41. Still Without You

72 21 3
                                    

"OLLA!!! LO NGAPAIN BERANTAKIN KAMAR GUE?! BERESIN!!!"

Hampir setiap hari teriakan Aria menggema. Merasa menyesal karena membiarkan si anak manja pindah ke apartemen. Murni sedang cuti selama sebulan, membuat penderitaan Aria makin bertambah.

"Gue lagi nyari novel, Ar. Berisik banget sik." Dengan santainya Olla masih meneruskan aktivitas menurunkan semua buku dari rak.

"Lo nyari apaan? tinggal bilang, ntar gue ambilin." Aria berusaha sabar, menumpuk satu persatu novel yang berserakan.

"Abisnya lo lama, kencan mulu. Gue ditinggalin."

"Tadi gue udah nawarin, lo nya nggak mau ikut, kan?" Aria mendengus kesal.

"Woi kenapa nih? abis gempa?" Noah berdiri di ambang pintu mengamati lantai kamar penuh dengan barang-barang.

"Eh, No. Lo ikut kesini?" Olla salah tingkah, bangkit dan merapikan rambutnya.

"Gue balik pas denger teriakan Aria barusan."

"Tunggu, sejak kapan lo tau pascode gue?" Aria menatap selidik.

"Gue yang ngasih tau. Buat emergency aja." Olla melangkah mendekati Noah. "Iya, kan, Noy?"

"Sorry, Ar. Sebenernya gue yang minta kok."

Aria memejam seraya menghela napas. "La, anter Noah keluar! Gue aja yang beresin."

Olla tergesa mendorong tubuh Noah, menjauhkan dari kamar dan amarah Aria yang sepertinya masih tertahan.


"Udah lo balik aja, nggak usah anter gue," ujar Noah di muka lift.

Olla menggeleng. "Gue nunggu aman." Meringis setelah memencet tombol. "kalian dari mana?" tanya Olla setelah pintu menutup.

"Makan doang sih. Aria nggak mau lama-lama. Khawatir lo di rumah sendiri katanya."

Olla tertegun sejenak. "Oh, iya. tadi udah diajakin sih, tapi gue males." Ia diam sebentar. "Takut gangguin kalian."

belum mendapat respon, pintu lift telah terbuka di lantai basement. Saat akan melangkah keluar, Noah menahan Olla.

"Udah nyampe sini aja. Tengkyu ya, titip Aria." Noah pun keluar lift.

Olla masih menahan tombol agar pintu tetap terbuka. "Noy!"

Noah kembali memutar badan. "Hm, kenapa?"

"Lo suka sama Aria? suka banget, ya?"

Noah hanya mengendikkan bahu seraya tersenyum, namun bagi Olla, hal itu sudah cukup menjadi sebuah jawaban. Sebelum pintu lift tertutup, ia sempat menyuguhkan senyum untuk Noah. 

Bibir yang terpaksa melengkung diantara getir benih cinta yang tumbuh subur, namun tersimpan rapi di lubuk hatinya.

.

.

.

BUKKK

Noah menaruh kasar dompet dan kunci mobil di meja sebuah kafe. Sosok lelaki di depan bangku mendelik tajam.

"Lo, nggak pernah berubah, ya. Nggak punya sopan santun," sergah lelaki itu.

"Owh!" Noah menarik kursi dengan kasar lalu mendudukinya. "Mohon maaf tuan muda kalau saya kurang sopan," sesalnya dengan nada meledek, kemudian raut wajahnya berubah sadis.

"Temuin Aria nggak, lo!" lanjut Noah sengak.

Lelaki yang ternyata Satria itu menghela napas. "Gue ... nggak sanggup."

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang