31. Anonymous

96 19 6
                                    

TOK TOK

Pintu kamar tak berniat Noah buka meski beberapa kali mendengar ketukan. 

"Noah, kamu di dalem, kan? Tante bawain makan malem nih."

Namun, suara seorang wanita membuatnya beranjak. Ia membuka sedikit, hanya melongokkan wajahnya. "Nggak laper, Tan."

Dinda, mama Ega yang juga telah berstatus menjadi mama Noah itu masih berusaha mengangsur nampan. Meski belum bisa memanggil dengan sebuatan 'mama', Noah telah menerima kehadiran dan bahkan mulai dekat dengan beliau.

"Mau tante suapin?" Dinda mengangkat alisnya, melihat wajah Noah yang tampak mempertimbangkan sesuatu. "Sambil ngobrol mungkin."

Cowok itu membuka lebar pintu, secara otomatis menyetujui usul Dinda. Wanita itu menaruh nampan di bangku kecil sebelah sofa, kemudian duduk menyanding sang anak sembari mengulur gelas berisi jus jeruk.

"Tante biasanya ngapain kalo lagi banyak pikiran?"

Dinda mengerutkan dahi. "Banyak pikiran? untuk usia kamu, lebih baik nikmatin hidup daripada terlalu memikirkannya."

Noah mendesau. "Ngomong gampang kali, Tan. Nyatanya, dalam hidup selalu ada aja masalah."

"Ya berarti nikmatin masalahnya."

"Hm?"

Dinda mengambil kembali gelas, menukar dengan sepiring nasi goreng. "Cara menikmati ya diurai satu-satu, trus diselesaiin."

Noah menggaruk pelipis, kemudian mulai menyendok nasi. "Nggak gampang, Tan." 

"Minta bantuan."

Noah menjeda sebentar kunyahan, bergegas menelan kemudian bertanya, "Bantuan?"

"Mulai dari tante deh. Ceritain masalah kamu dulu, trus tante kasih solusi kalo bisa."

Noah belum juga berbicara, karena tengah berusaha memakan nasi goreng hingga tak bersisa. Dinda membantu mengambil minuman setelah suapan terakhir.

"Kamu tau nggak, tante lebih berharap kamu jadi anak kandung tante daripada Ega. Soalnya kamu lebih nurut." Wanita itu tergelak kecil. Membuat Noah tak bisa menahan lengkung bibirnya.

"Iya, kan Tan. Bandel banget tuh anak."

"Iya bener," jawab Dinda setengah berbisik, mereka mengikih bersamaan.

"Jadi sebenernya-" Setelah menghabiskan minuman, akhirnya Noah pun siap bercerita. "Noah ... lagi suka sama cewek."

"Sama temen Ega? yang pernah ke sini, kan? Aria?"

"Iya. Tante kok tau?" Noah sempat melongo.

Dinda tersenyum seraya mengangguk-angguk. "Good choice."

"Tapi dia udah punya cowok."

"Trus, kalo menurut kamu sebaiknya gimana?"

"Cinta nggak bisa dipaksa, kan Tan?"

"Yup. Tapi bisa diperjuangkan."

"Mak-sud tante?"

"Aria lagi ada masalah?"

"Kok tante tau juga? sumpah, Noah lama-lama takut."

Wanita itu tergelak. "Tante nggak sengaja denger pas Ega lagi telepon, kemarin kayaknya. Ya cuma sekilas aja dengernya."

"Iya. Masalah nyokapnya gitu, Tan."

"Memang sih status pacar lebih kelihatan di permukaan, tapi kamu bisa jadi pahlawan tanpa tenggelam."

Noah mengusap tengkuk, perumpaan yang Dinda ungkap terlalu berat untuk ia maknai. "Caranya?"

"Kalo kamu bener-bener tulus, jangan pernah capek bantuin dia. Always support her, selalu ada buat dia. Mungkin, suatu hari tuhan akan mengubah takdir kalian."

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang