Chapter 44 - Unexpected

464 69 0
                                    

Renfred datang ke sebuah kastil besar hanya dengan kereta kuda biasa. Para penjaga mencegatnya saat kereta kuda itu datang ke sudut gerbang. Renfred hanya menunjukkan cap milik Marquess Protea dan sekejap gerbang terbuka lebar.

Pintu masuk ada di depannya. Para pelayan kastil itu membawa obor. Renfred turun dari kereta tanpa membuka jubah yang menutupi kepalanya. Mereka menuntun pria itu masuk ke dalam aula besar dan disambut oleh seorang wanita yang memiliki netra ungu yang tajam.

Saat melihat sosok wanita bersurai pirang yang diterangi lampu besar itu, Renfred tersenyum biasa dan memberikan salam padanya

"Marchioness Protea, saya senang dengan penyambutan Anda."

Marchiones tertawa kecil sambil menutup mulutnya menggunakan kipas, "Benarkah? Saya merasa tersanjung dengan pujian Yang Mulia. Tetapi... Anda benar-benar tak terduga datang kemari."

"Ya, Marquis-lah yang ingin bertemu dengan saya."

"Benarkah? Suami saya tidak pernah menceritakannya. Tetapi, pastinya Anda lelah saat melakukan perjalanan kemari."

Renfred hanya membalas dengan senyuman kecil. Padahal dalam hati kecilnya dia berkata, "Aku hanya menggunakan sihir teleportasi kok. Itu sama sekali tidak lelah."

Marchioness membawanya ke meja makan dan mereka berdua duduk berhadapan. Pelayan telah menyuguh teh hangat dan camilan pembuka.

"Yang Mulia, bukankah Anda adalah orang penting? Mengapa Anda kemari sendirian?"

"Sebenarnya... pertemuan ini termasuk rahasia. Jadi saya anggap Marchioness dapat menutup mulut akan hal ini."

"Hohoho... begitu ya."

Beberapa saat kemudian, ketukan dari luar ruang makan itu menajam dan seorang pria masuk ke dalam penglihatan Renfred.

Pria bersurai coklat dan bermata ungu lentik. Semuanya melekat dan Renfred menatap tajam padanya. Rasa angkuh ada dalam dirinya saat menatap pria itu.

"Saya, Harrell Protea, menghadap Yang Mulia."

"Ah.. Putra Anda sangat mirip dengan Marquis."

Renfred kembali menatap tajam ke arahnya, sebaliknya.. Marchioness tidak menyadari tatapan dingin itu.

"Ahaha, Yang Mulia ini ada-ada saja. Harrell tentu saja mirip dengan ayahnya."

"Begitu ya. Tentu saja, bagaimanapun mereka adalah ayah dan anak, kan?"

"Benar, saya juga sangat bersyukur memiliki Harrell."

Renfred tersenyum tipis dan bibirnya mulai menyentuh permukaan cangkir itu. Dia asal bertanya mengikuti alunan situasi, "Apakah Anda tidak memiliki rencana untuk memberikan Putra Anda seorang adik?"

Seketika wajah Marchioness pucat dan situasi di sana terlihat jelas di mata Renfred. Harrell melihat ibunya. Wanita itu sedang mengepalkan tangannya dengan kuat dan mulai tak bisa berbasa-basi lagi.

Harrell tahu bahwa ibunya sangat membenci tentang persoalan hubungan suami istri-nya.

Dia cepat tanggap dan menyanggah pertanyaan Renfred, "Yang Mulia, ayah dan ibu saya hanya cukup memiliki putra sepertiku sajaㅡ"

Kemudian Marchiones melipat kipasnya dan memotong perkataan putranya, "Benar, benar, lagipula saya sudah masuk ke usia tua. Sudah terlambat untuk memutuskan hal itu."

"Ah, begitu ya.."

Jawaban dari Renfred terdengar melegakan bagi Harrell. Tetapi bagi Renfred sendiri itu adalah sebuah kunci untuk menambah informasinya.

I Just Want to be a Side Character!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang