˚˖𓍢ִ໋🦢˚
Suasana di lapangan terasa seperti puncak dari sebuah perayaan yang megah, tetapi di bawah semua kemeriahan itu, ada lapisan ketegangan yang tak terucap. Sorak-sorai yang bergemuruh dari ribuan penonton menggetarkan udara, sementara musik dari tiga delegasi menciptakan suasana yang kontras. Dari sudut delegasi Beauxbatons, alunan nada melambung tinggi, seperti puisi angin yang berbisik lembut, sementara Durmstrang menyerukan nada-nada penuh semangat dan keberanian, seperti nyanyian para prajurit kuno yang bersiap menghadapi takdir. Hogwarts? Musik klasik mereka membawakan harmoni yang menenangkan, seolah menegaskan bahwa ini adalah rumah bagi para juara, tempat mereka akan diingat selamanya.
Tetapi, di tengah kemegahan itu, ada sesuatu yang tak bisa diabaikan. Labirin besar yang menjulang tinggi, dengan dedaunan tebal yang hampir menutupi segalanya, berdiri seperti monster raksasa, menunggu untuk menelan siapa pun yang berani memasukinya. Keheningan yang menakutkan mengisi labirin itu, aura yang memancarkan bahaya seolah-olah ia memiliki kesadaran sendiri, mengintai dengan kesunyian yang menghancurkan. Suasana ini mengingatkan Draco pada kutipan dari "The Hollow Men" karya T.S. Eliot: "This is the way the world ends, not with a bang but a whimper." Begitulah rasanya, keheningan labirin itu tidak meledak dengan ledakan besar, tapi dengan desahan yang mengerikan, sesuatu yang tak terlihat tapi jelas mengancam.
Di tengah lapangan, Cedric Diggory berdiri sebagai sosok yang disorot. Senyumnya lebar, penuh dengan rasa percaya diri, sementara ayahnya, Amos Diggory, mengangkat tangannya dengan bangga. "Anak ini bagaikan pahlawan Yunani," pikir Draco sejenak, melihat Cedric dengan cara yang berbeda. Wajah Cedric memancarkan sinar, seolah dialah Achilles, sang juara yang tak terelakkan. Cedric tersenyum kepada teman-teman asramanya, tetapi saat tatapannya jatuh pada [Name], senyum itu sedikit memudar, berganti menjadi pandangan penuh perhatian. [Name] berdiri kaku, seperti patung, wajahnya tanpa ekspresi. Tatapan kosongnya membuat Draco bertanya-tanya apa yang ada dalam pikirannya.
Draco duduk di tribun Slytherin, dikelilingi oleh Blaise dan Theodore, tetapi kehadiran mereka seolah lenyap di latar belakang. Suara-suara riuh itu pun terasa jauh. Pikirannya tenggelam dalam percakapan terakhirnya dengan Cedric. "Jaga dia," suara Cedric bergema dalam benaknya, berat dan penuh tanggung jawab yang tak terduga. Bagaimana bisa seseorang seperti Cedric, dengan karisma dan kepopulerannya, mempercayakan sesuatu sebesar ini kepada Draco? Apa yang ia lihat dalam diri Draco yang bahkan Draco sendiri tidak bisa lihat?
Draco tidak pernah menyukai tanggung jawab yang tidak ia pilih sendiri. Selama ini, dia percaya bahwa setiap orang punya jalannya sendiri, dan ia selalu memilih jalan yang paling mudah, jalan yang tidak melibatkan perasaan orang lain. Tapi, kata-kata Cedric itu telah mengoyak pertahanan tenangnya. "Memangnya bisa seseorang tetap tak peduli saat dititipi tanggung jawab untuk menjaga orang yang dicintai?" pikir Draco, menggerutu dalam hatinya. Cedric memberikan beban itu dengan mudah, seolah-olah menyerahkan sepotong dari jiwanya kepada Draco, dan sekarang Draco terjebak dalam perang batin yang ia tidak pernah inginkan.
Pandangannya beralih kembali pada [Name]. Gadis itu masih berdiri kaku di tempatnya, tanpa senyum, tanpa air mata, hanya kesunyian yang mengelilinginya. Tatapan kosongnya itu mengingatkan Draco pada bait dalam "La Belle Dame Sans Merci" karya John Keats: "And no birds sing." Seperti ksatria yang jatuh cinta pada peri dalam puisi itu, Draco merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri [Name], sesuatu yang telah diambil darinya—mungkin oleh labirin yang mencekam ini, atau mungkin oleh perasaan tak terucapkan tentang Cedric.
Draco tidak pernah ingin terlibat, tapi sekarang semuanya berubah. Sejak percakapannya dengan Cedric dan keterlibatan [Name] dengan kakeknya di masa lalu, ia merasakan sesuatu yang menggerogoti pikirannya. "Tidak pernah ada dunia yang damai," pikirnya, sambil menghela napas panjang. "Meski kau mencoba sekeras apapun, kekacauan akan selalu menemukanmu." Seolah dunia ini tak akan pernah memberikan kedamaian, selalu ada badai di cakrawala, bahkan saat langit tampak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑 ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳
Fanfic╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈➤ ❝𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐞𝐧, 𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲, ㅤㅤㅤ𝘪𝘧 𝘰𝘯𝘭𝘺 𝘺𝘰𝘶 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘪𝘵'𝘴 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘢𝘯'𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘭𝘰𝘷𝘪𝘯𝘨 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𝘞𝘪𝘵𝘩 𝘭𝘰𝘷𝘦...