𝐎𝟑𝟓 . 𝐑𝐀𝐍𝐔𝐍𝐂𝐔𝐋𝐔𝐒

502 55 7
                                    

˚˖𓍢ִ໋🦢˚

Pidato Dumbledore terus bergema di aula besar Hogwarts, suaranya rendah namun penuh makna, setiap kata terasa seolah menggali perasaan paling dalam dari semua yang hadir. "Cedric Diggory adalah anak yang baik, setia, dan berani..." kata-katanya mengalir lembut, namun menusuk seperti belati yang melukai hati semua yang mendengarnya. Di barisan Ravenclaw, [Name] duduk, mencoba mempertahankan posturnya yang tegak meski tubuhnya terasa seperti akan runtuh kapan saja. Air mata telah menjadi temannya selama beberapa hari terakhir, tetapi kini ia hanya bisa menatap dengan tatapan kosong. Pandangan itu tak terlepas dari sosok Dumbledore di ujung aula, yang terus berbicara tentang keberanian, kebaikan, dan kehilangan.

Padma dan Michael, yang duduk di dekatnya, tak berhenti melirik ke arahnya. Mereka berdua tahu betul betapa beratnya bagi [Name] menerima kenyataan ini. Sejak kejadian itu, [Name] nyaris tidak berbicara. Ia hanya diam, seolah-olah jika ia mengucapkan sesuatu, kenyataan ini akan semakin menyakitkan, semakin nyata. Setiap kata dari Dumbledore terdengar seperti beban tambahan yang semakin memberatkan hatinya.

"Mungkin tidak ada hal yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kau sayangi tak lagi bersamamu," pikir [Name], matanya berkaca-kaca saat Dumbledore melanjutkan pidatonya. Kata-kata itu, meskipun terdengar sederhana, terasa berat dan penuh dengan kesedihan yang sulit digambarkan. Seperti puisi "Remember" karya Christina Rossetti yang tiba-tiba terlintas di pikirannya: "Remember me when I am gone away, gone far away into the silent land..." Itulah yang dirasakannya saat ini. Kepergian Cedric adalah seperti seseorang yang tersesat di tanah sunyi, dan ia tak tahu bagaimana harus melanjutkan langkah tanpa sosok yang selama ini mengisi hidupnya dengan tawa dan kebaikan.

Di kejauhan, di antara kerumunan murid-murid Slytherin, suara sinis Draco Malfoy tiba-tiba terdengar. "Hah, dia bilang You-know-who kembali? Seperti ada yang percaya dengan omong kosong itu. Potter pasti mencari perhatian." Draco tertawa kecil, diikuti oleh Crabbe dan Goyle yang bodoh mengiyakan tanpa pikir panjang. Tawa mereka terdengar seperti paku yang ditancapkan ke dalam luka yang sudah menganga.

[Name] mengepalkan tangannya, mencoba meredam amarah yang mendidih dalam dadanya. "Bajingan itu. Bagaimana mungkin dia bisa tertawa... bagaimana mungkin dia bisa begitu kejam di saat seperti ini?" pikirnya, rasa marah dan putus asa bercampur menjadi satu. "Aku ingin... aku ingin menonjok wajahnya, membuatnya mengerti bahwa ini bukan permainan. Cedric bukan hanya korban yang bisa ia olok-olok. Dia adalah teman... dia adalah... kakakku." Namun, kalimat itu tertahan di otaknya, dan Padma yang menyadari perubahan ekspresi di wajah [Name], dengan lembut menyentuh lengannya, mencoba menenangkannya.

Suasana aula terasa semakin suram. Cahaya lilin yang biasanya memberi kehangatan kini terasa redup, seolah ikut merasakan duka yang melingkupi seluruh tempat. Hari ini adalah pagi terakhir mereka untuk sarapan bersama sebelum semua murid pulang ke rumah masing-masing. Biasanya, di akhir tahun seperti ini, aula dipenuhi dengan obrolan riang, rencana liburan, dan antusiasme untuk pulang. Tapi kali ini, tidak ada yang bisa merasakan kegembiraan itu. Tidak setelah apa yang terjadi pada Cedric.

[Name] menatap meja panjang Durmstrang di ujung aula, matanya berhenti pada sosok Eren, anak dari sekolah lain yang tak disangka menjadi seseorang yang begitu berarti baginya. Saat pertama kali Eren datang ke Hogwarts, [Name] merasakan kekacauan. Sosok Eren yang tinggi, dingin, dengan tatapan yang sulit ditebak, membuatnya takut, takut dengan ingatannya sendiri. Kehadiran seseorang mampu menghadirkan memori tertentu. Tapi seiring waktu, [Name] mulai melihat sisi lain dari Eren. Senyum kecil yang ia sembunyikan di balik sikap temboknya, kata-kata yang jarang ia ucapkan tetapi selalu berarti, dan kehangatan yang ia berikan dalam keheningan. Eren, dengan segala misteri dan ketenangannya, telah mengisi kekosongan yang selama ini [Name] rasakan. Eren hanya ingin nona-nya baik-baik saja selama dirinya ada di sana.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑  ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang