Mereka memakan hidangan yang disiapkan Daven dan berbincang bincang kecil mengenai apa yang terjadi hari ini. Setelah makan mereka minum segelas wine, "Alice ada yang ingin aku bicarakan," kata Daven.
"Apa?" Alice memajukan badannya dan melipat tangannya di meja.
Daven merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak kecil dengan kain beludru merah. Ia membukanya dihadapan Alice, "Maukah kau menjadi ibu dari anak anakku?"
Alice tersipu, seharusnya walau Daven tak melakukan ini ia juga sudah menerimanya. Ia tersenyum malu karena salah tingkah dan mengangguk.
Daven tersenyum senang, ia mengambil cicin dari kotaknya dan memasangkannya di jari manis Alice. Sekarang sebuah cincin berwarna silver dengan sebuah mata biru kecil ditengahnya sudah melingkar dijarinya. "Besok kita temui orang tua mu,"
Alice tak punya kata atau kalimat untuk di utarakan, ia memeluk Daven karena senang. Hatinya terlampau bahagia karena ini, orang yang ia tunggu datang kembali dan sekarang malah akan menikah dengannya. Ia sangat bersyukur atas itu.
*
Neona pergi ke atap menara didekat gedung teater, ia memakan ayam gorengnya disana sambil melihat bulan yang tertutup awan. "Kalau besok aku tidak berubah menjadi werewolf sepenuhnya, aku pindah klan saja. Jadi klan penyihir dari utara sepertinya bagus, kau dengar itu? Aku akan pindah klan! Makanya ayo cepat biarkan aku jadi werewolf sepenuhnya!" protesnya pada bulan dihadapannya.
Ia merebahkan diri di atap gedung, "Aaaaaa, kakak sudah selesai belum melamarnya? Kok lama sih? Aku kan harus tidur cukup karena masih masa pertumbuhan,"
Telinga Neona yang sensitif mendengar langkah kaki yang mendekat, ia langsung bangun dan siaga. Matanya tak melepaskan setiap sudut sekitarnya, hanya sinar bulan yang memberinya cahaya. Karena kondisi yang remang remang ini dia jadi super waspada.
"Boo!" Dino muncul dari kegelapan, Neona memutar bola matanya malas dan kembali merebahkan diri.
"Kenapa kemari?" Tanya Neona.
Dino ikut merebahkan diri, "Tidak sengaja melihatmu keluar rumah tadi, kenapa disini?"
"Kakak sedang ada acara dirumah jadi aku disuruh pergi dulu," jawab Neona. "Aku mengantuk, tapi kakak tidak bisa dihubungi,"
"Kalau begitu kirim sinyal saja," Dino bersiap tapi Neona menutup mulutnya.
"Diam lah Dino, ini sudah malam. Kalau kau melolong sembarangan nanti warga sekitar jadi takut," Neona membungkam mulut Dino dengan telapak tanganya.
Dino menghadap Neona dan melepas tangan yang membungkamnya, "menurut mu aku dan kak Charlie siapa yang lebih baik?"
"Kenapa kalian selalu menyuruhku untuk memilih? Kalian bahkan tidak bisa dipilih," jawab Neona.
"Ayolah masa dari kita bertiga tidak ada yang kau sukai?" paksa Dino.
"Bertiga?" Neona tak paham.
"Iya, aku, Gabriel, dan kak Charlie, bertiga kan?"
Neona menyipitkan matanya, "Tidak ada,"
"Ah kau ini, siapa matemu? Beritahu aku, aku kan juga mau tahu," Dino kembali menatap langit.
"Tidak perlu tahu," jawab Neona.
*
Edward mengikuti Neona saat ia keluar rumah, sialnya Dino juga mengikuti Neona. Padahal malam ini juga ia ingin menyapa Neona, ia hanya mengendap endap di dalam bayangan. Memilih duduk di seberang gedung tempat di mana Neona singgah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
אנשי זאב"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...