Chapter 24

23 6 0
                                    

Hari mulai petang, para tamu yang hadir menikmati hidangan. Beberapa dari mereka izin pulang lebih dulu karena perjalanan yang jauh. Semakin malam tamu tamu pun mulai berkurang, undur diri dari acara karena hari mulai larut dan besok mereka masih punya kehidupan yang harus di jalani. Tak ada kendala apapun sejauh ini. Para pemuda dari desa, entah yang manusia atau werewolf mereka sedang sibuk menyusun rencana untuk mengikat matenya.

Neona? Dia malah sedang terikat oleh Alvin yang sedari tadi berada disekelilingnya. Belum lagi Daven, ia memang terlihat sedang berbincang bincang bersama Alice dan orang tuanya. Namun matanya sesekali mengawasi adik perempuannya.

"Ayah aku bosan, kenapa ayah mengikuti ku terus?" tanya Neona. Jika seperti ini ia tak dapat dekat dekat Edward jika sudah datang.

"Ini bulan purnama ke 13, manatau kau jadi serigala malam ini," Alasan, mau bulan purnama keberapapun hal seperti itu akan mustahil. Neona sudah 20 tahun, apanya yang berubah?

"Aku ingin minum minum," ucap Neona.

Alvin berdecih, "cih, kau itu masih kecil,"

"Apa? Aku ini sudah besar, ayah selalu saja begitu. Sudah ayo, kalau ayah tidak mau lihat aku meminum anggur dari pemuda pemuda itu maka terima ajakanku," Neona berjalan menuju tempat anggur.

Saat dalam perjalanan ayah Alice menyapa Alvin, yah dia harus menghampirinya. Mau bagaimana lagi? Mereka sudah jadi besan. "Ambil yang coklat bukan yang ungu," pesan Alivin pada Neona. Yap botol coklat itu anggur biasa, sedangkan yang ungu sudah di beri mantra,"

Kau tinggal menyebutkan nama incaranmu saja sebelum memberinya, maka ia akan jadi matemu secara tidak sadar. Curang sekali mereka, menggunakan sihir seperti ini.

Neona mulai minum, segelas, dua gelas dan berlanjut. "Kau tak ingin meminum ini Neona?" Dino datang berusaha melancarkan rencananya.

"Hmm? Tidak, aku tahu pikiranmu dasar," jawab Neona.

Alice dan Daven sedang berbincang berdua di meja sebrang Neona. "Kalian minum sangat banyak, bukankah kalian semua akan tidak bisa bangun besok pagi?"

Daven tersenyum, "Werewolf tidak bisa mabuk Alice, minum seberapa banyaknya tidak akan berpengaruh pada kami,"

Alice mengangguk, ia juga minum segelas. Selang beberapa detik ia tampak terkejut. Jarinya mengetuk ketuk meja dan memberi Daven kode agar menoleh kebelakang. "Kenapa? Aku tahu anggur ini sangat enak," Daven tidak menangkap maksud Alice.

"Kau bilang werewolf tidak bisa mabuk kan?" tanya Alice.

Daven mengangguk dengan mantap, "Sepertinya itu tidak berlaku pada Neona," kata Alice, karena Daven tidak paham kodenya jadi dia langsung saja bilang.

Daven meminum anggurnya lagi "Ooo Neona," ia berhenti, berfikir sejenak lalu membulatkan matanya. "Neona?!" ia menoleh kebelakang melihat adiknya sudah mabuk. Entah berapa banyak yang ia minum, yang pasti sekarang ia sedang meracau tak jelas. Pipinya merah, Dino dan Gabriel berusaha menghentikannya untuk minum lagi. Percuma saja Neona malah marah marah.

"Aaa berisik, biarkan aku minun sekali lagi, kalian ini mengganggu saja, pergi sana babi!" Tangannya berusaha meraih gelas di tangan Gabriel.

"Tidak tidak, kau sudah mabuk. Ayo kembali," Dino berusaha membopong Neona untuk masuk kerumahnya.

Neona menampiknya, "Huh? Aku ini werewolf mana bisa mabuk. Singkirkan tangan kotormu itu, aku bisa jalan sendiri,"

Daven menghampirinya, "Siapa yang memberinya minum?"

"Aku bersumpah Dav, dia minum sendiri," kata Gabriel.

"Tunggu sebentar ya Alice, aku akan mengurusnya," pamit Daven, Alice mengangguk ia kan menunggu Daven di tempat duduknya. Lalu Daven mengikuti adikknya.

Ia memastikan Neona masuk kekamarnya, "Kau ini, kenapa bisa mabuk?" tanyanya sambil menyelimuti Neona.

"Aku tidak mabuk, sudah berapa kali aku bilang sialan," jawab Neona.

"Hey, aku ini kakakmu,"  bisa bisanya Neona bicara kasar.

"Tidak peduli kau siapa sana pergi, menggangu saja dasar kutu kasur,"

Mendengar itu Daven tidak dapat bicara apa apa lagi, ia menyadari adiknya ternyata seperti ini. Lucu juga melihat Neona seperti ini, aneh mendengar adik perempuannya mengumpat dan bicara kasar.

*

Edward sampai, 'Masuk tidak ya? Semoga aku tidak meninggal,' ia menginjakan kakinya untuk melangkah masuk ke dalam pestanya. Tentu saja semua pandangan tertuju padanya. 'Padahal aku sudah pakai parfum, kenapa mereka masih menyadarinya?'

"Ed!" Alice melambaikan tangan, "Disini!"

Edward cepat cepat menghampirinya, "Astaga Alice, ini. Selamat atas pernikahanmu semoga bahagia. Sudah ya aku mau pulang," ia terburu buru.

Alice menahannya, "Kau ini kenapa?"

"Kau tidak lihat mereka? Aku belum mau mati sebelum menikah dengan Neona," astaga dia membocorkan rahasianya sendiri.

"Menikah dengan siapa?" goda Alice.

Edward diam, "Tidak, bukan, maksudku aku tidak mau meninggal dulu pokoknya,"

Alice tersenyum, "Tinggal lah sebentar disini  Ed, nikmati acaranya. Aku akan merasa bersalah jika kau tak menikmati acara ini, sudah lah jangan khawatir,"

Edward akhirnya mau untuk tinggal sebentar menikmati acaranya. Ia mencari keberadaan Neona namun ia tidak melihatnya. 'Kemana Neona? Waktu di cari malah tidak ada,' ia memutuskan untuk berjalan jalan saja, manatau mereka bertemu.

Seseorang memeluknya dari belakang, Edward diam. Rasanya seperti Neona, "Neona?" Tak ada jawaban. Edward berbalik melihat siapa yang memeluknya

Benar saja Neona, ia memeluknya  erat. Bagaimana kalau werewolf lain melihat mereka seperti ini? Apa tidak cari mati namanya. "Neona nanti ada yang lihat,"

Neona menggandeng Edward ke taman belakang rumah. Tempatnya rindang dan remang remang, disini hanya ada satu penerangan. Yaitu rembulan yang sedang bersinar malam ini. "Kau mabuk ya? Kau bau alkohol," Ternyata Neona tidak sengaja mencium bau Edward saat tidur, ia bangun dan mencarinya.

Neona memeluknya lagi "Kenapa lama? Kepalaku sampai tumbuh jamur karena menunggumu,"

Edward mencoba membalas pelukan dengan canggung "Ma-maafkan aku Neona, aku,"

Neona melepas pelukannya dari Edward, Ia memalingkan wajah dan mendekap tangannya didepan perut. "Aku marah,"

"Ke-kenapa?" Edward bingung.

"Kau lama sekali," Neona merajuk.

"Tapi sekarang aku sudah disini, iyakan?" kata Edward. "Aku ingin mengatakan sesuatu, hmm aku,"

Neona meletakkan telunjuk nya didepan bibir Edward, "Ssstt, aku duluan kan aku marah padamu," Edward mengangguk, mempersilakan Neona bicara. Dia masih mabuk, nada bicaranya berubah jadi menggemaskan jika sedang mabuk.

Neona menangkup kedua pipi Edward dan menarik wajah Edward mendekat. Membuat pemilik wajah terkejut karena pergerakan tiba tiba dari Mate nya. Neona menempelkan bibirnya pada bibir Edward, tak lama mungkin hanya 20 detik. "Sekarang kau punyaku," kata Neona.

Edward menatap Neona yang tersenyum kepadanya dengan lekat. Ia menangkup pipi kiri Neona menggenggam tangan kanan Neona yang ada di pipinya tadi dan memiringkan kepala. Ia menyatukan bibir mereka berdua, sebuah lumatan kecil oleh Edward dibalas lembut oleh Neona.

Neona sangat amatir, mengingat ini ciuman pertamanya secara sadar dengan Edward. Awan yang tadinya menutupi setengah dari rembulan kini benar benar hilang, membiarkan cahaya dari sang Dewi malam menyinari dua sejoli yang kini sedang dimabuk asmara.
.
.
.
.
.
Next 🌙️

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang