"Eh new year liburan yok. Bali aja deh yang deket," celetuk Noah sambil mengunyah kacang rebus. Ia bersama Satria, Aria, Ega dan Alan, di kantin saat
jam istirahat."Ide bagus. Bokap punya private villa, kan No?" sahut Ega bersemangat.
"Gue nggak tau nih bisa ngikut enggak." Alan mengusap tengkuknya.
"Kok gitu, emang kenapa, Al?" Sudah bisa ditebak, Ega pasti kecewa.
"Bokap pasti nggak ada yang nemenin. Banyak perawat cuti kalo akhir tahun."
"Yaudah kita nggak usah jauh-jauh. Yang penting ngumpul bareng, kan?" usul Aria. Belum ada komentar membuatnya mengimbuhkan. "Bisa, kan Al, sehari aja pas malem tahun baru lo luangin waktu?"
Alan menerawang seraya menggulir bola matanya, tersenyum kemudian menjawab, "gue usahain."
"Yeayyy!" Ega kegirangan. "Yaudah mau dimana? rumah gue? Bonyok ada rencana cabut nggak, No?"
"Denger-denger sih akhir tahun ada undangan gitu ke Singapore."
"Cakep dah, pas banget. Gue yang atur semua pokoknya, kalean tinggal dateng setor muka." Ega sangat bersemangat. Namun, atmosfer tiba-tiba berubah karena menyadari netra keempat makhluk di sekitarnya sedang terpusat pada satu objek. "Olla?" lirihnya.
Sedangkan manusia yang menjadi pusat perhatian bergegas pergi. Membuat Aria segera bangkit untuk mengejar. Tanpa mempedulikan seruan empat orang yang saling bersahutan memanggil namanya.
"Lo nggak nyusul, Sat? ntar mereka ribut lagi." Noah terlihat panik. Karena tak ada reaksi dari Satria, Noah pun berdiri dari tempat duduknya.
Satria menahan tangan Noah. "Biarin mereka selesaiin sendiri."
"Lo tau, kan Olla senekat apa?!" Noah makin emosi.
"Ini kenapa sih? kalian harus jelasin ke gue!" Ega menatap tajam pada Satria dan Noah.
...
Aria menarik paksa tangan Olla. Mengajaknya ke belakang kelas. Meski sempat berontak, cewek itu akhirnya menyusur langkah Aria.
Bel masuk berdering, tapi mereka masih saling membisu. Aria tampak bingung untuk memulai dari mana.
"Cepetan kalo mau ngomong! Ntar lo kena hukuman lagi gara-gara telat masuk kelas. Gue nggak mau kebawa-bawa, ya." Kalimat itu terdengar sinis, tapi malah membuat Aria tersenyum tipis karena paham maksud Olla.
"Maafin gue, ya La."
"Maaf buat?" Olla masih menatap dengan raut jutek.
"Semua." Aria meraih jemari Olla. "Maaf udah banyak nyakitin lo dulu. Maaf karena gue terlalu serakah. Maaf karena nggak pernah nyadar, kalo sebenernya kita sama. Sama-sama kesepian dan butuh perhatian."
Beberapa detik Olla membisu. "Gue ... minta maaf juga." Wajahnya memerah menahan tangis.
"Karena waktu nggak bisa diputar, sekarang saatnya gue nebus kesalahan gue yang dulu."
"Lo mau ngapain?"
"Ya ... ya ngapain aja. Lo mau gue lakuin apa?"
"Putus sama Satria!"
"Ha?"
Olla tergelak. "Tenang aja, gue nggak bakal ganggu kalian lagi kayak dulu. Gue kira dengan nyakitin lo, gue bakal lega. Tapi ternyata-" Olla menggeleng, kemudian kembali berujar, "harusnya gue bersyukur, bakal punya keluarga utuh." Ia menghela napas panjang.
"Jadi, lo restuin Mama sama bokap lo?"
Olla mengangguk. "Lo beruntung, banyak yang sayang sama lo. Dan, mereka udah nyadarin gue. Lo emang udah berubah, bukan Aria yang sering bikin gue nangis kayak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...