Chapter 17

24 6 0
                                    

"Dav, boleh aku tanya sesuatu?" Alice masuk ke balik selimut.

"Katakan Alice,"Daven mengelus kepalanya sambil berbaring.

"Boleh aku undang Edward?"

Mendengar pertanyaan Alice, Daven jadi mengernyit kan dahi. Apa maksudnya? Mana bisa vampire masuk ke daerah mereka. "Tidak Alice,"

"Kenapa? Edward kan temanku," Alice memasang wajah melas.

Daven menggeleng, "Kau mau melihat temanmu dihajar habis habisan?"

"Ayolah Dav, dia hanya akan menjadi tamu. Lagi pula Edward itu berbeda, dia baik dan tidak pernah melukai siapapun," jelas Alice dengan nada sedikit memaksa.

Daven tahu bahwa Alice berkata seperti itu karena mereka teman dan hanya teman. Tapi entah perasaannya agak terluka setiap  mendengar nama Edward. Apalagi jika Alice dan Edward nampak akrab. "Kau yakin? Kita tidak pernah tahu sifat aslinya kan?"

"Aku yakin, aku yang menjaminnya," Alice berkata tanpa ragu.

Daven mengangguk, "Kita lihat nanti,"

Jace yang sedari tadi menguping pembicaraan Daven dan Alice tersenyum licik. Ia langsung kembali ke kediamannya. "Mereka akan mengundang Edward," katanya ketika sampai.

Jaden bingung, "Apa? Kenapa bisa? Apa mereka ingin membunuh Edward ramai ramai?"

"Alice dan Edward kan berteman," jawab Julio. "Kita buat Daven cemburu akan hal itu,"

"Bagus, aku pikir dia sedikit kecewa saat Alice memintanya agar mengizinkan Edward datang," Jace duduk di atas kursi empuknya.

"Apa yang dapat kita lakukan untuk itu? Kurasa akan menyenangkan jika kita mempermainkan mereka bertiga," Kata Joshua dengan suaranya yang lembut.

"Kau tau itu Joshua, ayo kita lakukan. Aku akan masuk ke mimpi Daven kali ini," Julio menepuk pundak Joshua.

Malam itu juga rencana mereka di laksanakan. Joshua dan Julio pergi ke sekitar rumah Daven. Mereka berjarak beberapa meter dari rumahnya, karena jika terlalu dekat Daven bisa saja mengetahui keberadaan mereka.

Joshua menutup matanya, ia mem fokus kan pikirannya agar tepat sasaran. Ia membuka mata saat ia sudah masuk ke dalam alam bawah sadar Daven. Matanya jadi kuning keemasan, ia mengangguk tanda bahwa mempersilahkan Julio untuk melakukan tugasnya.

Kini giliran Julio, ia menutup mata dan membuat ilusi didalam pikiran Daven. Ia membuatkan Daven sebuah mimpi buruk yang nampak seperti realita. Mereka tahu rencananya berhasil, saat sudah puas mereka pun kembali.

*

"Alice?"

Daven melihat Alice sedang bersama Edward, mereka bergandengan tangan dan berjalan bersama. Tampak tawa riang ada diantara mereka berdua.

Melihat itu Daven menghampiri mereka berdua, "Alice apa yang kau lakukan bersamanya?"

"Maafkan aku Dav, tapi Edward lebih baik darimu," jawab Alice.

Mereka berdua pergi meninggalkan Daven, tiba tiba ia terhempas jatuh jauh ke dalam sumur yang gelap. Terdengar suara kekecewaan Alice padanya, "Aku kecewa padamu Dav,"

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang