Biasalah jawaban Ubay singkat, padat dan jelas. Aish, dia hanya bilang 'lagi mau aja'. Tak terlalu penting membahas tentang Ubay. Lupakan. Huh, sejak pulang dari kafe, Anna langsung mencari panci yang dicari oleh Mami. Tapi dimana ya? Kelewatan banget anginnya itu sampai menyebabkan barang-barang berantakan bagaikan kapal pecah.Pantang menyerah, Anna tetap berusaha mendapatkan panci tersebut. Hm, coba cari di kolong meja makan. Ternyata oh ternyata pancinya ada. Anna mengucapkan syukur di dalam hati. Dan sekarang ia hanya perlu memberi tahu Mami di kamar.
Detik-detik nyaris mengetuk pintu kamar tiba-tiba Anna mendengar pertengkaran kedua orang tuanya yang entah meributkan apa. Berdiri lama sekalian menguping, sontak Anna mengerutkan kening. Dukun? Mereka membicarakan apa?
Sialnya kok berhenti berdebat? Anna mendesah kasar. Hadeh, ditambah Mami membuka pintur kamar membuat Anna terkejut, begitupun Mami. Kami saling melemparkan tatapan kaget. Senjata paling ampuh adalah menyengir agar muka Anna tidak tegang. "Mi? Pancinya ketemu." Anna menyodorkan benda tersebut.
"Kamu udah lama disini?" Tanya Mami penuh selidik.
Yaampun, Mami kenapa harus bertanya? "E-enggak, kok." Sekali-sekali berbohong tidak papa hohoho. "Mi, Anna mau membicarakan sesuatu," cicitnya rada rakut.
Mami menyunggingkan senyum membuat Anna tenang. "Mau membicarakan apa? Ayo, kita ke tempat lain," ajak Mami menuju meja makan. Mungkin tempat yang paling nyaman serta leluasa adalah meja makan. Seusai duduk, Mami memerhatikan dan menunggu anak perempuannya itu melontarkan kata.
Kan-kan jadi bingung harus bertanya apa, ngeri salah kalimat bikin Mami enggan mau mengasih tahu apalah, gitu. Ya, walaupun belum pasti Mami itu punya rahasia atau tidak. Gimana nih? Aduh, bicara jujur? Anna diganggu sama Annie? Tapi Mami memang percaya? "A-anu ... Anna diganggu sama Annie," ungkapnya seraya memejamkan mata.
Kok tidak ada reaksi apa-apa? Membuka mata, dan ... Mami tampak biasa aja. Udah dibilang Mami tak akan percaya kalau tak ada bukti.
Lalu Mami tertawa kecil. "Kamu ngomong apa, Anna?" Tanyanya disertai tertawa-tawa menganggap anaknya sedang bercanda.
Astaga, sabar... Mami tidak tahu aja anaknya ini hampir kehilangan nyawa karena Annie. Udah terlanjur mengungkapkan bahwa dirinya diusik, baiklah Anna akan menunjukkan luka di lehernya. "Mi, aku serius. Mau lihat nih? Bekas cekikannya?" Anna menyibakkan surai hitamnya ke belakang.
Mami mengerutkan kening sambil memandang leher Anna. Semoga Mami percaya.
"Kamu habis ngapain bisa kayak gitu? Jangan-jangan kamu punya pacar ya?" Ngegas Mami bikin Anna putus asa lantaran cape menjelaskan kepada Mami.
KATA SABAR tuh sampai kapan? Ha? Anna menghembuskan napas. "Yaampun, Mami berpikir kalau aku gituan sama cowok? Coba lihat baik-baik ini lukanya bukan isapan, tapi kayak melepuh gitu," elak Anna antisipasi. Terlihat sekali Mami membayangkan yang tidak-tidak terhadap putrinya.
Mami masih sibuk memerhatikan luka Anna. Sedetik kemudian tangan Mami menyentuh leher Anna, ia memegang lukanya. "Kirain Mami kamu berbuat macam-macam," kekehnya. Benar, bukan seperti cowok-cowok yang melakukan itu pada cewek.
Ambigu sekali perkataan Mami. "Mi, ayo beri tahu tentang Anna atau kami yang kembar, tapi beda muka?" Lagi-lagi Anna memikirkan Annie adalah anak iblis. Kira-kira semisal dirinya mengasih tahu Annie merupakan anak iblis, Mami bakal percaya? Huft, Kayaknya tidak.
"Papi keluar dulu ya sebentar," pamit Papi tiba-tiba.
Anna dan Mami hanya menatap kepergian Papi yang entah mau kemana. Seharusnya sebagai istri jawab, atau salim gitu. Namun Mami kok tidak? Mencurigakan.
"Apa sih kamu, Anna. Kamu dan Annie satu kandungan di perut Mami. Gak ada yang keluar selain dari rahim Mami," tegas Mami terhadap putrinya. Anaknya lagi kenapa ya? Berkata diganggu Annie lah, serta bertanya mengapa kembar, tetapi beda wajah.
Anna memasang raut lelah. "Mi, aku harus menjelaskan apa lagi? Biar Mami jujur atau memberi tahu apapun. Aku benar diusik sama Annie!" Serunya. Disaat bersamaan tiba-tiba kursi bergeser sendiri. Lantas Anna sedikit memelotot. Sementara Mami mengernyit.
Wah, jangan terulang angin tornadonya.
"Mi?" Anna menatap takut pada kursi.
Kemudian semua yang berada di dapur teracak-acak dan bergeser-geser. Anna dan Mami saling mendekat. Pelukan hangat Mami sontak dapat Anna rasakan. Ia memandang sekelilingnya. Berantakan aja terus nih rumah gara-gara Annie! Argh. Hobi banget saudara kembarnya itu menciptakan hal-hal yang akan on the way menjadi awut-awutan.
"Ini kenapa? Kok semuanya jadi begini?" Panik Mami mempererat dekapannya.
"Annie, Mi. Aku udah bilang Annie mengusik Anna entah karena apa," lirihnya ketakutan.
Tanpa berbaik hati pada saudarinya sendiri secara mendadak Anna terlempar jauh ke arah ruang tamu. "ANNA!" Pekik Mami menyusul putrinya.
'Twin Sister!'
TYPO MERESAHKAN
Hayoloh Anna diapain?
Jangan lupa vote + commentnya guys!
Helenahanum
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Sister! [END]
HorrorAnna dan Annie, kami adalah saudara kembar perempuan yang selalu bersama-sama, tapi ada perbedaan dari diri kita yaitu muka. Entah mengapa itu terjadi. Seharusnya kembar berarti sama. Pada suatu hari... Annie tiba-tiba melompat dari bukit tanpa alas...