Diskusi

46 16 51
                                    

       Sudah lumayan lama Juki berhenti tertawa karena cape

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


       Sudah lumayan lama Juki berhenti tertawa karena cape. Kini mereka semua tak tahu mau sampai kapan hukumannya akan berakhir. Lihatlah semua siswa-siswa pada istirahat. Sedangkan kita? MIRIS. Kayak orang oneng nih disini memandang bendera sambil hormat. Ya... namanya hukuman beginilah.

"Hormat ke bendera sampai pulang agar impas. Kemarin kan kalian gak masuk sekolah selama jam pelajaran," ucap Bu Ewi seenaknya sekali memberi hukuman.

"IYA," ngegas Juki membuang muka. Bodolah sama guru kayak gitu. Yang penting bukan sama Emak galaknya minta ampun plus seram, kalah sama hantu, tapi lebih seram Hantu O sih.

Tanpa memedulikan sahutan Juki begitu tidak sopan, Bu Ewi langsung pergi lantaran disini cukup terik mataharinya. Biar kapok mereka tak lagi bolos-bolos-san. Mereka juga udah dewasa mana mungkin tidak kuat seperti anak SD. "Jangan curang!" Pekiknya dari jauh.

Nyenyenye, Juki memonyongkan bibirnya. Mendingan sekarang bolos lagi aja deh daripada hormat ke bendera. Bukan masalah hormat ke bendera, tapi panasnya WOY! kalian belum merasakan apa yang Juki rasakan, hm. "Alam baka kayak gimana sih, Zayn?" Iseng-iseng Juki bertanya.

Zayn menghembuskan napas, berani sekali si Juki tadi sama guru. "Gak tau? Udah puas tertawanya?" Ejeknya. Padahal mah ketika Juki asyik tertawa-tawa tidak ada yang ikut tertawa juga. Garing kok dipelihara, Juki Juki. "Tempat kekal roh! Lo mau kesana?" Sambung Zayn.

Juki mencerna omongan Zayn. "Puas tertawa mah, tapi kalau ke alam baka kayaknya gak dulu deh. Amal gue belum banyak." Juki tersenyum bangga. Betapa bijaknya ucapannya ini hohoho. Bahkan Zayn tidak bisa menjawab.

"Bagus deh. Eh ... bentar." Zayn merogoh saku celana. Ia merasakan ada getaran dari ponselnya. Hadeh, kirain telepon malah pesan doang. "Sahlan bilang mau ketemuan lagi," ucap Zayn sambil menatap layar ponsel. Semoga tidak ada guru yang memergokinya apalagi siswa caper.

"Ketemuan dimana? Jangan di kafe lagi dah, bosan. Mending makan-makan, perut jelas kenyang," ceplos Juki yang langsung dapat tatapan maut dari teman-temannya.

"Gue mau," ujar Anna mengalihkan pandangannya dari Juki. "Juk, lo mau makan-makan? Yaudah kumpul di rumah lo aja," lanjut Anna mengangguk kecil supaya Juki mengiyakan. Kan dia yang mengajak makan-makan harus mau dong dirumahnya.

"Tap."---

"SETUJU!" Potong Sahna.

Inikah yang namanya melemparkan roket ke diri sendiri? Astaga, Emak oh Emak pasti tidak sudi atau tak mau memasak makanan untuk dirinya dan teman-temannya? Mari ucapkan PASRAH... sabar... sekian... menuju Emak mengomel. Juki sudah membayangkan reaksi Emaknya nanti.

'Twin Sister!'

Terbebas dari hukuman adalah definisi hadiah terindah. Sekarang kita semua sedang berkumpul di kamar Juki. Betapa baik dan ramahnya Emak Juki terhadap kami kecuali anaknya sendiri yakni Juki, hohoho. Harus banyak tabah Juki supaya tidak terhapus dari kartu keluarga.

"Kalian diganggu sama Annie? Atau Anna doang yang diganggu?" Tanya Sahlan langsung to the point supaya dirinya mampu mengartikan semisal Anna doang yang diusik.

"Enggak kan?" Sahna menatap satu-persatu teman-temannya yang juga mengangguk.

Sahlan paham. Berarti Anna doang yang diusik oleh Annie. Dan Sahlan mengerti Annie mengincar Anna, tapi tidak tahu karena apa. Mereka kan saudari serta pastinya satu kandungan di perut Maminya alhasil mustahil kalau Anna bukan anak iblis. Sahlan agak yakin bahwa Anna juga sama seperti Annie namun nyatanya? Berbeda. Belum tahu juga sih, lihat akhirnya nanti.

Hm, Anna ingin mengungkapkan sesuatu. "Apa benar gue doang yang bisa melihat Annie?" Tatapan Anna kosong melihat garis-garis lantai. Hidupnya sungguh tak tenang gara-gara hantu O alias Annie, huft. "Walaupun kawan-kawan gue pernah  melihat Annie sekali, tapi setelahnya enggak, gue doang." Anna masih memandang pada objeknya.

"Benar?" Tanya Sahlan kepada teman-teman Anna yang ada disini. Ia butuh jawaban.

"Iya," sahut Sahna membetulkan.

"Apa Annie mau membunuh saudarinya sendiri?" Anna menggigit bibir bawahnya dengan keras.

Duh, Sahlan jadi bingung harus memberi balasan apa lantaran tidak tahu fakta sebenarnya. Soal Annie terjun dari bukit memang sudah terungkap, tapi persoalan ini kenapa lebih sulit? "Pertanyaan lo akan terjawab nanti, jika lo beri tahu gue tentang orang tua lo, apa aja."

Oh iya, Anna teringat foto yang dikasih oleh Papi. Buru-buru ia mengambil tas. "Ini! Dari Papi gue. Kata Papi gue, gue akan tau kebenarannya jika gue datang ke gubuk itu," jelasnya menunjuk gambar tersebut ke Sahlan.

"Oh, ini..." Sahlan sudah tahu karena saat Papi Anna memberi fotonya dirinya hadir. "Kalau begitu kita harus kesitu. Lo tau alamatnya?" Sambung Sahlan.

Anna menggeleng. Ia belum menanyakannya kepada Papi. "Belum," sahut Anna. Ah, ia jadi memikirkan dirinya ini anak iblis? Atau bukan? "Dukun? Gue penasaran," gumamnya secara mendadak.

Baiklah, Sahlan menuruti usulan Papi Anna. "Eum ... lebih baik seusai pulang lo tanya ke Papi lo alamatnya ada dimana. Gak mungkin kan mengasih tahu foto gubuknya, tapi tidak tau alamatnya."

"Sh ... gigi gue," gerutu Ubay. "Jangan lagi-lagi bolos deh. Sial banget gue di landa sakit gigi lalu hormat ke bendera." Ubay masih mengode keras tak terima atas penderitaannya.

'Twin Sister!'

TYPO MERESAHKAN

Yuk, kita mulai menyikap teka-teki

Jangan lupa vote + commentnya guys!


















Helenahanum

Twin Sister! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang