𝐎𝟏𝟖 . 𝐂𝐀𝐌𝐄𝐋𝐋𝐈𝐀

3.4K 475 31
                                    

˚˖𓍢ִ໋🦢˚

Asrama dipenuhi kegembiraan dan antusiasme. Setiap sudut ruangan dipenuhi bisik-bisik, tawa, dan percakapan yang berpusat pada satu topik: Turnamen Triwizard yang akan digelar di Hogwarts tahun ini. Suasana penuh semangat itu terasa hingga ke dalam dinding-dinding batu tua, seakan-akan kastil pun ikut bergetar oleh energi para siswa yang tengah membahas ajang legendaris ini.

"Jadi hanya yang berusia 17 tahun ke atas yang boleh ikut?" suara Seamus Finnigan terdengar dengan nada penasaran di antara kerumunan. Beberapa siswa mengangguk, membenarkan informasi yang telah tersebar luas.

Panitia turnamen tampaknya percaya bahwa pada usia 17 tahun, seorang penyihir telah matang secara mental dan fisik, siap untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menanti. Namun, batas usia itu juga menimbulkan desahan kecewa dari mereka yang masih terlalu muda untuk mendaftar—kegembiraan mereka sedikit terganggu oleh kenyataan bahwa mereka harus menunggu giliran.

Turnamen Triwizard ini bukanlah hal baru bagi dunia sihir, meskipun sudah lama tak diselenggarakan. Pertama kali diadakan sekitar tujuh ratus tahun lalu, turnamen ini dirancang sebagai ajang kompetisi persahabatan antara tiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Kompetisi ini lebih dari sekadar adu kekuatan dan kecerdasan; ini adalah simbol persatuan dan kerjasama antar sekolah, meskipun dalam wujud persaingan sengit.

"Bayangkan saja," seorang siswa dari asrama Gryffindor berbicara dengan semangat yang tak tertahan, "tiga juara, satu dari setiap sekolah, akan dipilih dan mereka harus menghadapi tiga tantangan yang penuh bahaya dan misteri."

Beberapa siswa lain yang duduk di dekat perapian mulai membayangkan tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh para juara: mungkin naga-naga yang mengamuk, labirin penuh jebakan, atau makhluk-makhluk ajaib yang hanya muncul dalam mimpi buruk. Mata mereka berbinar-binar saat mereka menggambarkan pemandangan tersebut dengan semangat yang menular.

"Apakah kalian pernah mendengar tentang turnamen sebelumnya?" tanya Hannah Abbot kepada kelompok di sebelahnya.

"Ya, katanya dulu banyak yang terluka parah," jawab yang lain dengan nada serius, membuat beberapa siswa yang lebih muda sedikit gemetar.

Namun, ketakutan itu tidak meredam semangat mereka. Sebaliknya, cerita-cerita lama tentang keberanian, pengorbanan, dan kemenangan hanya membuat mereka semakin tertarik pada misteri dan kemuliaan yang melekat pada Turnamen Triwizard. Bagi mereka yang memenuhi syarat usia, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup, dan untuk yang lain, ini adalah momen untuk hidup dalam bayangan sejarah, menyaksikan dan mendukung juara yang mewakili Hogwarts.

Suasana asrama malam itu menjadi cerminan dari harapan dan mimpi yang tengah menggantung di udara Hogwarts. Turnamen Triwizard bukan hanya sebuah kompetisi, tetapi juga kesempatan bagi mereka untuk menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari diri mereka sendiri—sebuah warisan yang telah hidup selama berabad-abad.

"Turnamen ini berbahaya," ujar Michael tiba-tiba, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka. Suaranya terdengar lebih nyaring dari biasanya, seolah-olah setiap kata bergema di sepanjang koridor yang sepi. Di luar, hujan masih terus turun, menciptakan irama monoton yang menambah kesan sunyi dan mencekam di dalam kastil.

Padma, Lisa, dan Anthony tidak langsung merespons, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sementara itu, [Name] bermain-main dengan kalung dari tutup Butterbeer yang baru saja diberikan oleh Luna saat makan malam di Great Hall. Luna dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa kalung itu bisa mengusir Nargles, dan dia dengan bangga menceritakan bahwa ayahnya yang membuatnya. Mendengar cerita Luna, [Name] tidak bisa menahan senyum kagumnya, memuji kejeniusan ayah Luna dalam hati.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑  ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang