28. A Long Time Ago

105 24 3
                                    

"Aria, kenapa kamu bikin dia nangis?"

"Dia rebut mainanku, Satria!" 

"Yaudah sih dipinjemin dulu, sebentar aja. Nanti juga dikembalikan, kok."

"ENGGAK!!!"

Gadis kecil yang menangis tak akan pernah melupakan kejadian itu. Ia adalah Olla, yang selalu mengamati Aria dan Satria bermain di taman komplek. Ingin sekali berbaur dengan mereka, karena Olla adalah anak yang selalu merasa kesepian karena hanya tinggal dengan neneknya.

Saat kecil, sang nenek sesekali mengajak Olla mengunjungi rumah paman dan tante yang kebetulan satu komplek dengan Aria. Biasanya ia menginap beberapa hari di sana.

Mungkin Aria tak akan pernah menyadarinya. Tapi perhatian Satria dan kedua wanita yang selalu mengajaknya bermain, yaitu Hanna dan Salma, sangatlah membuat Olla iri.

Beberapa kali Satria berkesempatan mengajaknya mengobrol, seperti kala itu.

"Hai, kamu kenapa main sendirian? mama papa kamu mana?" Satria kecil mendatangi Olla yang sedang bermain ayunan di bawah pohon. Gadis itu hanya menggeleng, mengamati mata Satria yang berwarna aneh.

"Mau main bareng? sebentar lagi ada Aria juga. Oiya nama kamu siapa?" lanjut Satria, tetap berusaha berbincang.

"Lala."

"SATRIA! SINI!" Aria datang dengan wajah tak ramah.

"Sini Aria. Kita punya teman baru."

Namun, beberapa kali pertemuan mereka, Aria selalu membuat Olla menangis. Berebut mainan, tak mengijinkan berbagi makanan, bahkan bersaing mencari perhatian Satria.

Hingga puncaknya, kening Olla berdarah dan harus mendapat jahitan karena tak sengaja terbentur batu ketika mereka saling memperebutkan ayunan.

Setelah itu, keluarga Olla pindah ke luar kota sehingga mereka tidak pernah bertemu lagi.

Dendam di hati Olla masih terpatri begitu dalam. Bahkan, hingga beranjak dewasa, ia masih ingin membalas semua sakit hati pada si anak kecil itu.

Dan, tenyata takdir berpihak padanya. Dunia yang begitu sempit mempertemukan mereka kembali. Tepatnya saat perayaan ulang tahun serta kepindahannya ke kota ini beberapa minggu lalu.

Niat buruk di benak Olla muncul begitu saja, seolah telah menjadi skenario terpendam selama bertahun-tahun. Ia ingin mempermainkan Aria secara perlahan. Dimulai dengan menyakiti Hanna, menentang keras hubungannya dengan Hendra, papanya. Menghasut anggota keluarga lain untuk membenci wanita itu.

Lalu, selanjutnya mungkin Satria. Cowok yang telah memenangkan hatinya, sejak pertemuan mereka sewindu lalu. Makhluk yang membuatnya tak bisa menaruh hati pada orang lain.

.

.

.

Gue tunggu di gudang belakang sekolah.

Aria mendapat pesan dari sebuah nomor sedetik setelah bel istirahat ke dua berbunyi. Meski tak tertera nama, tapi ia cukup tahu siapa yang mengirim.

"Kantin yok." Ajak Ega seraya merangkul sahabatnya.

"Lo duluan aja, gue ...." Aria membuka kembali bukunya. "Belum selesai nyatet."

"Oh, yaudah. Ntar nyusul, kan?"

Aria mengangguk. Setelah Ega menghilang dibalik pintu, ia segera merapikan meja. Bangkit keluar kelas menyusur koridor menuju belakang sekolah.

Bangunan sedikit usang yang biasa dipakai untuk menyimpan barang-barang rusak itu terpisah sedikit jauh dari gedung. Jarang sekali ada murid yang mendekati, karena memang terlalu rimbun dan gelap oleh pepohonan, membuat kesan seram.

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang