Ega mengamati Alan, tengah membereskan barang ke dalam tas ransel. Gadis itu mencebik seraya bersedekap, menyender sisi pintu kamar Noah.
"Harus juga baliknya sekarang?"
Alan melempar senyum, menyadari kegusaran gadisnya. Ega mendekat, bersimpuh di karpet samping ranjang. Ia menarik-narik lengan kaos Alan karena tak jua mendapat jawaban.
"Aku bisa kapan aja ke sini. Lagian tiap hari juga bakal ketemu di sekolah."
Ega menggeleng, bibirnya makin mengerucut. Alan mengapit kedua sisi pipi itu.
"Eleuh ... kamu manja banget ternyata."
"Besok aja, ya pulangnya. Plis... Aku nggak mau kamu sendirian."
Alan kembali tersenyum. "Mau pulang kapan pun, sementara aku bakal sendirian di rumah. Dasar cewek aneh. Sejak kapan suka?"
"Hm?"
Alan merapatkan duduk, menyudahi kesibukannya. "Kok bisa sih mau nembak duluan? Ceroboh. Emang udah tahu aku siapa?" Ia menoyor jidat sosok di sebelahnya.
"Kamu? Alan, kan?"
Alan memutar bola mata. Mengusak pucuk kepala Ega.
"Nggak ngerti juga sejak kapan. Tapi aku—" Ega terhenti karena Alan mendekatkan wajahnya kurang dari lima centimeter. Cowok ini memang selalu merusak kesehatan jantungnya.
"Suka banget sama aku?" potong Alan.
"Ck." Ega mendorong bahu itu. "Aku capek dibikin baper!"
Alan mengikik. "Makanya jangan baperan."
"Lo ngrepotin hati gue," lirih Ega.
"Hm?"
"Ha?"
"Apa?"
Ega menggeleng, menyender pada sisi ranjang. Raut kecewa belum juga menghilang dari wajahnya. Ia sedang tak ingin berpisah dengan lelaki ini. Alan hendak memaut jemari, tapi sosok lain tiba-tiba muncul.
"Heh, pada ngapain?!" Noah yang nyelonong masuk ke kamar langsung sibuk mencari-cari sesuatu. Tanpa menyadari dua sosok yang beringsut saling menjauh.
"Baru pulang lo?" tanya Alan.
"Hm. Olla minta ditemenin jalan." Jawab Noah tanpa menoleh.
"OLLA?" tanya Ega dan Alan bersamaan.
Noah seketika menatapi mereka bergantian. "Iya. Napa?"
"Sejak kapan lo deket sama Olla?" selidik Ega.
Noah menerawang. "Emang kalo jalan harus deket dulu gitu?"
"Oiya. Gue lupa. Noah nggak butuh formalitas kayak gitu," sindir Ega.
"Yee! emang kondangan pake formalitas banget," balas Noah, kemudian kembali sibuk mengacak meja.
"Nyari apaan sih?" tanya Alan.
"Lo liat PSP gue nggak?"
"Kan, lo taroh di laci lemari kalo nggak salah."
Noah mengetok dahinya. "Bego."
"Udah lama," sambar Ega.
Noah mendelik ke arah adiknya, lalu segera membuka pintu almari. Tersenyum lebar ketika menemukan benda yang dimaksud. "Gue pergi dulu!" serunya. Tergesa keluar begitu saja.
...
"Nih, ketemu." Noah mengangsur PSP pada Olla yang duduk di samping kemudi. "Mau langsung pulang? beneran nggak mau masuk dulu nemuin Ega?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODY(heart)GUARD
Teen FictionAria adalah gadis mandiri dan kepala batu. Hidup dengan seorang ibu single parent memaksanya seperti itu. Lalu datang Satria, dengan kondisi keluarga yang hampir senada. Masing-masing melalui kehidupan yang tak sempurna. Membuat mereka saling meleng...