"Izinkan aku tinggal disini Daven, aku bisa membantumu menjaga Neona," Kata Alice.
Daven mengangguk, "Yah, kau mau tinggal disini selamanya denganku juga tidak apa apa," Ia tersenyum nakal pada Alice.
"Adikmu sedang sakit, aku hanya ingin merawatnya," Alice memindahkan gelas gelas ke tempatnya.
Daven memeluknya dari belakang, "Iya, aku tahu,"
"Ayahku bertanya, kapan kau bisa menemuinya?" Kata Alice.
Daven memiringkan kepalanya, ia sedang memikirkan waktu yang tepat. "Secepatnya, minggu ini aku akan menemuinya,"
"Aku akan memberitahunya," Alice menepuk pipi Daven dua kali dan pergi kekamar Neona. Ia mengecek apakah bau bau an bunga yang diberikan Eric tadi sore sudah hilang atau belum, ia akan menambahkannya jika sudah mulai hilang.
Alice menutup jendela kamar Neona dan mematikan lampu kamarnya, "Istirahat lah yang nyenyak Neona dan bangun esok hari dengan keadaan baik baik saja,"
Alice kembali kekamar Daven, kekasihnya telah menunggunya disana. Daven memeluk Alice agar tidur di sampingnya. "kenapa kau tak pernah pakai kausmu Daven? Apa tidak dingin?" tanya Alice.
"Aku ini berdarah panas Alice, aku selalu merasa hangat. Lagi pula bukankah kau juga merasa begitu saat ku peluk?" Daven menarik selimut agar menutupi setengah badan Alice.
Alice memeluk Daven, "Kau benar,"Daven mengelus kepala Alice hingga mereka berdua tertidur.
Malam ini bulan belum bulat sempurna, tapi cahayanya sangat terang untuk menerangi sudut sudut kota yang tak terkena lampu jalan. Edward sedang melamun di jendela kamarnya. Ia merindukan Neona, apa dia sudah bangun? Bagaimana cara agar dia dapat mendekatinya?
Lalu ia teringat Stephen, buru-buru ia menuju kamar Stephen. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya saat sudah masuk kamar Stephen.
Sebuah kamar dengan buku-buku dan perkamen-perkamen tua, jika kau masuk maka aroma khas perpustakaan akan ada disini. Stephen sedang berbaring di ranjangnya, "Apa kau tidak lihat? Aku sedang mencoba untuk tidur sekarang,"
Edward berdecak, "Kau itu vampire untuk apa tidur? Kau bahkan sudah insomnia untuk seumur hidupmu," Edward duduk di kursi yang berada dibalik meja baca Stephen.
"Bukan berarti aku tidak bisa tidur ya, sudahlah katakan apa yang ingin kau katakan," Stephen menoleh ke arah Edward.
Edward tersenyum, "Ceritakan padaku, tentang mate mu itu,"
"Astaga Ed kau mengganggu ku hanya untuk itu," Stephen bangkit untuk duduk di pinggiran kasurnya menghadap Edward. "Dulu aku bertemu seorang wanita dari bangsa werewolf, dia cantik dan baik. Kami bertemu diam-diam setiap malam agar tidak ada yang menemukan kami dibalik gelapnya hutan. Yah, kami melakukan apa yang selayaknya sepasang kekasih lakukan. Tapi aku melakukan kesalahan Ed, aku membuatnya mengandung anakku. Tentu saja itu membuatnya menderita, keluarganya membawanya pergi untuk ritual agar anaknya hilang. Itu percuma, nyataya anak itu masih tetap tumbuh dengan baik. Dia meninggal setelah melahirkannya, aku tidak tahu kemana perginya anak kami. Kuharap dia tumbuh dengan normal dan menjadi vampire yang baik, itupun jika dia jadi seorang vampire," Stephen selesai menceritakannya. Tapi wajah Edward nampak tak puas.
"Masalahnya gadis werewolf ini sedikit berbeda, dia tak beraroma seperti werewolf lain. Dia bahkan tak dapat membedakan mana manusia dan vampire secara kasat mata, itu aneh. Kenapa bisa seperti itu?" tanya Edward.
"Aku tidak tahu, vampire juga ada yang begitu. Mungkin ia perlu dibangkitkan jiwanya terlebih dahulu," jawab Stephen.
"Beritahu aku, bagaimana cara mendekatinya?" Edward tak sabar, jadi langsung saja ke intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Loup-garou"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...