2005
Kejadian aneh yang berulang, memaksa salma mengunjungi spesialis setelah beberapa waktu. Menurut seorang dokter, ada hal tak wajar terjadi. Lapisan genetik pada mata satria mengalami mutasi, sehingga kemampuan penglihatannya jauh lebih sempurna, layaknya mata burung elang.
Salma tak perlu khawatir, karena semestinya hal ini tidak akan mengganggu tumbuh kembang putranya. Namun, ada permasalahan lain yang muncul. Keanehan pada mata satria membuatnya minder.
Warna iris akan berubah ketika kondisi tertentu. Seolah memancarkan cahaya neon saat gelap maupun ketika tersorot cahaya. Tak jarang hal ini menjadi bahan cemooh di sekolah. Membuat orang lain menghindar bahkan ketakutan.
Beruntungnya, sosok Aria ada di kehidupan Satria. Meski berwatak keras, sebenarnya dialah orang yang paling sedih ketika melihat Satria kecewa dengan keadaannya. Selalu meyakinkan bahwa hal itu adalah sebuah kelebihan layaknya para super hero, bukan kutukan.
Walaupun terkadang Aria ikut mengolok. Disaat mood-nya buruk atau pun kesal akan sesuatu. Seperti kejadian sore ini. Ketika mereka sedang bermain di taman kompleks. Seorang anak tetangga memaksa merebut skuter Aria, padahal ia sedang sangat ingin memainkannya.
Aria mendorong anak itu hingga terjatuh, membuat satria mendekat. "Aria, kenapa kamu bikin dia nangis?"
"Dia rebut mainanku, Satria!" Seperti biasa, seruan Aria melengking di telinga.
"Yaudah sih dipinjemin dulu, sebentar aja. Nanti juga dikembalikan, kok."
"ENGGAK!!!"
Tangis si anak yang masih tersungkur pun makin kencang.
"Ar-" Satria melingkarkan tangan seraya mengusap-usap sisi rambut Aria. Berusaha menenangkan dari tangis yang sebentar lagi meluap. "Udah ya ... Nggak baik. Minta maaf gih. Pinjemin bentar mainannya. Tuh kasian dia nangis terus."
Sekian detik aura wajah Aria terlihat berubah, menjadi rasa iba karena tangis si anak yang belum terhenti. Tidak hanya itu, ajaibnya dekapan Satria bisa menenangkannya. Yang bahkan sang mama tak pernah bisa meluluhkan kerasnya hati sang putri ketika sedang marah.
Membuat Hanna urung mendekat. Satu menit lalu wanita itu bergegas keluar rumah saat mendengar teriakan anak gadisnya yang ia yakini sedang berbuat onar. Ia tersenyum lebar, mengamati dari kejauhan. Akhirnya akan ada seseorang yang bisa ia percaya untuk menjaga putrinya.
Setelah memberikan skuternya, Aria mendelik tajam pada Satria. "Aku mau pulang aja," ujarnya sewot.
Satria tersenyum melihat wajah marah Aria yang nampak lucu. "Iya, yuk pulang."
"Nggak usah ikutin aku. Dasar mata owel," ledek Aria.
"Nggak se-belok itu tauk. Kata dokter burung elang." Satria berusaha mengimbangi Aria yang berlari kecil.
"Bodo! Dasar owel. Burung hantu jelek."
"Tapi Aria sayang owel, kan?"
"NGGAK."
Satria tergelak dengan riuhnya. Ia memang tak senang ketika ada yang menyinggung hal yang menurutnya kekurangan itu, tapi Aria adalah pengecualian.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...