Chapter 23 - Engagement and Effort

716 107 1
                                    

Tiga langkah terasa berat di awang-awang yang begitu panas. Walaupun sudah memakai pakaian tipis, tetapi dasi dan kerahnya selalu mencekik di leher. Terik matahari membungkam matanya untuk melihat kedepan dan payung di atasnya menutupi kepalanya. Sungguh musim panas yang ditunggu-tunggu tetapi menguras keringat.

"Yang Mulia, apakah Anda harus menunggunya disini?"

"Diamlah Levin! Aku ingin melihat secara langsung calon suami Feronia."

Setelah mendengar namanya disebut, mulut ajudan itu pun terkunci rapat-rapat. Tidak berani komentar kembali, sampai kereta kuda yang diharapkan muncul ke hadapannya.

Terdengar dari jauh, pekikan kusir yang sedang memecut kuda-kudanya. Garis bibir mencuat ke atas dan kelopak matanya berkedip cepat. Putra Mahkota tampak riang gembira.

"Yang Mulia, sepertinya mereka akan tiba."

Kereta kuda mulai menampakkan dirinya di balik gerbang putih kediaman kekaisaran. Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, Putra Mahkota berteriak, "Cepat! Buka gerbangnya!"

"Ya-Yang Mulia?! Jangan berteriak begitu..." ujar Levin.

Gerbang itu dibuka perlahan dan segerombolan kereta kuda masuk tanpa berhenti di perbatasan gerbang. Mereka memutari taman bundar dan tiba di hadapan Putra Mahkota.

Para penyihir dan pengawal menuju formasi mereka sebelum kedua orang penting itu memunculkan wajahnya. Pengawal pribadi Feronia membuka pintu kereta kuda. Mata Putra Mahkota melihat seseorang yang akan keluar dari jarak tiga meter.

Matanya berwarna ungu gelap mengkilap, hidungnya mancung, wajahnya putih, dan mulus. Selain itu, surainya berwarna hijau seperti tanaman, sangat mencolok dengan parasnya yang tinggi. Tentu saja calon suami Putri Mahkota harus paling sempurna selain kedua saudaranya.

Pria itu melangkah duluan ke halaman kediaman kekaisaran dan berbalik untuk memberikan lengannya pada seorang gadis sebagai pijakan turun. Gadis itu mulai keluar dari kereta kuda dengan rambut kilau biru ombaknya yang berkibar.

Putra Mahkota mendekati posisi kedua orang penting yang baru menginjakkan kakinya di Kekaisaran Chrantei.

"Yang Mulia, payungnya-"

"Tidak perlu."

Begitu mendekat, dia langsung memeluk adik perempuan kesayangannya itu.

"Kakak!" seru Feronia sambil memeluk dengan erat, "apakah kakak baik-baik saja selama aku tidak ada?"

Putra Mahkota melepaskan pelukan itu dan berkata, "Tentu saja! Aku sehat selalu!"

Setelah berbicara demikian, dia langsung melihat ke arah pria di samping adiknya. Kalah cepat dengan pergerakannya, pria itu langsung menyapanya.

"Salam Yang Mulia, saya Sebastian Leon la Phyrey memberikan salam kepada Yang Mulia Putra Mahkota Erick de Phlox Chrantei," ucapnya sekalian dia membungkukan badannya.

"Ah! Sebaiknya tidak usah terlalu formal.. Saya juga senang bertemu dengan Anda."

Kedua pria itu berjabat tangan. Selain tanda berteman, Putra Mahkota berpendapat bahwa jabat tangan itu membuktikan dirinya telah mengakui calon adik iparnya.

Dia berbalik, lalu dengan penuh energi dia berbicara dengan suara yang menggelegar, "Cepat bantu mereka membawa barang-barang!"

"Baik, Yang Mulia.."

"Feronia, Sebastian, silahkan masuk ke dalam," sambut Putra Mahkota Erick seraya mengulurkan tangannya ke bagian terdalam halaman kekaisaran.

Feronia menjawab dengan tersenyum tipis, sementara Sebastian menekukkan lehernya dan berkata, "Terima kasih, Putra Mahkota karena telah menjemput kami."

I Just Want to be a Side Character!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang