Chapter 16

24 7 0
                                    

"Mau kemana lagi?" Tanya Daven kepada Neona yang sudah bersiap lompat dari jendelanya untuk pergi keluar. Padahal ada pintu depan kenapa harus dari jendela?

Neona berhenti dan menoleh ke kakaknya, "Mau beli makan,"

"Tidak perlu, nanti biar Alice yang beli selagi pulang kerumah. Ini sudah malam," Daven menatapnya tajam. Neona sedikit takut melihatnya, jika Daven marah itu adalah sebuah hal buruk.

Neona mengurungkan niatnya untuk berkeliaran malam ini, ia kembali masuk kekamar. Pasti malam ini kakaknya akan bicara panjang lebar tentang perilakunya selama dua minggu ini. Neona juga sedang kesal dengan kakaknya, Daven jadi tidak se menyenangkan dulu. Bahkan sering mengabaikannya dan sibuk bersama Mate nya. Yah itu tidak salah, tapi adik perempuannya ini merasa cemburu.

Daven juga merasa bahwa Neona banyak berubah, jadi tidak patuh dan seenaknya sendiri. Padahal dia sudah memberinya kelonggaran untuk bersikap tapi malah di salah artikan, jika dia susah di atur maka Daven akan mengirimnya kembali ke rumah ayah dan ibu mereka. Daven selalu merasa khawatir akan Neona, walau sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini.

"Kau sedang ujian?" tanya Daven.

Neona menggeleng dan menggeser kursi meja belajarnya untuk duduk. Dia ingin mengabaikan Daven dan mengerjakan tugasnya.

Daven menghela nafasnya karena adiknya masih saja begitu, akhirnya ia keluar dari kamar Neona. Membiarkan gadis itu sendiri dengan pikirannya.

*

Daven keluar rumah untuk menjemput Alice sekalian membeli makanan kesukaan Neona untuk minta maaf. Mungkin Alice benar, dia terlalu keras pada adiknya akhir akhir ini. Setelah membeli makanan Dave keluar dari restoran, ia mendengar suara Alice. Suaranya terdengar sedang panik, Daven langsung berlari menghampiri sumber suara.

Dilihatnya Edward sudah bersama Alice dengan dua orang pria di hadapan mereka yang sedang terkapar, Daven menghampiri mereka berdua.

"Dav," Alice yang melihat Daven langsung memeluknya.

Daven masih menatap Edward dengan tatapan tak senang, "Kamu kenapa Alice?"

"Tadi mereka ganggu aku, tapi Edward menolongku. Terima kasih Ed," kata Alice.

Daven mengabaikan kalimat dimana Alice bilang bahwa Edward menolongnya. Ia mengajak Alice kembali, meninggalkan Edward yang memang sudah tahu jika Daven tidak menyukainya.

"Kamu gak luka kan?" tanya Daven sesampainya dirumah.

"Gak kok cuma sedikit aja tadi ke gores tembok," Alice menunjukan siku nya yang berdarah dan lecet.

"Astaga,ayo kita obati lalu kita makan," Daven mengambil kotak P3k dan memanggil Neona.

Neoan keluar, "Kenapa tangannya?"

"Jatuh tadi," jawab Alice.

Neona memperhatikan luka Alice, kepalanya jadi pusing. Aroma darah yang pekat memenuhi hidungnya, 'bagaimana rasanya? Darahnya terlihat segar,' Neona menelan ludah. Dia jadi sedikit terobsesi dengan darah, kemarin saat Dino sedang bertanding sepak bola ia juga terjatuh. Neona yang merawat lukanya, saat itu untuk pertama kali ia dapat menghirup bau darah sepekat itu. Aromanya sungguh membuatnya tergiur.

"Kau kenapa Neona?" tanya Daven yang agak curiga dengan Neona yang sedari tadi diam memandang Alice.

"Ti-tidak," ia duduk di meja makan disusul Daven dan Alice. Mereka makan bersama, "Kak memangnya, werewolf bisa jadi vampire?"

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang