4. Hello Stanger

243 45 54
                                    

Perlahan Aria melangkah mendekati ruang yang pagi ini ia datangi bersama Satria. Setelah meng-iyakan cowok itu untuk menemui sekaligus mengenalkan para sahabatnya, saat ini --sepulang sekolah-- gadis itu terlihat ragu untuk meraih gagang pintu.

Sayup musik masih cukup terdengar dari luar, meski ruang dipenuhi peredam suara. Berkali-kali menghela napas, Aria masih tak yakin untuk bergabung dengan para makhluk di dalam.

Lalu tiba-tiba seseorang menggeser tubuhnya. Sosok yang hari ini cukup memperburuk mood Aria, kini tanpa permisi memasuki ruang yang sedari tadi hanya sanggup ia lihat. Makin tak menyukai tingkah cewek yang menyebut dirinya dengan nama Ega saat sesi perkenalan di kelas, membuat Aria mengekor ke dalam studio.

Menyadari dua makhluk manis terpampang nyata, para personil band menghentikan aktivitas mereka.

"Noah, disuruh pulang bokap!" Ega bernada ketus melangkah mendekat. Tetapi bukan ke arah nama yang ia sebut, melainkan pada sosok pemegang gitar, Satria. "Lo yang tadi pagi, kan?"

"Lo duluan. Sana-sana, ganggu aja." Noah beranjak dari depan keyboard, sedikit mendorong tubuh Ega. Kemudian mendekati Aria yang mematung di ujung pintu. "Ketemu lagi. Kayaknya emang Tuhan sedang mengatur takdir kita." Noah menyuguhkan senyum termanisnya.

"Hmmm ... mulai deh. Si kodok lagi nyari mangsa." Cowok di balik drum set pun bereaksi.

Membuat Ega tertawa renyah. "Cerdas lo, Nono emang lebih mirip kodok daripada buaya."

Kali ini membuat drumer bernama Alan itu terkikih, bahkan Satria berusaha melipat bibir menahan tawa.

"Heh telur ceplok, pulang nggak, lo!" sergah Noah pada Ega.

"Siapa Noy? berani bener ngeledek putra mahkota sekolah. Nono? asli keren inisial baru lo." Alan makin tergelak.

Noah memang dikenal dengan panggilan Noy, kependekan dari nama lengkapnya, Noah Yong. Dan, sebutan putra mahkota, cukup pantas bukan untuk anak dari pemilik yayasan sekolah?

"Kenalin." Ega mengulurkan tangan pada Satria. "Ega. Ega Alexa Yong."

"Lo, Adek Noah?!" Alan menginterupsi, membelah jarak antara Ega dan Satria. "Jadi bener gosip yang beredar di sekolah, Noy?"

"Gosip apaan?" Dahi Ega mengerut.

"Bokap Noah kawin lagi." Alan meringis, mengusap ceruknya.

"Pantes banget lo, ya jadi presenter infotainment," sahut Noah.

Kemudian mendekati Ega dan menarik lengan tangannya. "Buruan keluar. Salah masuk kamar, lo."

"Iiih lepas! lo mau nyokap ngomelin gue gara-gara nggak berhasil bawa lo pulang?" Ega menepis cengkeraman, menyuguhkan raut melas.

"Sat, gue duluan." Aria yang sedari tadi hanya terdiam terlihat berbalik, melangkah keluar ruang.

Satria pun segera menaruh gitar. "Gue cabut, ya." Meraih tas kemudian mengejar Aria.

"Lo sih, gagal kan gue kenalan sama Sehun," sewot Ega pada Noah.

"Namanya Satria, Neng. Bukan Sehun." Alan menimpali.

"Suka-suka gue. Lagian, Noah aja bisa jadi Nono, bahkan kodok. Kodok burik lagi!" Ega menjulurkan lidah. Bergegas kabur menghindari amarah Noah. "GUE TUNGGU PARKIRAN!" serunya di muka pintu.

Noah mendelik pada Alan yang terbahak. Membuat sahabatnya perlahan mengatupkan bibir saat menyadari bola mata tengah melebar menyorot tajam.

"Ampun, Bang."

"Resek, lo." Noah meraih gitar, duduk di atar speaker box dan mulai memainkan asal.

Alan mendekat duduk di sebelahnya. "Beneran dia adik tiri, lo?" beberapa detik tak ada sahutan. "Sori, gue nggak sengaja denger dari anak-anak."

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang