Takut

43 18 48
                                    

         "Makan, yuk, silakan-silakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


         "Makan, yuk, silakan-silakan." Juki menunjuk piring serta lauk-lauk yang sudah disiapkan oleh Emak. Hm, ternyata Emaknya itu baik, tapi tidak sebaik dengan dirinya ini. Miris. Ya, bagaimana pun Emaknya mau memasak makanan walaupun tidak seberapa sekaligus tak mengomel.

Ribuan pertanyaan mengalir di kepala Ubay. Dibalik kalimat Juki apakah dia sedang mengejek? Makan-makan, udah tau temannya sedang di landa penderitaan sakit gigi. "Sengaja?"

Juki melirik Ubay yang tiba-tiba berbicara seperti itu. "Maksud lo?" Tanya Juki mengernyit. "Gigi lo udah sembuh?" Lanjut Juki sembari mengambil nasi lalu meraih sendok, eh ... jangan, pakai tangan aja biar mantap.

"Lo mengejek gue?" Tangis Ubay.

Bola mata Juki menatap aneh pada Ubay yang secara mendadak menangis. Apa salah--dosa yang ia lakukan? Wah, jangan-jangan Ubay tengah berakting supaya Juki dicap sebagai teman terlaknat. "Woy? Lo kenapa? Kuota lo habis? Mau main game online?" Tanya Juki menguji

Seketika tangisan Ubay berhenti. Mendengar kata hospot dan game online adalah tulang rusuknya, tapi gamenya doang ya bukan hospot Juki. Lantas Ubay pun terangguk-angguk. "Iya," serunya. Manfaatkan Juki hohoho mumpung ada kesempatan.

"Heleh! Lagi akting lo?" Kemungkinan si Ubay berakting, hm.

Awalnya sih tidak namun buat apa Ubay mengatakannya. "Au ah mau terbang," cetusnya melipat tangan sembari cemberut. Semangat akting! Lama-kelamaan dirinya ini bisa menjadi aktor terkenal karena pintar akting, hihihi. Contohnya seperti Anna saat merampas ponselnya.

"Mau terbang? Silakan, gue izinin kok," tantang Juki memasukkan nasi serta telur dadar ke dalam mulut.

"Au ah, terang."

Huft, seharusnya tadi ketika di sekolah Juki saja yang menanggung hukumannya. Lihatlah wajah Sahna yang kumel bagaikan burik gara-gara panasnya terik matahari. Sampai takut berkaca nih karena ngeri tak sanggup memandang wajah sendiri. Sudahlah, itu telah berlalu. Ugh, Sahna ingin sekali mengulang waktu agar Juki saja.

"Astaga, kulit gue HITAM." Juki terkejut setelah melihat tangannya sendiri. Tunda dulu deh makannya lebih penting kondisi kulitnya ini YAAMPUN memprihatinkan sekali, menyedihkan.

Ubay menatap datar pada Juki. Lebay banget kulit hitam doang. Ah, sial Ubay tidak bisa makan lantaran giginya sakit. Lebih pilih menahan lapar atau makan? Tapi giginya ibarat siksa kubur? Jelas dong mending menahan lapar daripada melahap makanan tak menikmati proses mengunyahnya dan merasai.

"Derita gue betapa sakitnya gigi," lirih Ubay. Argh, di mulai dari hormat ke bendera, dan menahan siksa kubur gigi. Intinya Ubay tidak terima atas penderitaannya dibanding kulit Juki jadi hitam. Tak penting! Karena Juki bisa suntik putih. Kalau dia mau.

'Twin Sister!'

Aduh, cuman mau ke kamar mandi aja takutnya minta ampun lantaran bayangan Annie saat menerornya masih terngiang-ngiang di ingatan. Hidup Anna sungguh tidak tenang sampai-sampai harus berpikir 2 kali ketika hendak masuk ke kamar mandi. Berjalan kesana-kemari berupaya mencari solusi.

"Annie, kamu dimana?"

Sontak suara Mami terdengar dari luar kamar. Beliau memanggil Annie serta bertanya ada dimana. Biasalah Mami seperti itu, dan Anna maklum saja karena beliau memang awalnya terguncang atas kematian Annie. "Mami?" Anna mulai melangkah menuju sumber suara.

Kebetulan Mami melintas saat Anna baru saja membuka pintu kamar, Anna langsung mengajak Mami untuk masuk ke dalam kamarnya.

Aini hanya terdiam dan syok setelah mengetahui jasad Annie tidak ada serta mendengarkan cerita Sahlan yang berkata Annie adalah anak iblis. Dirinya kini memancarkan ratapan sendu.

Daripada meminta alamat kepada Papi, lebih baik Anna bertanya saja ke Mami yang berada di dekatnya sekarang. Tapi ... tunggu sebentar, Anna mau ke toilet sekalian memohon ditemani oleh Mami agar tidak takut dan was-was memandang cermin wastafel.

"Mi, temani Anna ke kamar mandi, yuk," ajaknya dengan pandangan memelas.

Mami meniup napas panjang. "Mami ngerti kok bagaimana rasa takutmu terhadap Annie yang entah ada dimana. Cuman kamu yang bisa melihatnya kan?" Aini tersenyum paksa.

Kenapa Mami harus bertanya sesuatu disaat Anna tak bisa menahannya lagi, hampir mau keluar. "Nanti aja, Mi, membicarakan hal itu. Anna udah gak tahan nih," keluhnya berupaya menarik Maminya itu agar ikut masuk ke dalam kamar mandi, tujuannya biar tenang.

Mami menurut lalu menemani anak perempuannya. Begitu nyata Anna benar-benar takut pada Annie. Padahal dulu semasa hidup mereka sangat rukun, tapi sekarang? Bagaikan musuh. Aneh sekali. Annie seolah-olah berkeinginan membunuh Anna alias saudarinya sendiri.

'Twin Sister!'

TYPO MERESAHKAN


Kalian berdua lho, tiati :v

Jangan lupa vote + commentnya guys!


















Helenahanum

Twin Sister! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang