Chapter 42

20 1 0
                                    

Malam itu Daven duduk didepan altar pemujaan. Sudah seminggu sejak adiknya di bawa oleh William. Ia berlutut memejamkan matanya, tangannya ia satukan. Didepannya ada dupa yang ia tancapkan untuk berdoa dan beberapa bunga liar, Bulan bersinar terang saat itu. "Dav?"

Daven membuka matanya perlahan, "Ayah?"

Alvin berdiri dihadapannya, arwahnya menerima panggilan dari Daven. "Ayah Aku," Daven berdiri dan Alvin memotong kalimatnya dengan anggukan.

"Aku tahu Dav, aku tahu," jawabnya.

Daven menatap ayahnya dengan mata yang bergetar, "Aku harus bagaimana? Semalam aku mendapat masalah baru. Mendengar Neona tak ada bersama kami membuat para penyihir mulai berani masuk, meneror anak anak, membunuh binatang di wilayah kita, kita tidak punya kekuatan seperti mereka. Maksudku aku tidak punya keberanian menghadapi mereka sendirian,"

"Dav," Alvin menyentuh pundak Daven setelah mendengar cerita putranya. Ia tahu Daven sedang tidak baik-baik saja, masalah yang datang satu persatu membuatnya lelah. Terlebih lagi hanya ada beberapa orang yang dapat ia percaya, "Aku mengawasi kalian selama, semua yang terjadi pasti membuat langkah mu berat. Coba lah untuk berjalan sedikit lebih lambat Dav, dengarkan dan lihat apa yang ada di sekitarmu. Coba pahami apa yang sedang terjadi saat ini, masalah perseteruan antara klan kita dan klan yang lain pasti dapat kau selesaikan dengan baik. Mulailah dari hal kecil, ajak mereka bernegoisasi. Karena semua hal yang dimulai dengan niat baik akan memberi hasil yang baik pula," jelas Alvin. "Jika memang takdir sudah memisahkan Neona dari kita, maka cobalah belajar untuk hidup tanpanya. Ini kesalahan ku Dav, semuanya terjadi karena keegoisanku,"

Daven menggeleng, "Aku sudah lelah, orang orang terdekat ku perlahan mulai menjahuiku. Mereka pergi dariku karena aku tidak bisa menjaga mereka semua, aku bahkan tidak dapat menjaga keluargaku sendiri,"

"Kami tidak perah meninggalkanmu Dav, kami selalu berada disisimu. Kami hidup dalam hatimu," Ucap arwah Helena.

"Ibu," Daven mendekat padanya, ingin rasanya ia memeluk ibunya. Tapi hal seperti itu akan mustahil dilakukan.

"Berjalan perlahan Dav, kau akan tahu inti dari permasalahan ini. Terkadang orang yang paling kita cintai adalah penyebab kehancuran yang kita alami," Alvin pergi dari hadapan Daven.

Helena mencoba untuk mengusap air mata Daven, "jadilah kuat Dav, jadilah kuat untuk dirimu dan orang yang kau sayangi," Helena tersenyum dan perlahan pergi.

Setelah berbincang dengan arwah kedua orang tuanya, ia kembali kerumah. Ia kembali ke kamarnya untuk merebahkan diri, ia menghela nafasnya dan menutup mata.

Terdengar suara teriakan dan tangisan, ia menajamkan pendengarnya. 'Neona?'

Daven membuka matanya, "Neona!" nafasnya sengal seperti habis lari mengelilingi lembah.

"Dav? Kau baik baik saja?" Tanya Alice.

Hari sudah pagi, yang ia dengar hanya mimpi. Daven kembali menutup matanya, ia memijat pelipisnya. "Aku baik baik saja Alice,"

"Dav, sepertinya kita perlu kembali ke kota," ucap Alice. Daven ingin menjawabnya tapi Alice mendahuluinya, "Aku tidak menerima penolakan darimu Dav, kita harus segera kembali. Serahkan semuanya pada yang ada disini, mereka akan mengurus segalanya,"

**

Dua hari setelah itu mereka kembali ke kota, memulai kembali kebiasaan mereka. Cafe Daven yang lama tutup kembali ber-operasi, untungnya para pelanggan setia mereka tidak lupa akan keberadaan cafe ini.

Alice membersihkan rumah, ia membuang barang barang yang menurutnya tidak perlu. Termasuk barang barang dan pakaian Neona. Ia menyumbangkannya kepada panti asuhan terdekat tanpa sepengetahuan Daven.

"kau dari mana Alice?" tanya Daven saat Alice dan Jovial masuk ke dapur cafe untuk membantunya.

"Hanya berjalan jalan sebentar," Alice mendudukan Jovial di kursi bayinya. Jovial terus mengoceh karena ia ingin menceritakan harinya kepada ayahnya.

Daven mengelus pipi Jovial, "kamu mulai banyak bicara ya sekarang, pasti senang ya di ajak ibu jalan jalan?"

Jovial berteriak antusias menjawab pertanyaan Ayahnya.

Daven kembali ke pekerjaannya, meracik kopi dan memanggang beberapa dessert. Alice mengirimkannya ke para pelanggan. 

Hari mulai larut, Daven sedang mengganti papan menunya. "akh!" pekiknya sambil memegang kepala. Ia merasakan sebuah kecemasan yang luar biasa, Daven mulai berfikir apa yang akan terjadi. Biasanya ia akan merasakan hal seperti itu jika ada hal buruk yang akan datang.

Ia kembali ke balik dapur, "Alice, aku akan keluar malam ini,"

"Kamu mau kemana?" tanya Alice curiga.

"Aku hanya ingin mengunjungi temanku,  kebetulan dia keluar dari rumah sakit hari ini. Aku ingin mengajak kalian berdua tapi sepertinya kau lelah, aku hanya sebentar," jelas Daven.

Alice tetap curiga, tapi ia mengiyakan perkatan Daven.

*
Malam itu setelah cafe tutup Daven pergi keluar, untuk menemui temannya yang pulang dari rumah sakit? Tentu saja tidak. Ia menemui Stephen, "Kau bisa masuk kesana?" tanyanya

Stephen menggeleng, "Aku, Jace, bahkan Hugo pun tidak di izinkan masuk,"

Daven menghela nafas, "Edward? Bagaimana dengan dia?"

"Dia memihak William, kita bisa apa? Menunggu saat yang tepat sampai bisa masuk kesana," ucap Stephen. "Aku yakin dia baik baik saja Dav,"

"Kau tau? Aku memdapat rasa cemas lagi hari ini, aku tidak bisa melihat firasatku dengan jelas. Karena itu aku khawatir terhadap segala hal," ia menunjukkan batu Serenity miliknya. "Terlebih lagi ini terus terusan menyala, benda ini hanya akan menyala jika Neona memakai kekuatannya, "

"Simpan itu Dav, jika Neona tidak ada semuanya jatuh kepadamu sepenuhnya," perintah Stephen.

Daven menyimpannya kembali, sebenarnya semua werewolf punya batu seperti itu. Semuanya memiliki warna yang berbeda,  mereka mendapatkannya saat menerima anugerah pertama. Namun milik Neona bukan dari anugerah,melainkan dari kumpulan sari kehidupan keluarga Stephen. Dalam tradisi mereka siapapun yang meninggal kekuatanya akan bergabung dengan pendahulu mereka dalam batu itu. Karenanya batu itu di anggap sangat hebat.

Nyatanya karena pemilik sudah berpindah semuanya berubah, Daven dan Neona adalah saudara. Satu diantara fungsi batu milik para werewolf adalah sebagai pe-nanda ikatan darah. Jika kau punya saudara maka kau tidak bisa berdiri sendiri, batu satu dan yang lainnya harus saling melengkapi.

Itu yang menyebabkan batu milik Daven terus menyala, kemungkinan karena Neona sedang memakai kekuatannya. Setelah Daven pikir lebih dalam lagi,  itu bagus. Ia jadi tahu kalau Neona masih hidup.

"Kabari aku jika kau sudah bisa masuk ke sana," Daven beranjak.

"Tunggu Dav, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan," ucap Stephen. "Saat aku kembali dari rumahmu malam itu, aku melihat seseorang keluar dari halaman belakangmu. Karena curiga aku mengikutinya, tapi dia menghilang. Lalu keesokan harinya, saat pernikahan Neona. Kita diserang,"

"Siapa? Mungkin hanya kebetulan, malam itu rumah kami dijaga sangat ketat. Mungkin penyerangan itu sudah direcanakan," Tanggap Daven. "Aku pulang dulu Stephen, jika ada kabar dari adikku. Tolong beritahu aku,"

Stephen mengangguk, mungkin dia harus membiarkan Daven hidup seperti ini. Stephen juga bingung dengan apa yang ia pikirkan, ia tidak ingin menaruh curiga. Tapi kenapa Alice sangat mencurigakan?
.
.
.
.
.
Next 🌙️

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang