Pagi itu Daven tidak pergi ke cafe, ia sibuk mengemasi barang barangnya. "Dav? Kau tidak buka cafe hari ini?" tanya Alice.
"Tidak Alice, aku akan menitipkan kalian berdua ke ayah dan ibu. Aku harus kembali," jelas Daven sambil menutup tasnya.
Alice mengernyit kan dahi, "apa Dav? Kau bilang apa?"
"Aku harus kembali Alice, mereka membutuhkan ku," Daven menatapnya, "Ini tanggung jawab ku,"
"Tidak Dav, Tidak, kau tidak akan kembali," yang benar saja, Alice marah.
Daven mengabaikannya, "aku sudah berjanji,"
"Lalu bagaimana dengan janjimu padaku Dav?" Alice mengeluarkan barang barang Daven dari tas.
Daven menghela nafas kasar, "Alice, kumohon jangan seperti ini,"
"Daven kau berjanji padaku tidak akan membahayakan hidupmu sendiri, sekarang kau akan mengingkari nya?" Tanya Alice lagi dengan kesal.
"Jika kau kembali kesana, kau tidak akan bisa melihat kami lagi Dav," lanjut Alice.
"Haruskah kau mengatakan hal seperti itu? Aku akan baik baik saja, kita semua akan baik baik saja," Jawab Daven yang juga ikut kesal.
"Kalau kau kembali kesana, aku akan pergi," ancam Alice terakhir kali.
Daven menghela nafasnya, "Alice, dengarkan aku. Mereka membutuhkan ku,"
"Lalu bagaimana dengan kami Dav? Kau lupa? Kau sekarang punya keluarga, mereka bisa bertahan tanpamu Dav tapi kami tidak," Jawab Alice yang masih mengeluarkan barang barang Daven. "Kita tidak akan pergi kemanapun Dav,"
Setelah perdebatan ini dengan patuh Daven menuruti perkataan Alice. Sudah pernah ku bilang jika Daven sangat sensitif, karena itu perasaannya lemah.
Ia mengurungkan niatnya untuk kembali, namun beberapa hari setelah itu Daven tidak bisa menghubungi teman temannya.
Daven
Stephen apa kau sudah kembali ke desa?Stephen
Aku sedang menuju kesanaDaven
Kabari aku jika kau sudah sampaiDaven kembali fokus ke pekerjaannya, tapi karena pikirannya terbagi ia beberapa kali melakukan kesalahan.
Ia memutuskan tutup lebih awal hari itu, ia kembali ke rumah dengan menunggu kabar dari siapapun yang berada di sana.
Sekelebat bayangan terlihat melewati pintu depan rumah Daven, ia membuka pintu. Tidak ada siapapun yang berada disekitar rumahnya malam itu.
Saat hendak menutup pintu Daven menemukan sepucuk surat di atas pot bunga. Ia mengambilnya, "J," Hanya itu yang tertulis di atas amplop.
Daven membukanya dan membacanya, ekspresi bingung dan terkejut tersirat di raut wajahnya. Setelah itu ia berlari ke kamar Neona yang kini sudah berubah menjadi kamar Jovial.
Ia membuka lemari dan mencari sesuatu, sebuah kotak kayu yang tak terkunci ia ambil dan membukanya. Kotak itu hanya berisi sebuah buku catatan milik mendiang ayahnya dan buku catatan milik Neona. Ia membaca buku catatan milik Alvin. Ayahnya memang suka mencatat apapun yang ia rasakan atau lakukan setiap hari. Tapi ada catatan yang hilang, sisa sobekan menunjukan bahwa seseorang sudah merusak nya.
Suara tangisan Jovial memecah perhatian Daven pada buku itu, ia menutupnya dan membawanya untuk menemani Jovial. Jovial menangis, jadi Daven menggendongnya agar tenang. "Kau mencari ibu?" tanya Daven sambil mengelus lembut punggung putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Werewolf"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...