Chapter 19

23 5 0
                                    

"Hey aku mau tanya," kata Daven pada Neona yang sedang mengerjakan tugas di kamarnya.

Neona menoleh, "Bayar, satu pertanyaan lima puluh ribu,"

"Kau ini, Daven duduk di ranjang Neona. "Aku serius,"

"Kakak kira aku bercanda?" Neona kembali mengerjakam tugasnya.

Daven mengeluarkan selembar uang dari dompetnya, "Nih

"Nah gitu dong," Neona menerimanya, "Tanya apa?"

"Apa ada kasus tentang janji tak terlanggar dimana janji itu tak berhasil? Maksudku apa dampak paling buruknya? Bisakah hal itu dicegah? Seperti apa tanda bahwa janji itu sedang terlanggar?" tanya Daven.

Neona menyodorkan tangannya "itu tadi empat pertanyaan," ia menggerakkan tangannya meminta uang.

"Jawab dulu nanti aku tambahkan," kata Daven, adiknya ini memang suka mengambil kesempatan.

"Janji ya, kalau bohong kakak matanya bintitan," ancam Neona, Daven hanya mengangguk. "Seingat ku aku pernah baca di catatan kematian milik ayah, ada kasus seperti itu. Tapi aku kurang tahu apa janji yang mereka buat, dampak paling buruk dan satu satunya ya pelanggar akan mati. Tapi bukan keduanya, hanya satu diantara dua orang jika itu adalah sepasang kekasih atau suami istri atau apapun itu maka satu diantara mereka akan mati. Jika pembuat janji lebih dari dua maka hanya si pelanggar lah yang mati," Neona diam sejenak melihat kakaknya yang berusaha mencerna penjelasannya.

"Lanjutkan," kata Daven, nampaknya dia paham.

"Biasanya jika janji dilanggar para pembuat janji akan merasakan sakit di kepala atau di bagian jantung. Rasa sakitnya akan terus muncul dari mulai sekali dua kali lalu sering dirasakan. Setelah itu mereka akan mati, biasanya akan di diagnosa oleh dokter sebagai serangan jantung. Tapi juga terkadang tidak ada tanda keanehan, tergantung seberapa besar janjinya," Neona menghea nafas, mulutnya lelah bicara. "Caranya ya dengan tidak melanggarnya, kau tau kan jika jaminan yang di tawarkan di perjanjian ini adalah nyawa. Hal itu tidak dapat di ubah,"

Daven mengangguk, "Walau sudah dipikirkan masih terasa tidak paham,"

Neona menatapnya datar, "intinya kalau dilanggar akan mati," katanya.

"Kenapa harus mati? Lalu jika pasangan yang mati siapa?" tanya Daven lagi.

"tidak tentu, hanya satu diantara mereka. Enah pelanggar atau yang tidak bersalah, sudah mana bayarannya?" Neona menyodorkan tangannya minta uang seperti janji Daven. "Ayo mana?" alisnya naik turun.

"Tidak ada, masih di mesin kasir belum ku ambil," Daven beranjak pergi meninggalkan Neona dengan tugasnya yang menumpuk.

"Hey! Dasar pelit!" teriak Neona dari dalam kamar.

Sore ini Daven pergi untuk menengok Alice di kantornya. Ia hanya melihat Alice dari jauh sambil memikirkan keputusannya baik baik. Tidak mungkin dia memutuskan semuanya secara sepihak, Alice juga harus memberinya keyakinan bahwa dia memang mencintai Daven.

Mata Daven fokus ke arah Alice, seseorang datang padanya. Ia membulatkan mata saat ia tahu bahwa itu Edward. Apa yang dia lakukan? Bukannya kantornya berbeda dengan Alice? Mereka pergi keluar dan mesuk ke mobil Edward. Daven mengikutinya, "akh," jantungnya kembali sakit. Ia terus mengikuti mobil Edward, namun Daven kehilangan jejak karena rasa sakitnya semakin menjadi.

Ia memutuskan kembali kerumah, "Neona!"

Neona lari dari kamarnya, "Loh kakak kenapa?" ia melihat Daven memegang dada sambil kesakitan.

"lakukan sesuatu, ini sangat sakit," Daven berbaring di sofa. Neona jadi bingung sebabnya ia tak tahu apa yang di alami kakaknya sampai seperti ini.

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang