Chapter 11 - The Temporary Bliss

1.2K 150 1
                                    

Meski tidak tahu kapan itu akan terjadi, tetapi datangnya kematian masih lama. Rosella masih bisa untuk berada di sisi kakeknya sampai berumur seratus tahun. Namun, seolah-olah waktu yang ada terasa singkat di matanya.

Senyuman tipis keluar dari seorang pria berbadan agak melengkung. Biasanya dia memakai kaos yang kurang pas. Rambutnya pun sudah memutih semua. Mulai berjalan dengan perlahan. Berbelok dan menunjukan punggungnya kepada Rosella. Sampai detik ini, Rosella masih melihat keberadaanya. Saat disentuh, kakeknya menghilang begitu saja.

Apakah kakek benar-benar sudah-

Langit lebih kelabu dibandingkan biasanya. Kurang lebih sudah 1 bulan semenjak melihat kakeknya yang terbaring akibat muntah darah. Selama ini, dia sering memperhatikan kakeknya. Melarang kakeknya untuk bekerja dan Rosella bekerja di suatu restoran.

Tetapi semua yang kulakukan, kesehatan kakek tidak semakin membaik ....

Rosella mengenakan gaun hitam dan setangkai bunga mawar lily. Berdiri di depan nisan abu tanpa nama. Barang yang ada hanya foto ketika kakeknya masih muda. Terlihat berbeda sekali, namun masih orang yang sama. Melihat kilasan balik kenangan itu membuat sakit di tubuh Rosella.

Sakit, rasanya kepalaku mau pecah!

Seluruh ingatan menerjang masuk ke dalam kepalaku.

Ingatan kakek bersama denganku membuat hatiku pilu ....

Rosella merasakan hal yang sama ketika di masa lalunya. Masa lalu ketika dia masih menjadi Kenanga. Pakaian hitam muram membuatnya merasakan kepahitan mendalam. Rasanya lebih sakit daripada menelan paku di tenggorokan yang kering. Kantung air mata sudah membengkak dan pipi yang tirus. Angin galak mengibas gaunnya sampai badannya terpelanting ke bawah.

"Kakek ...."

Menangis walaupun sudah tidak ada air mata lagi. Bibi May yang berada di sampingnya tidak bisa meringankan suasana ini. Semuanya terlihat runyam.

Apakah dia tahu alasannya?

Seseorang yang melintas di kepalanya adalah pangeran yang dapat menggunakan sihir. Dia tiba-tiba datang dan pergi. Dengan statusnya yang tinggi membuat semua terlihat semakin mencurigakan di mata Rosella.

Apakah dia yang telah-

Pikiran Rosella terombang-ambing. Seseorang yang sedang terbungkus dalam kesedihan tidak bisa membuatnya berpikir jernih.

Tidak! Aku tidak boleh berprasangka buruk. Aku ....

"Rosella ... hari sudah gelap," kata Glenice sambil memegang bahunya.

Rosella menganggukan kepalanya dan pergi meninggalkan lahan kuburan itu. Rosella dan Bibi May kembali ke kereta kuda milik Keluarga Baron Pansy. Rosella duduk dan menyandarkan kepalanya ke bahu Glenice. Baron berada di kereta kuda yang berbeda, namun perasaan di dalam kedua kereta itu berkalud dengan paras hitam.

Hujan datang setelah Rosella sampai di rumahnya. Glenice tampak ingin sekali berada disamping Rosella, tetapi saat ini Rosella lebih baik sendiri untuk merenung. Bibi May tidak tega meninggalkan Rosella di rumah sendirian, maka untuk beberapa hari kedepan Bibi memutuskan untuk tinggal sementara di rumah itu.

"Rosella, setidaknya makan sesuap saja ...."

Bibi May terdiam dan kemudian meninggalkan Rosella beserta bubur hangat. Bubur itu mengeluarkan uap dan harum yang lezat. Kelezatan itu membawa Rosella pada kenangan indah bersama Kakeknya. Menyantap bubur saat pertama kali kakek Rosella terbaring sakit.

"Apakah aku harus menikmati makanan enak ini saat hari kematian kakek?"

Kata-kata penuh kepahitan dan rasa lemas. Seakan-akan darah tidak mengalir ke otaknya. Terbebani dan merasa jenuh. Rosella duduk di atas kasur dan menatap kebawah. Ruang yang hanya disinari oleh lentera gantung dan lilin. Belum pula ini adalah malam hari yang gelap.

I Just Want to be a Side Character!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang