"BUNDA." Aria berlarian, berhambur memeluk Salma dari belakang. Wanita bercelemek itu sedang menata kue di etalase.
"Udah sarapan, Nak?" Salma berbalik, memegang bahu gadis yang sedang cemberut sambil menggeleng-geleng. "Mama kemana hari ini?"
Aria terus-menerus menggeleng, masih dengan bibir mengerucut. Salma meraih sisi pipinya.
"Yaudah, tunggu di rumah trus bangunin Satria! Nanti bunda masakin nasi goreng."
Akhirnya senyum terbit dari wajah gadis itu. Dengan semangat, kembali berlarian menuju area belakang toko kue. Tersambung dengan rumah pribadi.
Hari minggu menjadi hari libur bagi Murni. Membuat Aria sendirian di rumah. Hanna pun sudah pamit pergi sejak matahari belum terbit, dengan alasan bisnis seperti biasa.
Dan di sini lah Aria berakhir. Menganggu weekend Satria. Pelarian yang selalu menyenangkan. Ia menuju lantai dua, memasuki kamar begitu saja tanpa mengetuk.
"Owel, Bangun!" Aria mengguncang tubuh Satria yang tertutup selimut. "Bangun! pemales banget sik." Ia menarik paksa kain tebal itu hingga tubuh Satria ikut terpelanting jatuh dari ranjang.
Mulut Aria menganga, terkejut dengan perbuatannya. Melihat Satria yang meringis, membuatnya mendekat.
"Maaf, Owel." Aria meraih dua bahu Satria, membantunya bangkit. Lalu seketika berbalik seraya menutup wajah. Setelah melihat tubuh atletis hanya berbalut boxer kecil.
"Masih ngantuk tauk." Tanpa membuka mata, Satria merangkak kembali ke atas ranjang.
Namun, setelah beberapa saat tak mendengar reaksi dari Aria, Ia mulai melek. Melihat gadis yang sedang berdiri membelakanginya. "Ngapain kamu?"
"Pake baju dulu, Owel!"
Satria tersenyum tipis. Bangkit, serta dengan sengaja berdiri di depan Aria yang masih menangkup wajah. "Makanya ketuk pintu."
"Udah pake baju belum?"
"Udah."
Dua tangan Aria melonggar, diikuti mata yang sedikit mengintip. "OWEL, PAKE BAJU!"
Gelak tawa Satria menggema. Ia meraih kaos oblong di bahu sofa. "Udah." Lalu duduk di sisi kasur seraya memainkan ponsel.
"Bo'ong."
"Yaudah gitu aja sampe minggu depan!"
"Ish." Aria mengurai tangan. Duduk di sofa sembari mengamati Satria.
"Ngapain liatin terus?" sindir Satria tanpa mengalihkan atensi dari layar ponsel. "Lagian sejak kapan sih kamu sok malu gitu? Udah sering liat juga?"
"Beda."
"Apanya?" Kali ini netra Satria menatap gadis di seberangnya.
"Badan lo udah beda."
"Jangan-jangan kamu nafsu, ya?" Satria menatap selidik.
"Ihh apaan sih." Bantal sofa melayang mulus mengenai wajah kucel nan ganteng itu. "Buruan mandi!"
Satria berdiri, mendekati Aria yang belingsatan. Mencondongkan wajahnya. "Muka mesum nih."
Seketika Aria mendorong bahu cowok di depannya. "Lo tu mesum!" Bergegas keluar kamar, dengan wajah bersemu.
Mencium aroma harum dari arah dapur, membuat perut Aria makin keroncongan. Terlihat Bunda Salma sedang menata meja makan.
"Kamu sarapan sama Satria, ya. Bunda mau ke toko dulu."
"Bunda udah sarapan?"
"Udah, Sayang." Salma mengelus surai Aria. Tersenyum lalu meninggalkan Aria yang terlihat berliur mengamati menu di meja. Nasi goreng, omelete, dan ayam goreng beraroma wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...