˚˖𓍢ִ໋🦢˚
Cahaya matahari sore menyusup lembut melalui jendela ruang rekreasi Slytherin, memantulkan garis-garis tipis di permukaan air Danau Hitam. Beberapa makhluk air bersirip gelap terlihat berenang di luar, kadang melintas di depan jendela kaca, menambah suasana misterius di ruangan yang suram itu.
Di tengah ruangan, Draco Malfoy duduk dengan santai di sofa mewah, menikmati coklat kodok yang meleleh di mulutnya. Crabbe dan Goyle, dua sosok besar yang menguasai dua sofa besar di seberang Draco, tampak tenggelam dalam pembicaraan mereka sendiri. Blaise dan Theo duduk di sisi lainnya, dengan ekspresi bosan atau sarkastik. Ruang rekreasi Slytherin, dengan pencahayaan redup dan karpet tebal yang menutupi lantai dingin, memberikan suasana yang sangat berbeda dibandingkan dengan kehangatan luar yang tertutup oleh jendela kaca.
Draco, yang meluruskan kakinya di atas sofa, berusaha membuat Pansy Parkinson tidak bisa duduk dekatnya. Dia menatap dengan serius surat berpita bluebell yang terletak di pahanya. Dengan gerakan lambat dan hati-hati, Draco membuka surat tersebut, mengamati kalimat-kalimat yang tertulis rapi di atas perkamen.
╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ-
╰┈➤ ❝ To my Green, Draco Malfoy
[I find myself lost in the maze of our unspoken words. Your presence lingers like a soft whisper in the dark, and my heart aches with every step you take away from me.]
Blue, your secret admirer❞
︶︶︶︶︶︶︶˗ˋ .*ೃ✧₊˚.❁ ↷
"Pendek sekali," gumam Draco, nada suaranya penuh ketidakpuasan. Rasa frustasi terselip karena isi surat kali ini terasa lebih singkat dari biasanya. Sebelumnya, surat-surat dari Blue selalu penuh dengan kalimat-kalimat panjang yang membuat Draco merasa seperti tenggelam dalam lautan kata-kata indah. Kali ini, suratnya hanya terdiri dari beberapa kalimat singkat yang, meskipun penuh makna, terasa tidak cukup.
Draco menaruh surat itu di atas meja, kemudian mengacungkan tongkatnya dengan gerakan yang terampil. "Incendio." Sebuah percikan api kecil melesat dari ujung tongkatnya, membakar surat dengan cepat dan menyisakan abu-abu halus di atas meja. Dia mengamati abu itu dengan ekspresi campur aduk, merasa puas sekaligus sedikit kesal.
"Seharusnya aku saja yang membakarnya. Aku tahu kau terganggu dengan surat itu. Tidak usah repot-repot membacanya, ya kan, my Draci-poo?" suara Pansy memekakkan telinga dengan nada manja yang tidak bisa dihindari. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan senyuman genit, rambut hitamnya yang pendek tersapu ke belakang telinga.
"Jika itu milikku, jangan berani kau menyentuhnya," ucap Draco dengan nada dingin, berdiri dan menepuk-nepuk jubahnya untuk menghilangkan debu yang tidak ada. Ia tampaknya bersiap untuk pergi.
"Kau mau kemana?" tanya Blaise, tanpa menunjukkan minat yang terlalu besar.
"Berkeliling." Jawaban Draco singkat dan tidak memuaskan, lebih merupakan alasan daripada tujuan yang sebenarnya. Draco sebenarnya berniat mencari gadis Ravenclaw yang mengobatinya. Di dalam pikirannya, senyum gadis itu terus berputar, seolah mengganggu ketenangan jiwanya.
Pansy, yang sudah siap mengikuti Draco, berdiri dan mencoba mengejar. "Jangan ikuti aku," cegah Draco dengan tegas. Pansy membuka mulutnya untuk membantah, tetapi sebelum dia sempat berbicara, Blaise dengan cepat mengeluarkan mantra "Leg-locker" yang membuat kaki Pansy langsung terkunci. Pansy jatuh terjerembab di lantai dengan suara benturan yang keras.
Draco menoleh, melihat Pansy yang terjatuh dan mulai berteriak. Ekspresi sang pemuda platina hampir berubah menjadi senyuman, namun ia menahannya dan hanya mengeluarkan deheman kecil. Ia memberikan isyarat terima kasih kepada Blaise dengan anggukan kepala dan segera melangkah pergi menuju pintu lukisan Slytherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑 ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳
Fanfiction╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈➤ ❝𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐞𝐧, 𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲, ㅤㅤㅤ𝘪𝘧 𝘰𝘯𝘭𝘺 𝘺𝘰𝘶 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘪𝘵'𝘴 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘢𝘯'𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘭𝘰𝘷𝘪𝘯𝘨 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𝘞𝘪𝘵𝘩 𝘭𝘰𝘷𝘦...