"Bagus Joshua, kau dengan mudah mengambil alih pikirannya," Kata Julio sambil menepuk pundak Joshua.
Joshua tersenyum puas, "Tentu saja, tidak ada yang tak berhasil jika aku yang melakukan. Kau juga bisa bisanya membuat ilusi seperti itu, ahaha bukankah keterlaluan?"
"Bagaimana ya, padahal Edward sekutu kita," mereka berdua terkekeh sepanjang perjalanan karena puas dengan hasil kerja mereka.
**
Malam ini entah mengapa suasananya sedikit mencekam, Daven menutup jendela rumahnya dengan gelisah. Alice tak kunjung memberi kabar, ia bilang bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bekerja. Teman temannya mengadakan pesta perpisahan untuk Alice yang memutuskan resign dari pekerjaannya karena akan menikah. Tapi bukankah ini terlalu malam? Harusnya ia sudah pulang.
Daven kekamar adiknya, yang tadi nya Neona sedang asik mengirim pesan kepada Edward langsung pura pura tidur. "Kau benar benar tidur?" tanya Daven. Neona tak menjawab, Daven mengangguk. Baguslah jika Neona sudah tidur, ia akan menyusul Alice ke acaranya. Cukup jauh dari kantornya, mungkin sekitar satu jam perjalanan.
Di tengah perjalanan ia mendapat intuisi bahwa Alice sedang dalam kondisi tak baik. Ia menancap gas mobil nya agar segera sampai. Yang benar saja, ia melihat Alice kesakitan sambil memegang lengannya. Dihadapan Alice ada Edward yang berjalan mendekati Alice. Secepatnya Daven keluar dari mobil dan merubah dirinya menjadi seekor serigala lalu mendorong Edward menjauh dari Alice. Ia mengeram, terlihat jelas noda darah di kemeja Edward. Beberapa juga ada di bibirnya, tanpa pikir panjang Daven menyerang Edward.
"Dav!" teriak Alice. Namun tak digubris oleh Daven. Ia terus menyerang Edward, mencoba untuk mengoyak tubuh lawannya. Ia tak suka pada Edward apapun alasannya.
Edward meringis kesakitan setelah terkena serangan Daven. "Daven!" Alice beridiri diantara mereka. "Tenang lah Dav, tenang," ia mencoba menenangkan amarah Daven.
Bukanya tenang Daven malah makin kesal, kenapa Alice membela Edward? "Dav, dengarkan aku. Untuk kali ini, dengarkan aku dulu," kata Alice lembut.
Edward sudah tergeletak kesakitan di atas aspal yang dingin. Daven merubah dirinya menjadi manusia kembali, setelah melihat Daven tenang Alice langsung menghampiri Edward yang mengerang kesakitan.
"Ed, bertahanlah, Dav lakukan sesuatu dia kesakitan," Alice meminta pada Daven.
Tentu saja Daven makin bingung dengan tingkah Alice, akankah kepercayaan Daven pada Alice akan kembali runtuh? "Dav, aku mohon," Alice benar benar meminta dengan sangat kepada Daven.
Ia menurutinya, membawa Edward pulang kerumah. Neona yang mendengar suara Edward langsung keluar kamar, ia mengahampiri Edward dengan panik. "Di-dia kenapa?"
"Tolong dia Neona, lakukan sesuatu," Alice juga khawatir.
Neona membuka kemeja Edward, di punggungnya terdapat luka cakaran yang sudah pasti karena Daven. Ia menatap Daven kesal, ingin sekali ia memukuli kakaknya itu. Daven juga sedang kesal, ia memilih pergi keluar. Alice yang melihat Daven pergi pun mengikutinya.
"Dav tunggu," ia meraih tangan Daven. "biar aku jelaskan, dengarkan aku. Ya?"
Daven acuh dengan perkataan Alice, namun Alice tetap bicara. "Dav, kau salah paham. Edward tidak melukai ku, ia membantuku. Saat aku berjalan ke halte bis beberapa orang menghadangku, mereka lah yang melukaiku. Aku terluka karena berusaha melindungi pemberianmu Dav," yang dimaksud Alice disini adalah cincin yang diberikan Daven. Para pencuri mengincarnya, mereka cukup pandai mengenali barang mahal.
Tatapan Daven melunak, ia tahu ia salah. Tapi kenapa harus Edward? Mengapa selalu Edward? Daven menunduk melihat luka di lengan Alice, yah luka ini disebabkan oleh pisau. "Maafkan aku Alice,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Werewolf"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...