Chapter 35

19 5 0
                                    

Stephen melihat Daven dan Neona ber adu argumen sampai disaat Daven menamparnya. Ia kembali, "Ed,"

Ia tahu hal ini mungkin terjadi, mengingat memang banyak vampire yang memiliki lebih dari satu mate dalam hidupnya. Tapi ia tak terima jika putrinya yang mengalami hal seperti ini.

"Kau ingin marah padaku kan?" ucap Edward.

Stephen hanya memandangnya, ia benar benar marah. "Aku meminta mu untuk menemui nya bukan?"

Edward menunduk tak berani menatap Stephen. "Terserah padamu Ed, aku anggap itu sebuah pernyataan bahwa kau bukan lagi di pihak ku," lanjut Stephen.

*

Neona tak keluar dari kamarnya berhari hari, tak menyentuh makanan yang diberikan untuknya. Ia hanya diam membisu di dalam kamarnya, Alice mencoba bicara namun tak ada jawaban dari seberang pintu.

"Dia tidak mau makan?" tanya Daven. Ia sangat khawatir akan Neona.

Alice menggeleng, "Aku menyuruh Dino membujuknya, tapi tidak berhasil. Apa yang harus kita lakukan?"

Daven menghela nafas dalam, bahkan jendela Neona pun tertutup kain. Ia benar benar tak ingin seorang pun tahu bagaimana keadaannya.

Semuanya berjalan seperti biasa, hanya saja rasa cemas dan pertanyaan perihal keadaan Neona masih tetap ada. Stephen pun mengunjunginya, memastikan bahwa Neona masih hidup dan baik baik saja. Sampai suatu pagi, Neona akhirnya keluar dari persembunyian.

Daven yang melihat pintu kamar Neona terbuka pun merasa senang, adiknya baik baik saja. "Neona, kau sudah merasa baik baik saja?"

Tak ada jawaban, Neona hanya melaluinya. Ia membawa tas dan pergi untuk menjalani kehidupan normalnya. Entah berapa lama iia menangis. Matanya yang sembab itu tidak bisa disembunyikan.

Sean dan Dino menghampirinya, "Astaga kukira kau pindah," ucap Sean.

"Kau mau makan apa hari ini? Aku yang traktir" ujar Dino. Mereka berdua tahu, tapi mereka ingin mengembalikan Neona yang dulu.

Stephen menemuinya di rooftop gedung kelas, "Sudah merasa baikkan?"

Neona hanya menatapnya lalu membuang pandangan ke arah jalanan dan bangunan di sekelilingnya. "Kau boleh cerita kekesalanmu padaku, aku juga pernah mengalami hal yang kau alami. Sebenarnya kita punya banyak kesamaan,"

"Aku juga mencintai seseorang, tapi karena kesalahanku. Dia kini tidak dapat mengingatku, itu adalah kesalahan terbesar yang tak akan pernah bisa aku perbaiki. Tapi melihat mu baik baik saja, aku merasa bahwa bisa saja kesalahan ku tidak sepenuhnya salah," lanjutnya. Ia mengacak acak rambut Neona. "Tersenyum lah Neona,"

"Kenapa bapak peduli? Kita kan musuh," ucap Neona datar.

Stephen tersenyum, "karena kau berharga,"

"Terima kasih telah mengatakannya, tapi aku sudah muak mendengarnya," ujar Neona.

"Siapa yang mengatakannya sebelum aku?" tanya Stephen.

"Ayah," jawab Neona.

Yah Neona, aku juga ayahmu. Aku adalah ayahmu. Ingin rasanya Stephen menyatakan fakta tersebut, "Ayahmu menyayangimu,"

"Tapi aku membencinya, kini aku membenci semuanya," lanjut Neona, matanya berkaca kaca. "Mereka memperlakukan ku tak sewajarnya, padahal bukan kah aku sama dengan mereka?" suaranya bergetar.

Stephen mengangguk dan memeluk putrinya untuk pertama kali, "menangislah Neona, menangislah,"

"Apa ini salah ku? Aku tak mau terlahir seperti ini, mengapa mereka tak mau menerimaku selayaknya orang lain? Mengapa aku harus menyembunyikan diriku?" ia menangis.

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang