˚˖𓍢ִ໋🦢˚
Ruang rekreasi Slytherin terletak jauh di bawah tanah, jauh dari hiruk-pikuk yang mengisi permukaan kastil Hogwarts. Ruangan itu gelap dan sedikit lembab, dengan dinding berlapis batu hijau gelap yang memancarkan aura misterius. Lampu-lampu gas berpendar redup, memberikan cahaya yang cukup untuk menerangi ruangan yang diisi dengan sofa kulit yang telah pudar warnanya dan meja-meja kayu hitam yang tampak berat. Namun, apa yang membuat ruangan ini berbeda adalah jendela besar yang menghadap langsung ke Danau Hitam. Dari sini, Draco bisa menatap jauh ke dalam kedalaman air yang tenang, menyaksikan siluet-siluet makhluk-makhluk air yang sesekali melintas.
Hujan tengah mengguyur malam itu, namun, di bawah tanah seperti ini, suara gemericik air hujan tidak dapat terdengar. Hanya suara derasnya aliran air di danau yang menyentuh pendengaran Draco, seperti bisikan lembut yang datang dari kedalaman. Dalam keheningan ini, di antara bayangan gelap air dan dinding batu yang tebal, Draco merasa seperti terkurung dalam dunia yang hanya miliknya.
Draco duduk di sudut ruang rekreasi Slytherin, angin hujan berderai di jendela besar mengisi keheningan sepi malam itu. Tangannya meraih permen warna-warni yang baru saja ia terima dari ibunya atas permintaannya sebagai hadiah kecil yang membuatnya merasa sedikit terhubung dengan rumah di tengah-tengah kekacauan yang terjadi di Hogwarts. Walau di balik itu, ia menjadi menyukai permen karena perempuan bernama [Name]. Permen-permen itu larut di mulutnya, memberi semburat rasa manis yang kontras dengan suasana hatinya yang gelisah.
Di pangkuannya, sebuah jurnal tua tergeletak, terbuka pada halaman penuh coretan tangan Abraxas Malfoy—kakeknya yang terkenal. Draco sudah membaca halaman-halaman sebelumnya dengan teliti, mencoba meresapi setiap kata. Jurnal itu tidak hanya berisi kisah kehidupan Abraxas, tapi juga potongan kecil rahasia yang terkubur jauh di masa lalu, yang keluarganya sendiri tidak pernah mengetahuinya. Sebagian besar, bahkan hampir semua coretan di halaman yang ia baca menyebutkan sebuah nama yang ditajuk menjadi "My beloved jewelry" atau terkadang ditulis dengan "my one and only love", "my beautiful poem", dan "precious person".
Walau jurnal ini sudah satu tahun ia temukan di kamar Abraxas Malfoy. Draco belum pernah berniat untuk menghabiskan setiap malam untuk membaca jurnal kakeknya. Membacanya terlalu menguras daya pikir dan ketenangannya. Draco merasa kesehatan mentalnya perlahan terkikis seiring jarinya memindahkan kertas dari halaman sebelumnya ke halaman selanjutnya.
Di salah satu halaman, tertulis dengan tinta yang mulai memudar, kalimat-kalimat yang membuat Draco menghentikan sejenak bacaannya.
━─━────༺༻────━─━
Permataku yang berharga, mata seperti malam yang dibatasi bintang-bintang, selalu hadir di antara kegelapan, namun tidak pernah hilang... sosok itu begitu jauh, namun selalu ada di pikiranku.
Aku merasa tak pernah memiliki waktu cukup bersamanya, tetapi setiap saat yang kami habiskan terasa abadi.
Jika saja dunia tidak memisahkan kami, aku mungkin sudah mengakhiri pencarian ini. Namun seperti kisah lama, yang terbaik selalu hilang di saat yang salah...
(1946)
━─━────༺༻────━─━
Firasat Draco berdesir. Nama itu selalu muncul di jurnal tersebut dengan cara yang sama: penuh penghormatan, dan penuh kasih. Frase itu mengguncang hati Draco, meskipun ia tidak mengakuinya. Itu selalu menjadi istilah yang sama, yang berulang-ulang muncul dalam jurnal ini. Dan dalam pikirannya, nama [Name] semakin menguat. Ia merasa ada ikatan kuat antara gadis itu dan sejarah keluarganya—sesuatu yang bahkan ia sendiri tak tahu harus bagaimana menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐀𝐃𝐌𝐈𝐑𝐄𝐑 ; 𝘋. 𝘔𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 𝘹 𝘙𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳
Fanfic╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈➤ ❝𝐃𝐞𝐚𝐫 𝐌𝐲 𝐆𝐫𝐞𝐞𝐧, 𝐃𝐫𝐚𝐜𝐨 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲, ㅤㅤㅤ𝘪𝘧 𝘰𝘯𝘭𝘺 𝘺𝘰𝘶 𝘬𝘯𝘰𝘸, 𝘪𝘵'𝘴 𝘺𝘰𝘶 𝘐 𝘤𝘢𝘯'𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘭𝘰𝘷𝘪𝘯𝘨 ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𝘞𝘪𝘵𝘩 𝘭𝘰𝘷𝘦...