Chapter 21 - Back to School Time

840 98 0
                                    

Terlihat kental, namun sangat cair di mulut. Rasanya menyebar ke seluruh permukaan lidah, sedikit pahit, dan ada harum buah. Rosella tidak tahan dengan godaannya dan ingin meminumnya sekaligus.

"Seorang Lady harus memperhatikan gerakan tubuh."

Tidak sampai habis, hanya seteguk Rosella minum. Tangan kirinya memegang sebuah pisin. Cangkirnya diletakan dengan lembut di atasnya, lalu diletakkannya secara bersamaan di atas meja putih itu.

Orangnya ramah, tetapi kejam tengah memasuki jam belajar. Sama seperti menjalani kehidupan yang lalu, dimana harus memperhatikan dosen di waktu siang. Namun, ini sedikit lebih berat...

Bisa-bisanya aku duduk tegak hingga satu jam!!!

Bahunya dilebarkan hingga pegal, tulang punggungnya mati rasa, alas kursi sudah memanas, ditambah dengan korset yang melilit di sekeliling pinggangnya.

"Baik, sudah cukup untuk hari ini."

"Ah!" Rosella tak sengaja mengeluarkan kata-kata bising itu sambil meregangkan punggungnya.

Matanya tergores pada wajah Rosella seperti pisau. Hawanya terpandang lebih membara dibandingkan jam belajar. Seketika gadis berambut merah muda itu menelan ludahnya dan berkeringat dingin di dahinya.

Rosella beranjak dari kursinya dengan lembut dan berdiri dihadapannya. Mengangkat gaunnya dan kaki kirinya dimundurkan. Kemudian memberikan salam perpisahan untuk belajar hari ini, "Terima kasih untuk hari ini, Baronetess Celosia. Saya akan berusaha mempelajarinya."

Wanita itu tersenyum diam-diam dan memberikan salam pula kepada Rosella. Dia menatap mata merah Rosella yang jernih mengkilap. Wajah gadis itu dilihatnya hingga mendalam. Mungkin gadis ini akan diangkat menjadi anak Baron karena tampilannya yang menarik, begitu pikirnya.

"Terima kasih juga atas kerja samanya."

Rosella mengantar Baronetess Celosia sampai di pintu gerbang. Kelihatannya wanita itu tak naik kereta kuda dan berjalan kaki hingga menuju rumahnya. Sesungguhnya, gelar Baronetess itu adalah gelar terkecil dan dianggap sama saja tidak memiliki kelas bangsawan, tetapi bukan rakyat biasa juga.

"Mungkin lain kali, aku akan mengunjungi rumahnya."

Senyap-senyap Glenice berada di belakangnya dan berbisik, "Sebaiknya jangan."

Tidak ada ekspresi terkejut, Rosella membalikkan badannya dan mengerutkan keningnya, "Memangnya kenapa?"

"Aku baru ingat.. suaminya meninggal sama seperti kasus Earl Bluet," gumam Glenice.

"Hah?! Lalu, kenapa-"

"Sepertinya ayahku tidak membaca koran, langsung mempekerjakan saja."

"Hmm?" Rosella memegang dagunya, kemudian memiringkan kepalanya. Rosella merasa ada sesuatu yang tertinggal. Berpikir ulang dan matanya tidak berhenti untuk melirik satu per satu benda di sekelilingnya. Lalu terlintas sesuatu, "Benar! Aku belum meminum tehnya sampai habis!"

Rosella bergerak cepat dan kembali menuju gazebo kecil itu. Glenice mengejarnya dengan langkah lambat dan melihat kehadirannya lagi yang sedang duduk selonjoran.

"Kalau ada makanan dan minuman enak, pikiranmu selalu teralihkan."

"Karena selama satu jam, aku mendengarnya mengoceh dan hanya meminum seteguk saja," ucapnya sambil menuangkan kembali teh itu ke dalam cangkirnya. Rosella mengambil cangkir lain dan mengisinya untuk sahabatnya, "Cobalah, ini teh terenak yang pernah kuminum."

Sambil meminum tehnya, Rosella melihat sekeliling sudut gazebo kecil itu dan melihat sisi bangunan yang merupakan rumahnya saat ini.

Kediaman Keluarga Pansy termasuk rumah yang megah. Sepenuhnya diberikan oleh keluarga kekaisaran. Tidak hanya mebel, melainkan kebun bunga dan gazebo kecil merupakan balasan atas nama mendiang Ibu Suri. Memang Ibu kekaisaran yang terkenal rupawan dan baik hati.

I Just Want to be a Side Character!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang