Mengejutkan

61 22 86
                                    

         Juki mengaduk-aduk es tehnya menggunakan sedotan seraya memerhatikan Sahna yang hanya berdiri tak mau duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


         Juki mengaduk-aduk es tehnya menggunakan sedotan seraya memerhatikan Sahna yang hanya berdiri tak mau duduk. Juki tahu Sahna pasti lelah, tapi malah kekeuh tidak mau duduk untuk istirahat. "Sah, ngapain sih berdiri mulu? Emang kaki lo terbuat dari apa?" Celetuk Juki. Rasanya risi gitu bagaikan sedang diawasi.

"Suka-suka gue lah... otw duduk nih gue," sahut Sahna langsung mendudukkan bokongnya di depan Juki. Sebenarnya Sahna sudah dipesankan es teh manis sama Juki namun dirinya malas duduk, dan sekarang es tehnya hampir tidak dingin lagi. "Btw, habis ini kita harus nyusul Anna dan Sahlan."

"Emang kenapa?"

"Jangan kelewatan bego deh. Udah! Pokoknya harus menyusul mereka. Siapa tau aja Anna dan Sahlan menemukan gubuknya," ungkap Sahna. Feeling-nya sih begitu pasti mereka berhasil.

"Oke oke." Zayn setuju. Kakinya lumayan mendingan tak merasa lelah seperti tadi.

Naik---turun dari bukit secara cepat, haha kurang nikmat apa capeknya ini. Padahal tadi turun bukan mendaki, tapi keringatnya kok banyak banget ya? "Kenyang minum gue. Sekarang ajalah kita menyusul Anna dan Sahlan. Gue tau arah tujuan mereka setelah bilang ke gue," beber Juki bangkit dari duduknya.

"Sekarang? Mau?"

"Yok!"

Bahagianya Ubay tidak ada yang namanya sakit gigi. Melangkah santai tanpa gangguan yang namanya gigi sakit, ah... nikmati. Yang sabar ya kaki kerjaannya jalan terus, hohoho. "Kali-kali jalan-jalan gitu," gumam Ubay asal ceplos. Disaat bersamaan Juki mendengar ucapan Ubay.

"Buta mata lo? Kita ini lagi jalan!" Juki menyembur.

"Tapi ... jalan-jalan ituan..." Bantah Ubay.

"Sama aja!"

Baru saja ingin membalas ucapan Juki tiba-tiba penglihatan Ubay disuguhkan pemukiman serta warga-warga yang berlalu-lalang. Kini Ubay teralihkan ke para penduduk disini. "Mbak, stop! Eum ... lihat pasangan perempuan dan laki-laki yang lewat?" To the point saja ia bertanya agar mudah.

"Yang pendatang itu?" Tunjuk cewek tersebut ke arah sebuah gubuk.

Ubay sesaat membeku. Wah, itu adalah gubuknya! Bersicepat tanpa memedulikan respons dari kawan-kawannya dan menunggunya, Ubay lantas berlari kecil menuju Anna dan Sahlan yang sedang mengetuk-ngetuk pintu lembek karena bukan terbuat dari kayu kokoh.

"Kayaknya gak ada orang di dalam. Coba, Lan, lo tanya orang," suruh Anna masih fokus menatap pintu. Ia mengacuhkan Ubay serta teman-temannya yang tengah menyaksikan dirinya dan Sahlan. Intinya sekarang juga Anna harus mendapatkan jawaban atas semua hal yang ia lalui.

Sahna, Ubay, Zayn dan Juki hanya terdiam. Mereka paham dengan situasi Anna yang bersungguh-sungguh ingin mengungkapkan kebenaran tentang saudara kembarnya dan yang lain-lain.

"Maaf ... mau tanya, gubuk ini ada penghuninya?" Sambil melirik Anna dan kawan-kawannya, Sahlan rada ngeri dengan reaksi orang yang ditanya. Takut secara tiba-tiba dia mengamuk, berteriak, dan marah. Kan biasalah kita pendatang bukan warga disini, pastinya dibedakan gitu.

"Ada, tuh orangnya." Mengandalkan manik matanya, perempuan itu langsung pergi seusai memberi tahu.

Semuanya lantas berfokus pada lirikkan perempuan tadi. Jelas Anna susah payah menelan salivanya setelah memperhatikan tampang seorang kakek-kakek berjenggot putih. Kok ... mirip dukun ya dari gayanya itu? Hm, menarik.

"M-maaf," ujar Anna menghampiri kakek berjenggot lebat berwarna putih.

"Siapa ya?"

"Hm... boleh minta waktunya sebentar?" Disusul tatapan tajam dari sang Kakek, Anna berupaya menahan rasa takutnya demi menguak kebenaran.

"Bisa." Kakek berjenggot mengajak rombongan anak muda untuk masuk ke dalam gubuknya.

Anna meremas tangannya karena sang Kakek lumayan seram tak seperti tadi. Menenangkan ketakutannya, Anna terus terbayang bahwa lebih seram Annie daripada Kakek berjenggot. "A-aku Anna. Saudariku bernama Annie. Dan aku mau mencari tahu sesuatu dari Kakek. Kenapa saudara kembarku mengusikku terus? Bahkan dia nyaris membunuhku." Anna memejamkan mata.

"Anna dan Annie? Oh... anak iblis."

Anna refleks membuka matanya lalu mengerutkan kening. Bagaimana Kakek itu bisa tahu? Kalau Annie anak iblis? Ditambah Kakek tersebut menyebut namanya juga sebagai anak iblis? "Kok ... Kakek bisa tahu saudariku anak iblis? Dan ... kenapa Kakek juga menyebut namaku?"

"Iya... kalian sama-sama anak iblis."

Jleb! Omongan Kakek berjenggot putih sangat-sangat mengejutkan bagi Anna. Bagaimana tidak? Dirinya juga anak iblis seperti Annie? Jika saja Anna mempunyai riwayat jantung, pastinya ia akan benar-benar jantungan. "Apa? Tap."---

"Kalian sama! Cuman berbeda muka," sela Kakek berjenggot mengungkapkan tanpa rasa bersalah atau tak enak hati pada Anna.

Seakan syok hilang begitu saja, Anna menormalkan raut wajahnya karena jawaban Kakek amat mencengangkan. "Kakek ... dukun?" Nada sopan menyertai Anna saat bertanya. Kalau asal ceplos seperti Juki, tahu-tahu Kakek itu punya ilmu sakti, dan matilah Anna bisa-bisa kena santet.

Kakek berjenggot tampak keheranan. "Iya, baru tahu?"

Berarti pendengaran Anna ketika menguping pertengkaran Mami dan Papi adalah fakta bahwa mereka menyebut dukun. Walaupun sebenarnya Anna anak iblis, ia tak akan mau berubah menjadi seperti Annie. Intinya Anna tidak mau!

"Kamu gak punya orang tua."

'Twin Sister!'

TYPO MERESAHKAN


Jangan lupa vote + commentnya guys!

















Helenahanum

Twin Sister! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang