𝐎𝟎𝟏 . 𝐑𝐎𝐒𝐄

8K 995 210
                                    

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ-

╰┈➤ ❝Dear My Green, Draco Malfoy,

Setiap kali aku melihatmu, 
hatiku bernyanyi seakan menemukan melodi baru.

Rambut pirangmu membuat aku terjatuh, 
dan mata abumu menghipnotis diriku.

How is it possible for someone to be as captivating as you?

I've been quietly admiring you, harbouring these feelings in silence.

I will always cherish you, even if it's from afar.

With love,

Blue, your secret admirer ❞

"Menggelikan."

Draco Malfoy, penyihir muda berusia 13 tahun, sangat bangga dengan status darah murninya. Dia yakin bahwa hanya penyihir berdarah murni yang benar-benar hebat. Seringkali, dia bisa ditemukan mengolok-olok murid lain yang bukan berdarah murni. Sikapnya yang arogan, tidak mau kalah, dan licik benar-benar mencerminkan seorang Slytherin sejati.

Dengan satu kibasan tongkat, Draco membakar surat cinta itu hingga menjadi abu. Sejak awal tahun kedua, Draco selalu menerima surat-surat yang dianggapnya menggelikan secara rutin hingga tahun ketiga ini.

Draco tidak habis pikir, ada orang yang repot-repot mengirimkan surat tiga hari sekali. Meskipun menurutnya surat itu konyol, dia tetap membacanya sebelum menghancurkannya menjadi serpihan. Satu-satunya yang tersisa hanyalah pita berwarna bluebell, ciri khas dari pengirim misterius itu.

Pertama kali Draco menerima surat dari pengagum rahasianya saat tahun kedua, dia sedang berbincang dengan Crabbe dan Goyle di asrama Slytherin. Saat itu, ia melihat sebuah kotak kecil dengan surat yang terikat pita royal blue di atas meja rekreasi Slytherin.

Surat tersebut memuji betapa menawannya rambut pirang platina Draco. Tanpa merasa perlu membaca lebih jauh, Draco langsung melempar surat itu ke perapian rekreasi, menyimpan hadiahnya dengan nada sinis.

"Kau masih mendapatkannya, Drake?" tanya Blaise sambil duduk santai di sofa seberang.

"Apa yang kau harapkan, Blaise? Apakah kau ingin aku meminta seseorang yang bahkan wujudnya tidak ku ketahui untuk berhenti mengirimi surat-surat menjijikan ini?" balas Draco dengan nada skeptis.

Tangan Draco menyentuh cincin keluarga yang melingkar di jarinya, dan tatapan netra abunya penuh rasa kesal saat menatap Blaise. Terlihat jelas bahwa ia sangat muak dengan situasi yang terus menerus menghantuinya.

"Cari tahu saja tentang dia. Setelah itu, buat dia berhenti mengirimi surat jika itu mengganggumu," saran Blaise sambil menutup bukunya, memperhatikan Draco yang duduk dengan tatapan kosong di depan api perapian yang menari-nari.

Draco melengos, matanya terpaku pada nyala api hijau yang berkedip-kedip di perapian. "Mudah bagimu bicara. Dia bahkan tidak memberi petunjuk sama sekali dalam suratnya."

Blaise mengangguk, menimbang kata-katanya dengan hati-hati. "Bukankah dia menyebutkan panggilan untukmu? Blue, begitu katanya."

"Ya."

"Dia memanggilmu Green alih-alih namamu. Hijau, ciri khas Slytherin. Dan menurutmu warna biru adalah—"

"Ravenclaw," potong Draco cepat.

"Kau hendak berkencan dengan seorang Ravenclaw?" tanya Theo tiba-tiba, sudah duduk di sebelah Draco.

"Tak ada niat sama sekali," jawab Draco dengan nada sinis. "Kau pikir aku mau?"

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑  ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang