15. Line Between Us

149 46 5
                                    

Aria mengendap-endap memasuki kamar Satria. Ia masih penasaran dengan sikap cowok itu. Dari kemarin terlihat tak bersemangat, seolah menahan beban berat di pundaknya.

Ingin memastikan bahwa semua tidak berhubungan dengan keluarga sang kakek, tapi Aria sangsi. Perlahan ia mengulir handle pintu, sedikit mengintip untuk melihat situasi di dalam.

"Ngapain?" Bisikan seseorang itu cukup membuat Aria terperanjat.

"Astaga, Bunda." Aria mengelus dadanya. "Satria dimana, Bund?" Tanyanya lirih.

"Di dalem nggak ada?"

"Sssttt." Aria memberi kode Salma untuk menurunkan volume suara.

"Tadi tidur di dalem," kata Salma hampir tak terdengar, sehingga ia menambah isyarat dengan tangannya. 

Aria mengangguk-angguk. "Aria bangunin, ya?"

"Iya, ajak makan malem di bawah, ya. Bunda ke toko dulu."

Aria melingkarkan jempol dan telunjuknya, kemudian perlahan memasuki kamar Satria. Dalam keremangan, paras tampan yang terlelap masih nampak nyata.

 Dalam keremangan, paras tampan yang terlelap masih nampak nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar Owel, udah ambil handuk loh padahal. Gue yakin dia belom mandi." Aria duduk di tepi kasur. Bersandar sembari mengamati ruang yang lumayan berantakan. Menjatuhkan netra pada wajah tanpa cela yang seolah menyuruhnya mengamati lebih dekat.

"Lo kenapa sih? Gue jadi sedih liat lo beda gini." Aria bergumam lirih, perlahan membelai rambut yang turun ke muka. Menelisik tiap sisi wajah Satria dengan jemarinya. "Sejak kapan lo ganteng kayak gini?" Sudut bibirnya terangkat.

"Baru sadar gue ganteng?"

"Astaga mama!!!" 

Aria hampir terjungkal ke belakang jika Satria tak menahan tangannya. Membuat tubuh gadis itu menindih. Saat hendak bangkit, Satria malah mendekap erat.

"Peluk bentar aja." Satria menyamankan tubuh mereka. Aria pasrah bersimpuh di dada cowok itu sembari melingkarkan tangan.

"Lo kenapa?" tanya Aria setelah membisu beberapa saat. "Turun yuk, ntar bunda masuk loh."

"Bentar lagi."

Dada Aria bergenderang sedari tadi. Perlakuan Satria sungguh membuncah pikiran. Tak ingin terlalu berharap, tapi sepertinya ia harus segera berpegangan sebelum tergelincir dengan perasaannya.

Satria bangkit, mengurai pelukan serta memunggungi Aria. "Aku mandi bentar, ya," pamitnya, lalu beranjak begitu saja.

Aria menetralkan diri, berusaha tak terbawa suasana. Beberapa waktu berlalu, getar ponsel menyadarkan lamunannya. Meraba bawah bantal untuk menemukan benda hitam itu.

Pesan masuk dengan nama yang cukup unik 'BULE GILA', membuat dahinya mengerut.

'Kebahagianmu dan bundamu ada di tanganmu'

THE BODY(heart)GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang