan itu maksud saya. Selain dari pekerjaan, Anda-" mulutnya terkesiap dan kelopak matanya terbuka lebar, "Jangan-jangan gadis itu berhubungan dengan rencana pembunuhan Earl Bluet?"

I Just Want to be a Side Character!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang