45. Oblivious

130 16 4
                                    

"Jadi, kamu beneran mau ikut pindah Sulawesi?" Tatapan sayu Ega membuat Alan semakin merasa bersalah.

"Maaf, Yang—"

"Mulai hari ini stop panggil gue kayak gitu!"

"Ga, kita pasti bisa LDR-an."

"Elo, tapi gue enggak. Kita putus!" Ega melangkah pergi, mengacuhkan Alan yang memanggil namanya berkali-kali.

Gadis itu berlarian melewati koridor kampus. Mencari-cari sebuah sosok yang tak juga ia temukan meski telah bertanya pada lebih dari lima orang.

Luasnya area parkir tak menghalangi fokus netra Ega yang mengacu pada seorang berkaos biru muda.

"ARIA."

Pemilik nama beserta penghuni di sekitar tentu terkejut. Aria menutup wajah dengan buku di tangan, menunduk di belakang punggung Noah.

"Parah tu adik lo, malu-maluin gue," lirihnya, membuat Noah mengikih.

"Beb, tolongin gue," rengek Ega. Hendak memeluk sahabatnya tapi terhalang oleh Noah. "Minggir Nono!" Noah pun menggeser tubuhnya. Wajah Aria yang meringis mulai terlihat.

"Gue putus sama Alan." Tangis Ega mengencang.

"Sssttt ... jangan mewek di sini telur ceplok!" sewot Noah.

Aria merengkuh Ega, mengelus punggungnya. Memberi kode pada lelaki itu agar membiarkan adiknya menangis. "Kenapa putus sih? kalian bisa LDR, kan? toh Alan juga bakal balik."

Ega melonggarkan tubuhnya. "Setahun lama, Ar." Kemudian memeluk serta merengek kembali.

"Ah udah. Nyari makan yok, laper gue nggak sarapan nih." Noah mengelus perut.

"Jahat banget sih, adek lo lagi putus cinta nih." Ega memukul bahu Noah dengan kencang.

"Makanya makan yang banyak, habis itu cari pacar lagi," sahut Noah.

Tangis Ega mengencang. "Lo denger, Ar. Kakak gue sejahat itu. Jangan mau jadi pacar dia!" omelnya di sela tangis.

"Anjrit jangan gitu dong!" sewot Noah.

"Udah-udah." Aria melerai perang saudara itu. "Ga, kita pulang yuk. Atau, lo mau jalan dulu kemana gitu buat nenangin pikiran?"

"Dengerin Aria tuh. Bisa-bisa dapet ceramah mama lo kalo langsung pulang." Ucapan Noah membuat rengekan Ega berhenti. Ia tampak berpikir sejenak.

"No." Ega menarik-narik lengan kaos Noah.

"Apa?!"

"Ke condo lo boleh, ya?"

"Ngapain?!" Mana bisa Noah membiarkan waktu berduaan dengan Aria terganggu. Karena ia sengaja menjemput gadis itu sepulang dari kantor ayahnya.

"Noy." Aria memberi isyarat agar meng-iyakan permintaan Ega.

"Telur ceplok kampret!" rutuk Noah sambil berjalan memasuki mobilnya. Aria dan Ega saling tersenyum menatap.

"Lo bawa mobil nggak?" tanya Aria.

Ega menggeleng. "Tadi pagi di jemput Alan." Ia mulai mewek kembali.

"Yaudah-yaudah, kita masuk mobil Noah aja." Aria menggiring Ega memasuki sedan hitam yang telah menyala mesinnya.

"Belakang!" seru Noah setelah pintu sisi kirinya dibuka oleh Ega.

"Ish! nyebelin!" Gadis itu menutup keras.

"Ar, depan lo!" Noah setengah menengok pada Aria yang telah duduk di belakangnya.

"Ga, lo nggak pa-pa?" Tanyanya pada Ega yang baru saja duduk di sebelahnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang