37. Yellow

71 20 6
                                    

31 Desember 2013

Akhirnya musim ujian telah usai, liburan semester pun menjadi momen yang dinanti.

Seperti hari ini, akhir tahun seolah menjadi puncak euforia. Perayaan menyambut tahun baru yang direncanakan beberapa minggu lalu membuat Ega bersemangat.

Bahkan, mampu membuat Satria dan Aria yang baru saja datang melongo melihat pemandangan di taman belakang rumah sahabatnya. Hingar bingar tamu yang sepertinya lebih dari seratus orang telah memenuhi tempat itu.

"Ga, lo serius ini?" tanya Aria, masih terpaku di balik kaca dalam rumah.

Ega menggaruk rambutnya. "Sori, Beb. Gue keceplosan pas di sekolah. Berita cepet banget nyebar, mewabah gitu aja kayak virus."

Alibi Ega membuat Aria dan Satria menghela napas. Tentu saja berita akan menyebar, jika Ega yang terkenal ramah selalu bercerita tentang rencana akhir tahunnya. Tak lupa membuat status di setiap media sosial yang ia miliki.

"Mau balik?" tanya Satria. Mendapati raut malas di wajah Aria.

"EH, jangan dong!!" Ega menaruh badan di depan Aria, menyuguhkan wajah sedih.

Aria menatap kesal pada sahabatnya itu, lalu menoleh pada Satria. "Yuk, gabung aja."

"Hore!!! gua tunggu di belakang. Awas kalo lo ngilang." Ega berjalan mundur dengan antusias, tak sadar dengan Alan yang telah berdiri di belakangnya. Cowok itu menahan bahu Ega. "Eh, sori."

"Dicariin temen-temen tuh," ujar Alan.

Ega mendongak kebelakang. "Al, kapan kamu dateng?"

"Sejak kamu turun tangga tadi."

"Astaga, sori ... kenapa nggak nyamperin?" Ega memutar tubuhnya, menggenggam lengan tangan Alan. Sejak turun tangga berarti satu jam yang lalu, saat teman-temannya mulai berhamburan datang.

"Aku nunggu di kamar Noah, kok. Kamu kayaknya sibuk banget nyambut tamu hajatan."

Satria dan Aria mengikih samar. "Sekalian aja tuh kalian nikahan, nanggung," ledek Aria sambil berlalu dengan menggandeng tangan Satria.

"Resek deh." Ega bersemu.

"Yuk," ajak Alan, disambut anggukan oleh Ega.


Aria mengamati Ega sedang bersama Alan, beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Tengah berkelakar dengan tamu yang didominasi oleh murid kelas sepuluh. Lengkung bibirnya tak pudar melihat pasangan kekasih yang sepertinya sedang memublikasikan hubungan.

"Kenapa senyum-senyum sendiri gitu?" Satria mengernyit mendapati keanehan di wajah Aria. Seharusnya gadis itu gusar melihat kerumunan manusia penuh sesak seperti sekarang.

"Itu loh, Ega sama Alan. Udah cocok banget deh mereka."

"Oh." Satria meneguk minuman berwarna merah, mengangsur satu gelas pada Aria.

"Ada yang lain nggak minumnya?" Aria memindai meja panjang di belakangnya, menyorot satu per satu hidangan. Berakhir pada botol mineral yang segera ia ambil.

"Nggak mau yang ini?" Satria sedikit mengangkat gelas ditangannya.

Aria menggeleng. "Emang enak?"

"Mau nyoba?" 

Melihat Aria menatap diam, Satria mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.

"Ngapain?" Aria membelalak, spontan mundur. Dengan degup yang berlomba bersama kerasnya musik.

"Nih, masih manis, mau?" Satria menunjuk bibirnya.

"Apaan sih." Aria mendorong bahu itu, membuang muka yang memanas. Kekehan Satria masih terdengar samar.

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang