𝐎𝟏𝟗 . 𝐂𝐇𝐑𝐘𝐒𝐀𝐍𝐓𝐇𝐄𝐌𝐔𝐌

3.1K 456 82
                                    

˚˖𓍢ִ໋🦢˚

Esok paginya, saat matahari perlahan mendaki di langit, menerangi kastil Hogwarts dengan sinar keemasan, kejadian malam itu—dimana [Name] terbangun dalam kesedihan mendalam dan merintih dalam kegelapan—hampir terlupakan oleh teman-teman sekamarnya yang tertidur nyenyak. Suasana pagi yang cerah seolah menyapu bersih segala kesedihan malam sebelumnya, menjadikannya hanya sebagai bayangan samar di belakang pikiran mereka.

[Name] melangkah gontai melewati koridor yang terang, berusaha sekuat tenaga untuk menutupi kesedihan yang masih membekas di hatinya. Langkah kakinya terasa berat, dan setiap gerakannya seakan mengeluarkan energi terakhir yang tersisa. Dia menghela napas berkali-kali, mungkin sudah ke sepuluh kalinya sejak pagi, mencoba untuk menenangkan dirinya dan melupakan rasa kerinduan yang menyakitkan akan sang ayah, Edward, yang kembali menghantui malamnya.

Michael, yang berjalan di sampingnya, memperhatikan dengan seksama. Dia menepuk lembut surai hitam [Name] dengan tangan yang penuh perhatian, melakukannya dengan lembut agar tidak menarik perhatian teman-teman lain. Suasana pagi di Hogwarts terasa lebih hidup dengan suara langkah kaki dan obrolan ringan dari siswa-siswa lain yang menuju ke Great Hall untuk sarapan sebelum kelas pertama.

"Tidak mau cerita?" Michael bertanya dengan suara pelan, mengungkapkan kepedulian yang mendalam tanpa mengganggu ketenangan pagi itu. Pertanyaannya penuh perhatian, namun disampaikan dengan lembut, menghindari menambah beban emosional yang mungkin dirasakan [Name].

Gadis itu hanya menggelengkan kepala, tidak mampu menemukan kata-kata untuk menjelaskan rasa sakit yang membelenggunya. Dia masih terjebak dalam pikirannya sendiri, mempertanyakan apakah ayahnya, Edward, masih hidup atau sudah meninggal. Ketidakpastian ini memakan sebagian besar energi emosionalnya, dan harapan untuk menemukan jawaban seolah menjadi beban berat di hatinya.

Saat mereka memasuki Great Hall, suasana di dalam ruangan penuh dengan kehidupan—suara gelak tawa, obrolan, dan aroma makanan pagi yang menggugah selera. Namun, bagi [Name], semua itu terasa jauh dan kabur. Hatinya masih terbelenggu dalam kerinduan dan kesedihan, dan dia hanya berharap agar waktu bisa memberikan jawaban atas pertanyaannya yang paling mendalam.

Kelas pagi ini akan menyatukan murid-murid dari berbagai asrama, termasuk Slytherin dan Gryffindor, dan ketegangan di antara mereka mungkin akan menambah kerumitan hari yang sudah berat. Namun, bagi [Name], semua itu hanyalah lapisan luar dari perjuangan batinnya yang lebih dalam.

"Kalian duluan saja. Aku dan [Name] akan menyusul," titah Michael dengan nada tegas, tangannya menepuk bahu Terry yang berjalan di depan mereka.

Keputusan Michael menyebabkan kebingungan di wajah Padma, Lisa, Terry, dan Anthony. Obrolan pagi mereka yang cerah mendadak terhenti, dan mereka semua menatap Michael dan [Name] dengan heran. Padma, yang berbalik dengan raut penuh keprihatinan, segera mendekati [Name], sementara Lisa dan Anthony mengikuti gerakannya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ada apa?" suara Padma lembut namun penuh kekhawatiran, seperti seorang ibu yang mendapati anaknya dalam kesulitan. Raut wajah Padma yang cemas membuat [Name] merasa sedikit terhibur. Ada yang peduli padanya, pikirnya, dan itu memberi sedikit kenyamanan di tengah kesedihannya.

"Aku tak apa, Padma. Tak perlu cemas," jawab [Name] mencoba memberikan penjelasan yang rasional. "Kurasa Michael ingin membicarakan beberapa teka-teki yang waktu itu belum kami selesaikan." Ia mencoba mencari alasan masuk akal, meski dirinya sendiri tidak benar-benar yakin dengan alasan di balik permintaan Michael.

Padma menatap [Name] dengan keraguan. "Kau tidak bohong kan?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan ketidakpercayaan. Meskipun penjelasan [Name] terdengar rasional, raut wajah gadis dengan rambut hijau itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekedar teka-teki.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑  ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang