Senyum Satria menyapa saat Aria membuka pintu apartemen, ketika hendak berangkat ke sekolah. Meski tampak manis, tapi wajah pucatnya tak bisa bohong.
"Sat, baru dateng?"
"Lumayan."
"Kok nggak masuk?"
"Belum lama kok. Yuk." Satria menggenggam tangan Aria.
"Kamu mau masuk sekolah hari ini?" tanya Aria sembari berjalan beriringan.
"Iya. Mau nyelesaiin semua."
"Hm?" Aria menatapi raut lelah itu. Tak ada sahutan lagi, bahkan sepanjang perjalanan tak banyak kalimat yang keluar di antara mereka.
Aria hanya sedikit protes saat cowok itu menyetir lumayan kencang. Ketika seharusnya memakan waktu hampir setengah jam karena padat lalu lintas pagi, kali ini kurang dari sepuluh menit mobil sudah sampai di halaman parkir sekolah.
Satria langsung turun begitu saja dari mobil. Sepertinya ia kesal karena Aria menginterupsinya. Gadis itu sampai sedikit berlarian mengimbangi Satria sembari memanggil-manggil namanya.
"Satria tunggu!" Aria sampai tak memperhatikan sekitar, hingga ia tersungkur karena menumbuk seorang siswa laki-laki. "Aduh."
"Sorry-sorry, Aria. Gue nggak liat." Cowok itu membantu Aria bangkit.
"Lepasin dia! mata tu dipake bangsat!" Satria menonjok sisi pipi siswa itu.
"Satria! kamu apa-apaan sih!" Aria berusaha melerai, tapi malah ia ikut terpental.
Satria buru-buru mendekati Aria. "Maaf, Ar. Aku nggak tau, aku nggak sengaja."
"Nggak-nggak pa-pa." Aria bangkit dengan sedikit meringis, merasakan ngilu di siku kirinya.
Satria masih sempat mengancam dengan mengangkat telunjuk ke muka siswa lelaki itu. Membuat Aria mengerutkan kening, karena terheran dengan perangai yang tak biasa. Bahkan Satria menggandeng dengan kasar, lebih tepatnya menyeretnya ke taman belakang.
"Sat, sakit," rintih Aria, berujung hempasan tangan yang terurai. "Kamu kenapa sih?"
"Kenapa kamu bilang? aku nggak suka orang lain pegang-pegang kamu kayak tadi."
"Owh, cemburu ceritanya?" Akhirnya Aria bisa tersenyum, meski tipis.
"Woi, pada ngomongin apa sih?" Noah yang tiba-tiba datang merangkul Aria dari samping. Tentu membuat Satria mendelik. "Eh, pangeran kita udah masuk sekolah nih," sambungnya menyindir.
"Lepasin tangan lo!" ujar Satria datar seraya menatap lengan tangan di atas pundak Aria.
"Sat-" Aria memicing pada Satria.
"Gue bilang lepas!" Satria mendorong tubuh Noah begitu saja.
"Satria!" pekik Aria, ia tak bisa menahan emosi lagi. "Kalo lo masuk sekolah cuma mau bikin onar, mending nggak usah balik selamanya!" Aria berdiri gusar membelakangi Noah untuk membentenginya.
"Apa kamu bilang?" Wajah Satria memerah. "Coba ngomong sekali lagi!"
"Lo ... mending-"
"Ar, udah, Ar," potong Noah.
"Enggak, Noy. Emang ini yang mau dia denger." Aria menoleh pada Noah sesaat, lalu kembali menyorot Satria. "Lo mending pergi, sebelum nyakitin lebih banyak orang lagi." Ia menunduk, entah kenapa tak mampu menatap lebih lama.
"Maaf, Ar-" lirih Satria.
"GUE BILANG PERGI!"
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...