"Kau baik baik saja?" Edward berpapasan dengan Alice di jembatan penghubung.
Alice mungkin tahu apa yang dimaksud Edward. "Iya, kenapa?"
"Baguslah," Edward mengangguk.
"Apa kau pernah menemui Neona lagi?"
Pertanyaan Alice yang tiba tiba membuat Edward sedikit gugup, "Hm? Siapa Neona?"
"Adik Daven yang kau selamatkan waktu itu," kata Alice.
Edward menggeleng, "Gak tuh," ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku pamit ya,"
"Iya," Alice tidak mempercayai sepenuhnya perkataan Edward, bisa saja ia berbohong. Tapi alasan mengapa Edward menemui Neona lagi belum ia temukan, Alice masih penasaran.
Seharian ia merasa sedang di awasi, apakah vampire semalam sedang mengikutinya hari ini? Alice merasa tidak tenang. Ia terus menoleh kekanan dan kekiri sambil mengerjakan tugasnya. Padahal di dalam kantornya ramai orang, tapi ia merasa kan bahwa ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
Alice melihat sekelebat bayangan yang melewati pintu masuk ke ruang divisinya, ia mengedipkan mata cepat dan menggeleng. 'Aku hanya lelah, yah aku hanya lelah,' batin Alice.
Ia bekerja hingga matahari tenggelam, segera ia mengirim pesan pada Daven. Ia tak dapat pulang sendirian di saat seperti ini.
Daven yang menerima pesan dari Alice pun berangkat dari cafenya. Ia bersiap jika saja para vampire itu menghadang nya, terlebih lagi ia sedang sendiri. Itu waktu yang pas bagi mereka untuk mengambil kesempatan melumpuhkan Daven.
*
Neona berada di ruangan Stephen petang ini, ia hanya menatap pria dihadapannya dengan tatapan tajam.
"Nilai kamu jelek tadi, mau minta tugas tambahan atau bagaimana?" tanya Stephen.
Neona melunakkan matanya saat Stephen bilang nilainya jelek, "Kok bisa? Kan saya sudah belajar, pasti bapak sengaja kan?"
Stephen heran dengan maksud Neona, "Lihat ini, kerjaan kamu kan? Coba lihat lagi," ia menyodorkan kertas ujian.
Neona mengintipnya dan mendengus kesal, "Yaudah saya minta tugas tambahan,"
"Bagus, kerjakan ini ya," Stephen menaruh setumpuk buku materi dan soal.
"Semuanya pak?" tanya Neona yang dibalas anggukan oleh Stephen. "Saya tahu klan kita bermusuhan pak, tapi gak kaya gini caranya. Kalo bapak masih kesal sama klan saya kita bertengkar besok saat bertemu di hutan,"
Stephen tersenyum hangat dan mengelus kepala Neona, gadis itu tidak suka seorang vampire menyentuhnya. "Dengar ya anak kecil, cepat pulang dan kerjakan tugasmu. Kumpulkan besok pagi dimejaku, aku tidak suka keterlambatan," kata Stephen.
Neona mengambil tugas yang diberikan dan berdiri, "Kalian memang tidak berperasaan," ia pergi dari ruang Stephen dan pulang.
Hari sudah gelap, jika saja dia tidak dipanggil ke ruang Stephen mungkin dia sudah bisa menonton series favoritnya. "Menjengkelkan sekali, aku ketinggalan satu episode. Kakak pasti akan memberikan spoiler semalaman, astaga aku tidak suka,"
Empat orang pria menghalangi jalan Neona dari empat sisi. Neona terdiam, memahami situasinya. Ah, sepertinya dia kenal tiga orang di hadapannya. "Kalian jangan cari gara gara ya!"
"Astaga kami mengincar siapa dapatnya siapa, sepertinya kau sehat sehat saja. Kukira racunku akan membunuhmu," Jaden mendekat diikuti tiga orang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Hombres Lobo"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...