2013
Kejadian tiga tahun lalu, memaksa Aria dan Hanna pindah rumah. Padahal, sang anak tidak butuh waktu terlalu lama untuk melupakan peristiwa itu.
well, tapi sang mama berbeda. Hanna yang memiliki ketakutan berlebih memilih pindah ke apartemen. Baginya, tempat itu lebih secure jika Aria berada di rumah sendiri, dan memang mengharuskan seperti itu. Karena kenyataannya, Hanna tetap harus berkeliling dari kota ke kota untuk urusan bisnis.
Hari senin yang cerah. Aria telah memasuki bangku sekolah menengah. Setelah merapikan surai coklat yang tergerai, ia bergegas keluar kamar. Senyum mengembang karena kemarin Hanna berjanji akan mengantar sang putri di hari pertama sekolah.
"Mam! Aria udah siap!"
Hanna keluar dari kamar bersama ponsel yang melekat di sisi telinga. "Iya oke. Aku dateng sekarang." Ia terlihat berbincang lalu menutup sambungan telepon.
Aria mematung memandangi sang mama yang tengah sibuk merapikan berkas di meja konsol.
"Sayang, maaf mama nggak bisa anter hari ini."
Bisa ditebak, sang mama akan mengucapkan kalimat tersebut. Aria melangkah lunglai ke meja makan.
Suara bel membuat mereka menoleh, melihat sosok berseragam putih abu yang masuk setelahnya. Satria tentu sudah hafal kode akses pintu.
"Tuh udah dijemput," lirih Hanna sambil menuang susu.
"Pagi, Tan. Kirain udah berangkat." Satria meraih gelas yang berisi cairan putih itu.
"Ni bentar lagi mau dijemput temen tante," jawab Hanna dengan wajah sumringahnya.
Melihat raut kecut Aria, Satria langsung menyadarinya. "Yaudah yuk berangkat, Ar. Welcome to new highschool!" Niat untuk menyemangati gagal. Gadis itu menghela napas lalu bangkit. Hentakan langkah kakinya terdengar hingga pintu menutup.
"Titip, ya," bisik Hanna. Satria mengangguk dan mengecup punggung tangan wanita itu.
Setelah mengimbangi, Satria memotong langkah Aria sesampai di depan loby. "Mau cemberut terus?"
Gadis itu menunduk, mengorek kasar lantai dengan sepatunya. "Gue punya nyokap nggak sih?"
Satria mendesah. Sangat hafal dengan kejadian seperti ini. "Aku bawa Bembi hari ini, yuk."
Aria mulai mengangkat wajahnya. Melihat sedan kuning terparkir di seberang jalan membuat sudut bibirnya terangkat. Mobil yang selalu Satria gunakan untuk berkeliling kota, sekedar mengajak Aria berkendara agar terhibur.
"Jadi? Bolos nih?" Tanya Aria sambil nyengir.
"Enak aja." Satria menggiring Aria mendekati mobil. Membuka pintu lalu dengan lembut mendorong bahu gadis itu, memastikan ia duduk dengan aman. "Anak baik hari pertama nggak boleh sampe bolos sekolah." Satria mengusap pucuk kepala berambut coklat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...