Alice membuka matanya kembali, ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Anak laki laki yang menemaninya dulu kini sudah dewasa. Entah karena terlalu bahagia mereka dapat bertemu kembali atau ia bahagia karena akhirnya dapat melihat wajah Daven, mungkin keduanya. Matanya berkaca-kaca, ia bangkit dan memeluk Daven erat. "Aku merindukanmu Daven, aku merindukanmu,"
Daven tersenyum, ia memeluk Alice juga dan menepuk lembut punggung Alice. Ayolah, hati Daven sangat rapuh. Ia sangat mudah menangis jika melihat sesuatu yang menyentuh perasaannya. Sekarang pun ia sedang menahan haru nya.
Alice melepas peluknya, ia tersenyum disela tangisan bahagianya. Karena sudah mengingat masa kecilnya dengan sempurna, semuanya terasa sangat indah baginya. "Kau kemana saja Daven? Aku mencarimu ke tempat tinggal lamaku, tapi kau tidak ada disana," Alice kembali duduk di kursinya sambil mengusap air matanya.
"Aku pindah dari sana, seseorang merusak wilayah kami. Jadi kami harus pindah karena kalah jumlah," Daven menggenggam tangan Alice, "Aku senang kau baik baik saja, bahkan kau sudah bisa melihatku sekarang,"
Alice mengangguk, ia tak memiliki kalimat untuk di utarakan. Ia terlalu bahagia untuk saat ini. Mereka mengenang masa kecil bersama dan saling menukar perasaan untuk beberapa saat. Neona masuk ke cafe dengan mantel milik Alice.
"Wah wah, ada yang bertukar rindu rupanya,"
Alice sedikit malu hingga pipimya memerah, "Jadi kau adiknya Daven?"
Neona mengangguk, "Iya aku Neona, dulu aku masih bayi jadi mungkin kau tak mengingatnya,"
"Senang bertemu denganmu Neona," kata Alice.
"Aku juga senang bertemu denganmu kakak ipar," Neona menggoda mereka berdua.
Mendengar itu Alice jadi salah tingkah. "Aku akan pulang, besok kita bertemu lagi," pamitnya. Ia berjalan keluar cafe dan mengenakan mantelnya.
Neona bingung dengan Daven yang malah terpaku melihat Alice berjalan menjauh. Ia menepuk punggung kakaknya, "Antarkan dia, dasar gak peka!"
Daven terbangun dari lamunannya dan bergegas mengejar Alice. Ia mengantarnya hingga sampai dirumah. Daven menebar serbuk tanaman di sekeliling rumah Alice, ia takut vampire yang bersama Alice kemarin datang tiba tiba untuk melukainya.
*
Neona membereskan Cafe kakaknya. Sepeninggalan Daven, Charlie harus menemani adiknya hingga Daven kembali. Tapi mereka berdua saling diam sambil membereskan meja.
"Kau dengar lolongan Dino tadi sore?" Neona membuka suara.
"Iya, kenapa?" jawab Charlie.
Neona menggeleng, "Apa yang terjadi?"
"Wilayah kita semakin sedikit, tanah yang dijaga Dino kemungkinan akan diserang makanya dia memberi sinyal," jelas Charlie.
Neona hanya ber "o" ria, ia selesai menyusun serbet terakhirnya. "Pulang lah Charlie, aku akan baik baik saja,"
Charlie menatap Neona, "Tidak, aku sudah berjanji pada Daven,"
Neona cemberut, padahal ia ingin ditinggal sendirian dirumah. Mengetahui Neona sedang cemberut Charlie berinisiatif menghiburnya. Ia menarik kursi dan duduk di depan Neona, "Bukankah kau suka berduaan denganku?"
Neona memutar bola matanya, "Diamlah,"
Neona
Kak kapan pulang?Daven
Aku menginap dirumah AliceNeona
Tega :')
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Werewolf"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...