Firasat Sahlan keliru? Karena kemarin memang perasaannya tidak enak lantaran ngeri ada sesuatu yang terjadi, tapi kok malah sekarang yang timbul peristiwa buruknya? Huh, nyaris saja pohon tersebut mengenai Anna. Ditambah pohonnya lumayan besar dan berat pastinya.Tidak dimana sama aja Annie mengganggu Anna. Cuman, mungkin tergantung kemauannya. Masih bersyukur sih Anna selalu selamat dari maut atas kelakuan hantu O. Huft, tubuh Anna kurang istirahat gara-gara Annie bahkan rebahan pun tak ada kata tenang atau santai.
"Tadi malam tumben banget, An, video call gue?" Tanya Sahna sambil memerhatikan pohon yang berada di samping Anna. Dirinya kaget bukan main saat detik-detik pohon itu ambruk.
"Ha? Gue lagi pengen aja, Na." Anna menggaruk kepala.
Anna mengedipkan mata berulang kali. Mudah-mudahan Sahna lupa tentang omongannya yang berkata ada orang lewat di jendela kamar karena sudah cukup mengerikan kejadian tadi malam. Untungnya kepalanya tidak terluka jadi kawan-kawannya tak akan tahu.
Yang terutama Sahna sih harus lupa perihal perkataannya itu.
Sahna mengangguk kecil tidak memperpanjang masalah tentang video call lantaran Anna menjawab seperti itu juga tatkala dirinya bertanya. "Gimana nih pohonnya? Masa iya kita berdiriin lagi?" Sahna kebingungan, takut dicap sebagai tersangka melakukan tebang pohon sembarangan padahal roboh sendiri.
Astaga, jantung Anna masih deg-deg kan ketika tahu bahwa pohon itu hampir menimpahnya jika teman-temannya tidak bersuara untuk menyeru namanya. Ya, walaupun kawan-kawannya tak memperingatinya sama aja sih pohonnya hanya ambruk tepat di samping Anna. "Gimana?" Anna balik bertanya.
"Yah ... gimana? Tinggalin ajalah ribet-ribet amat. Emang kalian mau membuang waktu sia-sia cuman karena pohon doang? Hayo... mending fokus cari gubuknya dan sekarang secepatnya turun," protes Juki membiarkan pohon itu tiduran di atas tanah.
"Nah! Tumben otak lo jalan," puji Zayn disertai mengejek.
Semuanya tampak setuju dengan pendapat Juki dan persetujuan Zayn. Hm, masih agak lama buat sampai di bawah. Setelah permasalahan pohon selesai, Ubay kembali merayu Juki agar mengasihi hospot untuk main game online. Akting ayo! Akting! Demi game, hohoho. Butuh usaha supaya bisa mendapatkan hati Juki, eits bukan cinta-cintaan ya.
Argh, Ubay menyebalkan! Maksa banget dia ngemis hospot ke Juki. "NIH! Sekalian habisin!" Desisnya meninggalkan Ubay lalu mendekati Zayn. "Zayn... mau tanya kalau gue mati ... lo bakal bilang apa?" Iseng-iseng Juki bertanya.
"Wow, impresif!"
Yaelah, jawabannya kayak gitu doang. Kirain yang bisa bikin Juki terharu atau senang, ternyata oh ternyata, aish. "Seharusnya lo nangis sambil berucap 'Juk, jangan tinggalin gue karena gak ada lawan adu omong'. Sudahlah, bye." Juki membuang muka ke arah lain.
"Idih, barusan bertanya ke gue. Udah gue jawab malah gak terima. Kocak-kocak sewot sendiri," ejek Zayn seraya menyentuh dahinya menggunakan jari telunjuk kemudian menggeseknya dalam artian sinting meski Juki belum menyaksikan.
Berurusan sama Juki tuh bagaikan debat negara.
"Hati-hati, Bay! Kalau kebanyakan main game online nanti ditinggal sama kita semua," pekik Juki menakut-nakuti. Bukan sekadar itu doang, tapi untuk peringatan seperti peristiwa kala itu di sekolah gara-gara Ubay asyik memandang ponsel sampai-sampai tidak sadar ada hantu O dan teman-temannya telah pergi meninggalkannya.
"MENANG!" Jerit Ubay kegirangan sambil melompat-lompat.
Juki memutar bola matanya malas dengan kelakuan Juki begitu menjengkelkan.
'Twin Sister!'
Cukup lama perjalanan Anna serta kawan-kawan menempuh melintasi jalan yang menurun dari bukit. Yah... hampir memakan waktu berjam-jam. Karena lelah kaki ini sebagai penopang tubuh, kini sebagian beristirahat sejenak duduk di tukang pedagang makanan yang bangkunya masih sepi. "Numpang, Bang," ceplos Juki.
"Mau pesan?" Akangnya berseri-seri menyambut Juki, Ubay dan Zayn yang secara tiba-tiba asal duduk di kursi panjang.
"Boleh... es teh satu gelas," sahut Juki ngos-ngosan mengelap keringatnya yang bercucuran. Inilah yang dinamakan olahraga tanpa perlu memerhatikan kalori? Aduh, mamae... Juki mau bungkam saja lantaran napasnya tak teratur. Lihat saja kalau berbicara kayak orang kehabisan pita suara, eleh.
"Juk, gue aja ya? Sama Sahlan nyari gubuknya. Lo kan tahu sendiri tuh lagi pada istirahat," ucap Anna tidak sabaran menemukan gubuk tersebut. Rasanya ingin sekali menguak kebenaran.
"Oke."
Lantas Anna dan Sahlan pergi menuju pemukiman yang penduduknya tidak terlalu banyak. Disini sepi bagaikan desa mati, tapi jangan berpikir seperti itu karena ada orang yang baru saja keluar dari sebuah rumah dengan raut jutek, dan yang lainnya ikut keluar. Pikiran negatif seketika muncul terhadap warga-warga penghuni sini.
Anna tak memedulikan pandangan mereka. Ia terus berjalan tanpa melirik atau menatap lekat. Ingat! Sahlan bisa diandalkan. Hm, kalau begini mulu mana bisa menemukan gubuk. Baiklah, Anna mengangkat wajahnya untuk berani melihat orang-orang disini. Anna dan Sahlan sebenarnya berjalan tanpa tujuan namun siapa tahu aja gubuk itu ada.
Sontak Anna menyipit memandang suatu bangunan yang berbeda dari yang lainnya. Melihat foto terlebih dahulu buat memastikan sekalian membandingkannya. "Lan! Itu gubuknya!" Seru Anna menganga. Gubuk itu berdiri seorang diri tanpa tetangga di sisinya.
'Twin Sister!'
TYPO MERESAHKAN
Final! Bertemu dengan gubuk hohoho.
Jangan lupa vote + commentnya guys!
Helenahanum
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Sister! [END]
TerrorAnna dan Annie, kami adalah saudara kembar perempuan yang selalu bersama-sama, tapi ada perbedaan dari diri kita yaitu muka. Entah mengapa itu terjadi. Seharusnya kembar berarti sama. Pada suatu hari... Annie tiba-tiba melompat dari bukit tanpa alas...