39. Sweet Lie Or Bitter Truth

64 20 8
                                    

Ketika mendengar pintu rumah dibuka, Satria bergegas beranjak dari duduknya.

"Bund." Lelaki itu mengimbangi sang bunda hingga ke meja dapur. Ia mengambilkan segelas air putih. "Gimana?" Satria tak sabar mendengar berita dari sang bunda.

Salma menggeleng. "Pihak perijinan tetep nggak bisa bantu, Sat." Ia mendesah pendek. "Bunda harus menutup semua outlet sesegera mungkin."

"Kok bisa, sih Bun?! namanya perijinan usaha nggak mungkin bisa ilang dari data gitu aja."

"Kakekmu bisa lakuin apa pun, sampai tujuannya terpenuhi." Bulir air mata menetes di pipi Salma. "Bahkan sertifikasi produk bisa nggak terdaftar semua, Sat."

Satria mengusap matanya yang memanas. Kali ini mereka benar-benar berada di jalan buntu.

"Bunda udah ketemu sama kakek?"

"Nggak ada gunanya. Beliau pasti akan menyangkal." Salma menangkup wajahnya. "Bunda nggak enak sama tante Hanna, Sat."

Satria merengkuh sang bunda dari samping. "Satria mau nemuin kakek."

"SAT, tunggu!" Seruan Salma tak lagi digubris oleh Satria. Lelaki itu meraih kunci mobil dan keluar rumah dengan berlarian.

Maafin bunda, Satria.

.

.

.

Rumah besar milik Caesar kalevi terasa begitu sunyi saat Satria tiba. Seorang asisten rumah tangga berseragam hitam mempersilakan ke lantai atas.

Menuju ruang di ujung lorong dirasa sangat jauh. Satria berkali-kali menghela napas untuk bersiap menghadapi sang kakek. Ia harus bisa menang dengan cara halus dengan bernegoisasi tanpa emosi.

Netra Satria membelalak melihat sosok tertidur di atas ranjang besar setelah pintu kamar dibuka. Tampak Caesar Kalevi yang biasanya berdiri angkuh, kini terlelap dengan selang infus dan masker oksigen menutupi hampir separo wajah.

Pak Made, asisten pribadi Kalevi mendekati Satria. "Tuan Kalevi sedang menurun kesehatannya. Beliau terlalu sibuk bekerja."

Satria tersenyum miring. "Dengan kondisi seperti ini, masih bisa membuat semua orang hancur?"

"Apa maksud tuan muda?"

"Kakek, kan yang bikin usaha bunda tutup? bisnis keluarga Noah juga?"

"Tuan muda, tuan Kalevi hampir seminggu berbaring. Dan, saya tidak merasa diberi perintah seperti yang tuan muda katakan."

"Omong kosong."

"Tuan muda, saya harap tuang muda bisa segera membantu tuan Kalevi. Sebelum semua terlambat. Kondisi jantung beliau sudah memburuk."

"Dia punya uang. Pasti bisa lakuin apa saja biar hidup lama dan menindas semua orang."

"Tuan, saya benar-benar menjamin, Tuan Kalevi sudah berusaha berubah agar tuan muda mau kembali."

"Menjamin? setelah semua yang terjadi, anda masih bisa bicara seperti ini?" Satria menggeleng-geleng. 

"Saya bisa menjamin, karena semua yang terjadi bukan atas kehendak tuan Kalevi."

Satria tertegun. "Lalu?" Ia menyorot tajam wajah Made, jantungnya berdenyut kencang menanti jawaban yang mungkin akan menyakitkan.

"Nyonya Salma."

Satria makin mendelik. "Anda jangan sembarangan menuduh!" Telunjuknya mengudara di muka Made.

"Saya tentu tidak berani, Tuan." Made tidak akan semudah itu berbicara gamblang. Semua atas persetujuan Salma, si pemegang kunci kekacauan yang telah terjadi.

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang