𝐎𝐎𝟖 . 𝐃𝐀𝐈𝐒𝐘

5.1K 775 138
                                    

˚˖𓍢ִ໋🦢˚

Pagi itu, [Name] terbangun lebih awal dari biasanya, saat langit masih gelap pekat. Dia merasakan suara gemerisik dan percikan air yang tak biasa. Sejenak, dia mengira itu berasal dari dahan pohon yang membentur kaca jendela kamarnya. Namun, seketika ia tersadar bahwa asrama Ravenclaw terletak di menara tertinggi Hogwarts, mustahil ada pohon yang tumbuh setinggi itu.

[Name] mencoba kembali tidur, tetapi suara dentuman guruh dan deru angin yang menghantam dinding kastil membuatnya terjaga. Ia menyadari suara gemerisik itu berasal dari badai yang mengamuk di luar. Hujan deras mencambuk kaca jendela, menciptakan suasana mencekam. Dengan mendesah, dia mengalihkan pandangannya ke arah Padma dan Lisa, yang masih terlelap nyenyak, tak terganggu oleh keributan di luar.

Perasaan iri muncul dalam dirinya; mereka tampak begitu damai tidur sementara dia terjaga. [Name] memutuskan untuk bangkit, mengenakan jubah hangat untuk menghalau dinginnya pagi itu. Diam-diam, dia meninggalkan kamar, berjalan melewati koridor yang sepi menuju dapur Hogwarts.

Di depan lukisan pir yang terkenal, [Name] menggelitik lukisan tersebut seperti yang pernah dia lihat Fred dan George lakukan. Pintu rahasia terbuka, dan dia memasuki dapur yang hangat. Peri rumah yang bekerja di sana langsung menyambutnya dengan keramahan yang khas, menawarkan berbagai hidangan lezat. [Name] meminta beberapa makanan ringan dan secangkir teh hangat, lalu melangkah keluar untuk menemui Sirius.

Di koridor yang sepi, [Name] menemukan Sirius duduk di dekat jendela besar, memandang ke luar. Hujan deras masih mengguyur, dan beberapa Dementor terbang melayang di kejauhan, jubah mereka yang compang-camping berkibar-kibar di angin. [Name] duduk di samping Sirius, menyerahkan secangkir teh hangat kepadanya. Mereka duduk bersisian, menikmati kehangatan minuman di tangan mereka sementara [Name] memulai percakapan.

"Kau khawatir tentang Harry, Sirius?" tanya [Name], tangannya bermain dengan api kecil yang muncul dari ujung jarinya, sebuah trik kecil yang ia pelajari untuk menghangatkan diri.

Sirius mengangguk, memandang ke luar jendela. "Tentu saja. Tapi aku percaya pada kemampuan Harry. Dia mampu menghadapi tantangan, bahkan Dementor sekalipun."

[Name] memandangi Dementor yang berpatroli di langit kelabu. "Dementor-dementor itu seharusnya dibatasi. Paling tidak hanya di sekitar Hutan Terlarang. Mereka terlalu berbahaya, terutama dengan pertandingan Quidditch yang tetap berlangsung hari ini."

Sirius menyeringai, mengangkat bahu. "Bagiku, badai dan Dementor bukanlah masalah besar dibandingkan dengan ancaman nyata yang mereka anggap berasal dariku." Dia membersihkan remah-remah dari roti lapis yang telah dia makan, tampak tak terpengaruh oleh kekhawatiran [Name].

[Name] tersenyum kecil, mengingat pertemuan aneh beberapa hari lalu. "Oh ya, aku melihat Scabbers berlari-lari sendirian di koridor. Aku hampir menangkapnya, tapi Ron muncul dan malah berterima kasih padaku. Dia kira aku yang menemukan Scabbers."

Sirius menghela napas. "Kita masih punya waktu. Jangan khawatir, aku tidak ingin membebanimu lebih dari ini."

Mereka melanjutkan percakapan, sesekali tertawa kecil saat [Name] membuat api kecil dengan sihirnya untuk menghangatkan diri. Meski suasana di luar tampak suram, perbincangan mereka terasa hangat dan menenangkan. Saat akhirnya waktu sarapan hampir tiba, [Name] bangkit, menatap Sirius dengan penuh simpati.

"Aku harus pergi sekarang. Jangan lupa bersembunyi sampai pertandingan dimulai," katanya, tersenyum lembut.

Sirius mengangguk, menepuk bahu [Name] dengan ramah. "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Hati-hati di luar sana."

Gadis itu berpamitan dan berjalan kembali ke asrama, dengan perasaan yang campur aduk. Meski hatinya penuh kekhawatiran, perbincangan dengan Sirius memberikan sedikit kelegaan. Badai mungkin mengamuk di luar, tetapi di dalam, mereka masih bisa menemukan sedikit kehangatan dan kebahagiaan.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑  ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang